Haruskah Yesus Menangis (Lagi)?

Oleh : Josep Hutapea

“Dan ketika Yesus telah dekat dan melihat kota itu, Ia menangisinya,” Lukas 19:41
“Maka menangislah Yesus.” Yoh 11:35

Sebagai manusia tentunya Yesus juga mengalami emosi dalam hidupnya. Marah dan menangis adalah luapan emosi yang pernah dilakukan Yesus. Perbedaannya dengan manusia yang lain adalah motif kemarahan dan substansi yang ditangisi.



Dalam alkitab, tercatat dua kali Yesus menangis. Yang pertama ketika sahabatNya Lazarus meninggal dunia dan yang kedua ketika Yesus memasuki kota Yerusalem dan Dia di elu-elukan. Mari kita bahas satu persatu, untuk apa dan mengapa Yesus menangis.

Yesus Menangis Melihat Jenazah Lazarus (Yoh 11 : 1-44)
Hubungan Yesus, Maria, Martha dan Lazarus sangat dekat (ayat 5). Maria adalah orang yang mengurapi Yesus dengan minyak mur dan menyekanya dengan rambutnya. Oleh karena kedekatan inilah Maria memberanikan diri menjumpai Yesus dan memintaNya untuk menyembuhkan Lazarus saudaranya. Maria memberikan pesan kepada pembawa pesan bahwa “dia yang Engkau kasihi”. Maria bukan merasa sok dekat dengan Yesus karena sebelumnya mendapat apresiasi dari Yesus. Tapi memang Yesus sendiri sangat mengasihi keluarga ini.

Yesus memberi pesan juga kepada pembawa pesan itu bahwa penyakit itu tidak mematikan. Lazarus akan baik-baik saja. Kemudian Yesus sengaja tinggal lebih lama lagi di tempat dimana Dia berada. Sayang Alkitab tidak menyebutkan secara spesifik dimana Yesus berada pada waktu itu. Namun mengacu kepada Yoh 10:40, Dia berada di seberang Sungai Yordan tempat Yohannes membabtis. Tempat itu adalah Betania (Yoh 1 : 28). Berbeda dengan kota Betania yang disebutkan sebagai kampung Maria. Jarak antara Betania (seberang Jordan) dengan lebih kurang 20 mil (32 km) sehingga dibutuhkan 1 hari berjalan kaki ke sana.

Satu hari perjalanan pembawa pesan, 2 hari Yesus tinggal di Betania, tambah 1 hari perjalanan Yesus ke Betania (kampung Maria) total 4 hari. Ada kemungkinan bahwa Lazarus seungguhnya telah meninggal dunia ketika Yesus mendapat kabar dari pembawa pesan itu. Ayat 17 Yesus mendapati bahwa telah 4 hari Lazarus dikuburkan. Sesungguhnya Yesus maha mengetahui segalanya. Dia membiarkan Lazarus tertidur (mati). Tuhan ingin menunjukkan peristiwa yang lebih besar, jauh lebih besar dari kesembuhan Lazarus.

Marta dan Maria tentunya sangat kecewa dengan sikap ketidak pedulian Yesus kepada saudaranya (menurut fikiran mereka). Itulah sebabnya, mereka berkata : "Tuhan, sekiranya Engkau ada di sini, saudaraku pasti tidak mati. Tetapi sekarangpun aku tahu, bahwa Allah akan memberikan kepada-Mu segala sesuatu yang Engkau minta kepada-Nya."(ayat 21,22). Ini mengisyaratkan kepada Yesus agar membangkitkan Lazarus. Yesus menjawab saudaramu akan bangkit. Dalam fikiran Marta bahwa yang dimaksudkan Yesus adalah kebangkitan nanti pada akhir zaman. Marta inginkan saudaranya bangkit sekarang.

Ketika Yesus tiba di rumah Maria, disana sedang diadakan penghiburan. Maria tersungkur di kaki Yesus dan berkata persis sama dengan adiknya Marta sambil menangis. Melihat Maria menangis, mulailah hadirin mulai bereaksi dan ikut menangis dengan Maria. Yesus jadi terharu akan peristiwa itu. Yesus menanyakan dimana kuburan Lazarus. Ketika Yesus melihat kuburan itu, maka menangislah Yesus (ayat 35). Sebagian orang terharu melihat bahwa Yesus juga menangis. Namun sebagian menyangka bahwa Yesus telah kehilangan “kesaktiannya” dan menganggap Yesus tidak mampu berbuat apa-apa terhadap Lazarus. Mereka berfikir : “katanNya saudara, tapi kenapa tidak ditolong.

Apakah yang sebenarnya Yesus tangisi dalam peristiwa ini? Sesungguhnya Yesus tidak menangis karena penyesalan tidak dapat menolong Lazarus. Yesus juga menangis bukan karena sedihnya perpisahan. Yang Yesus tangisi adalah iman Maria, Marta dan para Pelayat yang tidak mengerti dan masih kurang percaya kepada Yesus. Yesus juga menangisi betapa sakitnya upah dosa itu, yaitu kematian. Yesus melihat bahwa nanti Dialah yang akan ada di dalam kubur itu untuk menggantikan Lazarus.

Yesus menangis ketika melihat iman Maria dan Marta yang putus asa ketika menghadapi cobaan berat. Mereka kecewa karena berfikir bahwa Yesus tidak peduli dengan mereka. Kita juga sering melakukan hal yang sama ketika kita menghadapi cobaan berat dalam hidup kita. Kecewa dengan Yesus dan merasa kita ditinggalkan. Ujian yang tak kunjung berakhir, badai yang tak kunjung berakhir, adakah Yesus meninggalkan kita? Tidak, saudaraku namun Dia telah mempersiapkan peristiwa yang besar melebihi harapan kita untuk menyelesaikan problema hidup kita. Kesembuhan Lazarus mungkin bisa didapat oleh pertolongan tabib (medis). Tapi kebangkitan Lazarus hanya dapat diperoleh dari kuasa Allah dan tidak ada manusia yang sanggup melakukan itu sekarang ini. Jadi jelas bahwa Tuhan Yesus sesungguhnya mempersiapkan jawaban yang jauh lebih besar dari apa yang kita minta.

Masih kah Yesus harus menangis melihat iman dan kepercayaan kita yang masih pasang surut ini? Setiap kita kecewa, sedih dan merasa ditinggalkan Yesus menangis disana. Haruskah kita buat Yesus menangis lagi???

Yesus menangisi Yerusalem (Lukas 19 : 28-44)
Tangisan Yesus yang kedua pecah ketika Dia memasuki kota Yerusalem. Pada saat menjelang Hari Paskah, Yesus kembali ke Yerusalem. Seperti biasa, budaya mudik ini selalu dilakukan oleh orang-orang Yahudi termasuk Yusuf dan Maria ibu Yesus. Mereka selalu mudik pada saat Paskah.

Pada saat itu Yesus dan murid-murirNya ikut mudik ke Yerusalem. Menjelang gerbang kota Yesus menyuruh murid-muridNya mengambil seekor keledai betina untuk menjadi kendaraan Yesus. Hal ini Yesus lakukan untuk menggenapi nubuatan bukan ada alasan lain (Mat 21 : 5, Zak 9:9). Penduduk Yerusalem telah mengetahui kabar tentang semua mujizat yang telah diperbuat Yesus. Mereka menganggap bahwa Yesus adalah pahlawan mereka yang akan menyelamatkan mereka dari penjajahan Romawi. Mereka mengenal Yesus adalah sang Superman, Superhero.

Tidaklah mengherankan jika mereka meluapkan kegembiraan mereka ketika Yesus datang ke kota itu. Lengkap dengan tunggangan keledai, murid-murid dan pengikut-pengikutnya. Mereka membentangkan pakaiannya di jalan sebagai karpet merah. Mereka nampak antusias sekali dengan kedatangan Yesus. Namun dibalik euphoria mereka Yesus justru menangis.

Tangisan Yesus tidak sama seperti tangisan Norman Kamaru (polisi gaul) ketika di arak di kampung halamannya, atau para selebriti instant yang sedang pulang kampung. Tangisan Yesus bukanlah tangisan haru karena meriahnya sambutan warga kampung. Tangisan itu jelas memiliki makna yang sangat dalam. Ayat 42 : “Kata-Nya, "Kasihan, alangkah baiknya kalau hari ini engkau tahu apa yang dapat mendatangkan perdamaian! Tetapi sekarang engkau tidak dapat melihatnya“.

Sesungguhnya Yesus mengetahui isi hati mereka, bahwa apa yang mereka lakukan sekarang ini untuk menyambut paskah itu adalah tradisi semata. Yesus melihat bahwa sebentar lagi sorak-sorai itu akan berubah menjadi ratap tangis. Yesus sudah melihat bahwa akan tiba saatnya kota itu akan ditunggang balikkan sampai tiada 2 batu bertindih.

Orang-orang Yahudi mempersiapkan segalanya menyambut paskah. Membersihkan rumah, mengganti perabot-perabot yang rusak, mengecat rumah, baju baru, hewan korban terbaik, dll. Hanya satu yang lupa mereka persiapkan yaitu hatinya.

Yesus melihat jauh kedalam hati umatNya dan tiada atupun yang telah bersedia menerima Yesus sebagai Juruselamat mereka. Apa yang mereka lakukan ini hanyalah sebatas tradisi. Pengetahuan mereka terhadap misi Yesus yang sesungguhnya sangat dangkal. Itulah yang menyebabkan Yesus menangis.

Pada saat kita bersedia menghadap Tuhan dalam perbaktian banyak yang kita persiapkan sebelumnya. Mencuci kendaraan, mempersiapkan pakaian terindah, sepatu yang cantik, sampai kepada minyak wangi, dan kosmetik. Semuanya fokus kepada penampilan fisik. Kita lupa mempersiapkan hati kita. Jika Alkitab ketinggalan di rumah itu tidak masalah. Lanjut aja, kan ada LCD di gereja. Namun jika Smartphone, Blackberry, atau Ponsel yang ketinggalan di rumah, mereka akan pulang dulu ke rumah mengambilnya.

Ketika kita datang berbakti kepada Tuhan hanya sekedar “isi absen”, biar sepertinya rajin dilihat calon mertua, atau motif-motif lain. Maka Yesus sedang menangis melihat kita. Yang terpenting bagi Yesus adalah hati yang berserah. Tunduk kepada perintah Bapa.

Haruskah Yesus menangis lagi melihat hati kita yang penuh dengan amarah dan dendam yang dibalut dengan pakaian bagus? Haruskah Yesus menangis lagi ketika kita tidak mengerti untuk apa kita berada di kaabahNya.

Jangan buat Yesus menangis lagi, Dia selalu ada untukmu. Dia tidak pernah meninggalkanmu.
Jangan buat Yesus menangis lagi, datang padanya dengan hati yang remuk. Dia akan menyatukannya.

Tuhan memberkati. Syalom!

Amin.