Indonesia Kasian Deh Lu

Oleh Sion Antonius

Mengawali tulisan ini saya ingin mengutip sebuah artikel dari Majalah Standard vol. v No.7 (November 2009) halaman 39, judulnya NERAKA INDONESIA, dengan isi sebagai berikut:

Seorang warga Indonesia meninggal lalu di kirim ke neraka. Di sana ia mendapati bahwa ternyata neraka itu berbeda-beda bagi tiap warganegara.

[block:views=similarterms-block_1]

Pertama orang itu ke neraka bagi orang-orang Inggris dan bertanya kepada orang-orang di sana, "Kalian diapain di sini?", Orang Inggris menjawab, "Pertama-tama, kami didudukan di atas kursi listrik selama satu jam. Lalu didudukan lagi di atas kursi paku selama satu jam lagi, kemudian disiram dengan bensin baru disulut dengan api. Setelah itu setan Inggris muncul dan memecut kami sepanjang sisa hari yang ada."

Karena kedengarannya tidak menyenangkan, si orang Indonesia menuju ke neraka yang lain. Ia coba melihat-lihat bagaimana keadaan di neraka bagi warga Amerika Serikat, Israel, Rusia dan banyak lagi. Ia mendapatkan bahwa semua neraka-neraka itu kurang lebih mirip dengan neraka bagi orang Inggris.

Akhirnya ia tiba di neraka bagi orang Indonesia, dan melihat antrian sangat-sangat panjang yang terdiri dari orang berbagai Negara yang menunggu giliran untuk masuk neraka Indonesia. Dengan tercengang ia bertanya kepada yang antri, Apa yang akan dilakukan di sini? Ia memperoleh jawaban, Pertama-tama, kita didudukan di atas kursi listrik selama satu jam, lalu didudukan di atas kursi paku selama satu jam lagi, lalu disiram dengan bensin dan disulut api, lalu setan Indonesia muncul kemudian memecut penghuni neraka sepanjang hari.

Tapi itu kan persis sama dengan neraka-neraka yang lain, mengapa begitu banyak orang antri untuk masuk ke sini?

Di sini servicenya sangat buruk, kursi listriknya tidak menyala, karena harga listrik naik terlalu tinggi dan sering mati, kursi pakunya tidak ada, hanya tinggal pakunya, itupun ukurannya kecil-kecil karena kursinya sering diperebutkan. Bensinnya juga tidak ada, karena harganya melambung tinggi, dan setannya adalah mantan pegawai negeri, jadi ia cuma datang, tanda tangan absensi, lalu pulang.

Pada saat selesai membaca artikel tersebut mungkin kita tertawa terbahak-bahak, sangat lucu melihat betapa konyolnya bangsa indonesia (sengaja pakai huruf non kapital) dalam cerita tersebut. Apalagi sindiran itu memang ada benarnya, kondisinya memang seperti itu. Namun saya melalui tulisan ini mengajak kita untuk tidak berhenti hanya sampai titik tertawa untuk bangsa indonesia, namun lakukan sesuatu untuk Bangsa Indonesia.

Sebagai warganegara Indonesia kita tetap harus mempunyai pengharapan yang positif untuk Negara yang besar ini. Kritik tetap harus dilakukan, koreksi harus tetap berjalan, dan di sisi yang lain kita memberikan kontribusi yang positif untuk terjadinya perbaikan, minimal di lingkungan tempat kita bisa berperan.

Apa yang bisa kita lakukan untuk bangsa ini? Beberapa usulan sederhana ini bisa kita lakukan:

  1. BERDOA, kita harus banyak berdoa kepada Tuhan, supaya Yang Maha Kuasa turun tangan menolong bangsa Indonesia. Kerusakan yang terjadi sangat menyeluruh dan luar biasa parah, perbaikan tidak mungkin dilakukan oleh manusia harus oleh Sang Khalik. Jadikan doa untuk bangsa dan Negara bukan sekedar seremonial dan kebiasaan saja namun betul-betul sebagai kebutuhan akan pertolongan supranatural kepada manusia yang lemah. Kita harus percaya bahwa Tuhan memang ada dan Dia adalah Tuhan yang berkuasa menjadikan alam semesta ini, sehingga Diapun adalah Tuhan yang berkuasa untuk mengatur negara Indonesia.

  2. JANGAN JADI BAGIAN YANG MERUSAK, pada saat kita menertawakan bangsa ini, jangan-jangan kita adalah si perusak itu sendiri, kadang kala kita tidak sadar bahwa kerusakan yang ada juga adalah karena peran kita. Kita tidak mau ada korupsi, tapi ketika berhadapan dengan aparat justru kita yang terlebih dahulu menawarkan sogokan. Jadikan diri kita sebagai bagian yang memperbaiki keadaan bukan termasuk yang ikut merusak kehidupan berbangsa dan bernegara.

  3. TUMBUHKAN RASA PEDULI KEPADA LINGKUNGAN, kepedulian kita adalah langkah awal untuk memperbaiki keadaan, ketika PLN tidak sanggup menyediakan listrik, cobalah menghemat listrik, karena dengan menghemat listrik kita bukan hanya peduli kepada pemerintah tapi kita juga sedang berbagi dengan masyarakat yang lainnya. Jangan merasa sombong, karena kita mampu bayar listrik lalu mulai komplain terhadap ketidaknyamanan, tanpa ada usaha sedikitpun untuk mengurangi pemakaian listrik yang tidak perlu. Masih banyak lagi contoh lainnya dimana kita bisa berbagi dan peduli. Ketika keadaaan buruk, maka yang lebih baik harus peduli terhadap yang kurang baik, jangan serahkan semua urusan pada Negara, ambillah sedikit tanggung jawab sosial menjadi bagian kita.

  4. KENDALIKAN SIKAP SERAKAH, seringkali kita tidak sadar sudah menjadi orang yang serakah. Makan cukup 1 porsi malahan minta tambah berporsi-porsi sampai orang lain kehabisan makanan. Biarkan hidup kita dikendalikan oleh rasa cukup, sebab dengan rasa cukup maka kita bisa mengendalikan keinginan. Jika kita tidak mengendalikan keinginan maka hidup tidak akan pernah merasa dipuaskan, dan saat keinginan itu tidak bisa dipuaskan maka jiwa serakah akan mengandalikan kehidupan kita. Pada saat serakah itu muncul jangan harap akan timbul rasa tentram, yang terjadi adalah kekacauan. Inilah sumber kekacauan di Negara kita karena terlalu banyak orang serakah menjadi pengusaha, pegawai negeri, pejabat, anggota DPR, bahkan pemimpin agama dan lain sebagainya. Mari kita menjadi warganegara yang tidak serakah dalam hal apapun kecuali serakah dalam berbuat kebaikan.

  5. BERTOBAT, bukankah kata tersebut hanya berlaku untuk orang jahat? Kejahatan orang lain seringkali memang terlihat dengan sangat jelas oleh kita. Tapi kejahatan kita seringkali kita anggap sebuah kebaikan. Celakalah kita apabila tidak tahu atau tidak mau tahu bahwa sebenarnya diri kita sendiri penuh dengan hal-hal yang perlu dibereskan. Sebelum membereskan masalah orang lain maka terlebih dahulu kita harus membereskan kejahatan yang ada pada diri kita. Hanya dengan hati yang bersihlah maka kita boleh dan bisa memperbaiki keadaan. Mintalah Tuhan yang menolong kita ketika berbuat kebaikan dan memperbaiki keadaan sehingga motivasinya menjadi benar dan tulus.

Dengan 5 usulan sederhana ini saya berharap bahwa judul tulisan di atas bisa kita ubah bukan "Indonesia Kasian deh Lu", tapi bisa menjadi "INDONESIA, NEGARA KEBANGGAANKU".