Busuk

Penulis : Timur Citra Sari

BUKAN main! Rasanya belum pernah sesuatu yang berlabel busuk mendapat liputan dan pembahasan yang sangat luas, seperti yang tengah terjadi di negeri kita belakangan ini. Mungkin karena label busuk kali ini tidak disandang oleh telur, atau pepaya, atau daging, melainkan oleh manusia. Mungkin juga karena mengenali kebusukan manusia tidak semudah mengenali kebusukan telur, pepaya, atau daging.

[block:views=similarterms-block_1]

Jika telur busuk mengambang dalam air, dan pepaya busuk mempunyai penampilan yang mudah dikenali, juga daging busuk berbau khas, maka mengenali "manusia busuk" tidak semudah itu. "Manusia busuk" tidak mengambang dalam kehidupan bermasyarakat, sebaliknya mereka sering kali mempunyai pijakan yang sangat kukuh di tengah masyarakat. "Manusia busuk" tidak berpenampilan aneh, mereka sama saja dengan manusia lainnya. "Manusia busuk" juga tidak berbau, bahkan mereka seringkali beraroma sangat wangi dan menyegarkan.

Mengingat demikian piawainya para "manusia busuk" menyamarkan dirinya, tidak jarang kita dibuat tercengang saat kebusukan mereka akhirnya diketahui. Namun terbongkarnya kebusukan tersebut menunjukkan betapa tepat peringatan yang disampaikan oleh penulis Injil Lukas: "Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada sesuatu yang rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan." (Lukas 8:17) Jadi, apabila saat ini Anda - karena satu dan lain hal - tengah mempertimbangkan untuk terlibat dalam "gerombolan si busuk", saran saya, segera batalkan rencana keterlibatan ini. Bukankah tidak seorang pun dari kita ingin dipermalukan karena kebusukan kita terbongkar kelak?

Namun seringkali tidak mudah bagi mereka yang sudah lama berkubang dalam kebusukan untuk meninggalkan pola dan kebiasaan hidup seperti ini. Pertama, bisa jadi mereka sendiri tidak sadar bahwa mereka tengah berkubang dalam kebusukan. Kedua, sebagaimana seringkali terjadi, berkubang dalam kebusukan terasa menyenangkan bagi mereka, sehingga mereka betah dan tidak ingin meninggalkannya. Jika kondisi itu yang terjadi, maka mereka memerlukan pertolongan dan bantuan kita.

Apa yang dapat kita lakukan untuk menolong dan membantu mereka? Khususnya dalam rangka menghadapi Pemilu, kita dapat menolong "gerombolan si busuk" dengan tidak memilih mereka untuk menjadi bagian dari para pemimpin negeri ini di masa mendatang. Jangan keliru, dengan melakukan itu kita sama sekali tidak bermaksud jahat pada mereka. Sebaliknya, kita bermaksud menolong dengan memberi kesempatan pada mereka agar dapat segera meninggalkan kubangan kebusukan tempat hidup mereka selama ini.

Bukankah jauh lebih baik jika mereka tidak mendapat kesempatan menjadi "pemimpin busuk", daripada mereka berkesempatan melakukannya tetapi kemudian berhadapan dengan "... wajah Tuhan menentang orang-orang yang berbuat jahat untuk melenyapkan ingatan kepada mereka dari muka bumi." (Mazmur 34:17).

Selain menolong mereka, dengan tidak memilih "gerombolan si busuk" sesungguhnya kita juga telah menolong negeri kita. Walau memang tidak mudah dan pasti membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk bangkit dari begitu banyak dan beraneka keterpurukan kita, Nabi Yesaya mengingatkan. "Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran adalah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya." (Yesaya 32:17)

Jadi, jika yang kita dambakan adalah damai sejahtera, ketenangan dan ketenteraman, maka yang perlu kita upayakan seoptimal mungkin adalah menghadirkan kebenaran di negeri ini. Dan, salah satu upaya yang dapat kita lakukan adalah tidak memberi kesempatan "gerombolan si busuk" menjadi pemimpin negeri ini.

Lalu, bagaimana caranya kita dapat memilih para pemimpin yang mendukung kehadiran kebenaran di negeri ini? Perlengkapan apa saja yang kita butuhkan sehingga kita tidak kebobolan? Saya ingatkan, memperlengkapi diri agar kita tidak terlalu innocent saat Pemilu nanti bukanlah persoalan yang amat-sangat mudah. Namun, jika kita tidak keberatan memilih-milih telur, pepaya dan daging sebelum membelinya karena ingin mendapatkan hasil yang terbaik, saya yakin tentu kita juga tidak akan keberatan untuk memperlengkapi diri sebaik-baiknya sebelum menetapkan siapa saja calon pemimpin negeri ini yang akan kita pilih.

Di antara begitu banyaknya kriteria yang dimunculkan, kejujuran kelihatannya menjadi sorotan utama banyak orang di negeri ini. Hal itu tidak aneh, mengingat begitu lama kita berhadapan dengan begitu banyak ketidakjujuran di tengah dan di antara kita. Kita pun tahu betapa ketidakjujuran telah memakan korban banyak orang yang tidak bersalah. Sungguh menyakitkan! Ini berarti, salah satu perlengkapan yang kita butuhkan adalah "koleksi" calon-calon pemimpin yang jujur.

Dari mana kita mendapatkan informasi itu? Tentu dari berbagai sumber pemberitaan. Tidak mudah mencarinya? Bisa jadi, tetapi bukan berarti tidak mungkin. Bukankah kita ingin hasil yang terbaik? Karena itu jangan enggan mencari informasi. Firman Tuhan berikut ini menguatkan kita: "Siapa yang jujur jalannya, keselamatan yang dari Allah akan Kuperlihatkan kepadanya." (Mazmur 50:23). Jika pemimpin kita jujur jalannya, tentu keselamatan dari Allah akan diperlihatkan kepadanya.

Hal lain yang juga mendapat perhatian besar adalah penghargaan terhadap hukum, misalnya berbagai kasus korupsi. Tampilnya tuntutan itu juga tidak mengherankan, karena di depan mata kita melihat berlimpahnya berbagai pelanggaran yang membuat kita mempertanyakan keberadaan hukum di negeri ini. Benar-benar menyebalkan! Bagi kita, dalam urusan memperlengkapi diri dengan sebaik-baiknya, ini berarti kita perlu memiliki - sekali lagi - "koleksi" calon-calon pemimpin yang menghargai hukum. "Koleksi" ini juga kemungkinan besar tidak mudah dicari.

Tetapi - juga sekali lagi - bukan berarti tidak mungkin ditemukan. Betapa melegakannya jika pemimpin kita kelak memperhatikan Firman Tuhan ini: "Taatilah hukum dan tegakkanlah keadilan, sebab sebentar lagi akan datang keselamatan yang dari pada-Ku, dan keadilan-Ku akan dinyatakan." (Yesaya 56:1)

Tentu saja masih banyak lagi kriteria yang ingin kita tetapkan pada para pemimpin kita. Namun kali ini cukup dua hal di atas dulu. Terakhir, mari kita berdoa agar para pemimpin kita kelak berdoa seperti Raja Salomo: "... Maka berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat...." (1 Raja-raja 3:9) Kiranya Tuhan menolong kita!

Sumber: Suara Pembaruan Daily