Jangan Pisahkan

Dan di atas semuanya itu: kenakanlah kasih, sebagai pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan. -- Kolose 3:16

Saya menyumbangkan lagu secara spontanitas dalam resepsi pernikahan seorang sahabat. Terbawa oleh suasana nostalgia, saya memilih Biru, yang pernah dipopulerkan oleh Vina Panduwinata. Lagu yang mendayu tersebut diakhiri dengan suatu permohonan, "Tuhan, jangan Kaupisahkan apa pun yang terjadi. Kuingin slalu dekat kekasihku." Hm, romantis nian.

[block:views=similarterms-block_1]

Namun, sesampainya di rumah, dan setelah memikirkan lirik lagu itu lebih jauh, saya jadi malu sendiri. Bukannya karena suara saya fals, melainkan karena kata-kata permohonan tersebut terasa tidak pas, dan malah berlawanan dengan berkat pernikahan.

Yang jelas, permohonan tersebut salah arah. Dalam pernikahan Kristen, Tuhan adalah pihak yang mempersatukan, memberkati dan meneguhkan. Ide tentang kemungkinan perpisahan atau perceraian bagi pasangan yang telah menikah tidaklah bersumber dari hati Allah.

Permohonan itu lebih tepat bila ditujukan kepada manusia, khususnya pasangan yang telah mengikat janji untuk memadu kasih mereka dalam sebuah pernikahan. Seperti yang diingatkan oleh Tuhan Yesus, kelonggaran perceraian dalam hukum Musa diberikan justru karena ketegaran hati manusia. Peringatan itu mengisyaratkan bahwa kesatuan dan keutuhan rumah tangga bukanlah karunia yang jatuh dari langit. Suami-istrilah yang bertanggung jawab untuk memelihara, memupuk dan menyiram kasih di antara mereka, agar jangan sampai "beku dan membiru".

Dan ingat, bila ingin beromantis ria, jangan salah pilih lagu!

Sumber: Renungan Malam, April 2005