Eagle Eye

Oleh: Lia Sutandio

Sebuah film lama yang “tak sengaja” saya tonton kembali, berjudul Eagle Eye membuat saya memiliki ide untuk menulis sebuah artikel. Di dalam film ini saya melihat teknologi yang diciptakan manusia untuk memudahkan hidupnya tetapi justru menjadi musuh yang meneror, "mematikan, dan "memanfaatkan" manusia, yang sebenarnya memiliki "kedudukan" yang jauh lebih tinggi dibandingkan teknologi itu.

[block:views=similarterms-block_1]

Walaupun pada akhirnya manusia bisa "mengakhiri" atau mengalami kemenangan terhadap teknologi itu, tetapi pada awalnya manusia masih sempat "diperbudak" oleh teknologi tersebut.

Bisa kita bayangkan bagaimana perasaan kita jika ada "sesuatu" yang kita buat (ciptakan) agar hidup kita menjadi lebih baik, lebih indah, dan lebih mudah, tetapi ternyata "sesuatu" itu akhirnya mengancam kebahagiaan dan kehidupan kita? Tentu saja hati kita akan merasa sangat sedih dan kecewa.

Kita diciptakan Tuhan sebagai makhluk tertinggi, bahkan di dalam Alkitab yang kita ketahui bersama Tuhan selalu mengatakan bahwa kita serupa dengan gambar-NYA, kita juga berharga seperti biji mata-NYA. Tuhan menciptakan kita sedemikian rupa sempurnanya, demi memelihara dan menjaga segala sesuatu yang telah diciptakan-NYA di bumi ini.

Tetapi manusia yang diciptakan-NYA itu yang paling banyak menimbulkan polusi dan kerusakan alam sehingga berbagai bencana yang timbul sebenarnya salah satu faktor penyebabnya adalah manusia itu sendiri. Tetapi ada begitu banyak manusia yang masih saja "menyalahkan" Tuhan, menganggap-NYA telah menghukum manusia.

Kita sebagai manusia yang diciptakan-NYA itu yang paling sering mengecewakan dan menyakiti hati-NYA. Tak jarang kita “mengatur” Tuhan, demi mendapatkan jawaban untuk setiap masalah, keinginan, bahkan menjawab ego kita sendiri. Bahkan ada juga di antara kita mungkin yang masih berani sakit hati dengan Tuhan, menganggap-NYA tidak bisa berbuat apa-apa, tidak penuh kasih, dan tidak adil.

Bisa kita bayangkan bagaimana perasaan dan pikiran Tuhan melihat sikap kita yang begitu manja, egois, semena-mena, tidak sabaran, dan angkuh?

Bersyukurlah Tuhan tidak bisa kita atur menurut kemauan dan kehendak hati kita. Bersyukurlah karena Tuhan itu Mahatahu atas masa depan kita, sehingga DIA menjawab doa kita dan mengarahkan langkah kaki kita sesuai dengan kehendak dan rencana-NYA atas hidup kita. Bersyukurlah karena Tuhan kita itu Mahakuasa, karena apa pun yang kita kehendaki atas diri kita maupun kehendak orang lain atas kita tidak akan pernah terjadi jika DIA tidak menghendaki-NYA. Dengan segala kekuasaan yang DIA miliki, DIA bisa melakukan apa pun atas kita (“Manusia dapat menimbang-nimbang dalam hati, tetapi jawaban lidah berasal dari pada Tuhan -– Amsal 16:1”).

Bersyukurlah karena DIA melihat hati, karena ada begitu banyak orang "tertipu" dengan rayuan dan "wajah melas" seseorang, tetapi DIA Tuhan yang tidak mudah tertipu, DIA tahu apa rencana, pikiran, dan hati kita (“Segala jalan orang adalah bersih menurut pandangannya sendiri, tetapi Tuhanlah yang menguji hati –- Amsal 16:2”). Dan yang paling penting kita juga harus bersyukur bahwa oleh kasih karunia-NYA yang masih ada saat ini, DIA masih adalah Tuhan yang penuh kasih dan penuh maaf, karena DIA sama sekali tidak mempersoalkan kelakukan buruk, kata-kata negatif, dan ketidakpercayaan kita.

“Siapa yang memperhatikan firman akan mendapat kebaikan, dan berbahagialah orang yang percaya kepada Tuhan –- Amsal 16: 20”.

Tuhanlah yang Empunya Hidup kita. Tugas kita hanyalah memperhatikan Firman-NYA dan mempercayai-NYA. Jika kita sudah menjadi kecewa, marah, dan sakit hati dengan-NYA, maka bagaimana kita bisa mempercayai bahwa DIA itu Tuhan yang Baik, Tuhan yang Hidup, Tuhan yang Penuh Kasih, Tuhan yang dapat membuat mujizat, dan Tuhan yang Maha Adil?

Kita akan menjadi lawan-NYA selama kita tidak bisa mempercayai bahwa semua hal telah diatur-NYA untuk mendatangkan kebaikan buat kita (Roma 8:28). Kita akan menjadi sombong jika kita tidak bisa menghormati dan menyadari siapa Pencipta kita, sehingga kita akan berlaku semena-mena terhadap siapa pun yang ada di sekitar kita.

Mari kita bertobat dan menyadari segala kekurangan, kelemahan, dan kesalahan kita selama ini di hadapan Tuhan! Karena apa pun yang terjadi, seberapa pun kayanya kita, seberapa pun pandainya kita, dan seberapa pun kuatnya kita, DIA adalah Tuhan yang berdaulat dan berkuasa penuh atas hidup kita. DIA mampu berbuat apa pun atas kita (“jikalau Tuhan berkenan kepada jalan seseorang, maka musuh orang itu pun didamaikan-NYA dengan dia –- Amsal 16:7”)

Tuhan memberkati.