Benarkan Saudara Murid Yesus?

Oleh: Yon Maryono

Bagi orang Kristen mendengar kisah Metafora penjala ikan menjadi penjala manusia bukan asing lagi. Kisah ini dapat dibaca dalam keempat Injil dalam Alkitab bahkan sering didengarkan dalam khotbah di gereja. Dikisahkan, ketika Yesus mengundang “Ikutlah aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia” Simon dan Andreas mengikuti-Nya. Tetapi, Simon Petrus dan Andreas menyatakan ikut Yesus tidak serta merta. Ini adalah sebagai tindakan iman atas yang mereka dengarkan, lihat, saksikan dan mereka mengalami mujizat didalam kehidupan mereka atas karya Yesus di dalam kemuliaan-Nya. Yesus adalah Terang, seorang Mesias yang ditunggunya sebagaimana nubuat Nabi Yesaya. Yesus memanggil mereka untuk dijadikan sesuatu dan melakukan sesuatu.



Kita sebagai orang percaya saat ini, juga mengaku percaya Yesus sebagai Juru Selamat. Dan kita juga percaya bahwa Alkitab adalah firman Tuhan sebagai tuntunan hidup. Bahkan sebagaimana Simon kita juga mengalamai berkat dan mujizat dalam kehidupan kita. Bila ditanya, benarkah saudara memenuhi criteria sebagai murid Yesus sebagaimana Simon dan Andreas ? jawabannya mungkin belum atau sudah dengan ragu-ragu, sehingga diantara itu bermakna kita kurang yakin pada diri sendiri apakah benar kita sebagai murid Yesus? Apalah artinya mengaku dipanggil menjadi murid bila ternyata tidak melakukan sesuatu sesuai tugas penggilannya.

Bila demikian keadaannya, kisah metafora penjala manusia itu ternyata hanya sebuah cerita bukan firman Tuhan yang merupakan pernyataan diri dan maksud Allah bagi manusia (Yoh. 1:1-18). Umat yang mengaku percaya Alkitab tidak menemukan makna Firman Allah didalamnya. Dengan demikian, apalah artinya Firman itu kita dengar melalui khotbah maupun kita baca setiap hari ternyata tidak mengubah sikap kita untuk merespons dengan tindakan iman untuk mengikut Yesus sebagai Penjala manusia. Mengapa demikian, karena kita belum menyadari bahwa masing-masing kita punya nilai dan kehadiran kita dibutuhkan bagi sesama. Ibarat lukisan yang indah ditempat ruang kosong yang tidak disaksikan dan memancarkan keindahan untuk sekitarnya.

Mungkin kita bukan pendeta, pastor, penginjil, gembala, misionaris atau pewarta firman Tuhan yang bertalenta. Mereka menggunakan jala untuk menyiarkan pewartaan melalui khotbah, dialog, ceramah dan sebagainya. Tetapi Metoda pewartaan sesungguhnya tidak hanya mengajarkan kebenaran firman Tuhan tetapi juga bagaimana melakukannya dalam perilaku kehidupan keseharian didalam dunia dengan segala masalahnya. Jala yang tepat untuk pengajaran perilaku adalah menjadi saksi melalui teladan atau gaya hidup sebagaimana Tuhan Yesus ajarkan. Mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Surga dalam hidup sehari-hari akan menjadikan kita saksi-saksi Kristus. Orang-orang di sekitar kita akan menyaksikan betapa kita hidup dalam kasih setia dan mewujudkan sepenuhnya nilai-nilai Injili.

Memang tidak mudah menjadi penjala manusia, tetapi bukan berarti tidak bisa, karena terang kepada murid-murid juga diberikan kepada setiap orang yang datang ke pada-Nya. Ketika Tuhan berkata, “Dapatkah kamu meminum cawan yang harus Kuminum?” Mereka langsung menjawab, “Kami dapat.” (Mat. 20:22). Dengan usaha yang terus menerus dan berkat Tuhan, kita bisa mengikuti Yesus, menjadi penjala manusia dalam hidup dan karya kita setiap hari.
Tuhan memberkati kita.