Menanti Kedatangan Kristus dengan Hidup di Dalam Pengudusan

Oleh: Pdt. Samuel T. Gunawan, M.Th

“Sekarang telah tersedia bagiku mahkota kebenaran yang akan dikaruniakan kepadaku oleh Tuhan, Hakim yang adil, pada hari-Nya; tetapi bukan hanya kepadaku, melainkan juga kepada semua orang yang merindukan kedatangan-Nya” (2 Timotius 4:8)

Pendahuluan

Kekristenan, seperti telah terjadi dalam sejarah, sering kali dipraktekkan hanya sebagai agama atau tradisi religius yang hampa. Banyak upacara dan kebiasaan keagamaan yang kering dan dilakukan tanpa gairah. Karena itu, ketika kehidupan duniawi lebih menarik dan menggairahkan, gereja menjadi sepi. Di negara Barat, beberapa gereja hanya dihadiri orang-orang yang sudah tua. Akan tetapi, sejak gerekan Pentakosta muncul pada tahun 1900, kegairahan rohani bangkit kembali. Pertama, Kerena orang percaya mengalami sendiri apa yang ditulis dalam Alkitab. Pencurahan dan karunia Roh Kudus (kharismata), terbukti tidak hanya berlaku pada zaman gereja pertama dulu. Sejak Agnes Ozman, mahasiswa di Seminari Stone’s Folly berbahasa lidah, pencurahan Roh Kudus terus terjadi. Gereja mengalami pengalaman serupa yang dulu ditulis di Alkitab. Kedua, kegairahan rohani “booming” (meledak) sejalan dengan tumbuhnya keyakinan bahwa nubuat Alkitab akan digenapi pada masa sekarang dana masa yang akan datang (future).

Bangkitnya gerakan nubuatan Alkitab ini di pelopori oleh Dispensasionalisme. Kekristenan yang hanya menyakini bahwa nubuat Alkitab telah digenapi pada masa lalu (past) menjadi tidak bersemangat dan suam. Namun gerakan Pentakosta, Gerakan Kharismatik, dan Injili Dispensasional bertumbuh dalam pengharapan akan masa depan ini. Ekspekstasi tentang kedatangan Kristus kedua kali telah menjadi sumber pengharapan yang benar-benar membakar iman.


Merindukan kedatangan Kristus kedua kali adalah sikap yang sesuai dengan anjuran Alkitab. Rasul Paulus mendukung kerinduan umat akan kedatangan Kristus, dan ia sendiri pun sangat mendambakannya (2 Timotius 4:8). Begitu juga rasul Yohanes, tentang kerinduan itu ia menuliskan “Saudara-saudaraku yang kekasih, sekarang kita adalah anak-anak Allah, tetapi belum nyata apa keadaan kita kelak; akan tetapi kita tahu, bahwa apabila Kristus menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya. Setiap orang yang menaruh pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci” (1 Yohanes 3:2-3). Karena itu, rasul Yohanes mengingatkan bahwa konsekuensi merindukan kedatangan Kristus kedua kali adalah mengupayakan kehidupan yang suci. Istilah soteriologi untuk proses penyucian ini adalah “pengudusan (sanctification)” yang progresif.

Pengudusan orang percaya terjadi pada saat ia dilahirkan kembali oleh Roh Kudus di dalam Kristus. Selanjutnya, orang-orang percaya terus menerus mengalami proses pegudusan yang mencakup pengudusan pikiran, kehendak, emosi, hati nurani, perkataan dan perbuatan-perbuatan. Orang percaya dikuduskan oleh darah Kristus (1 Yohanes 1:7), firman (Yohanes 17:17), oleh Roh Kudus yang mendiami dan memenuhi (Efesus 5:18), dan dengan iman (Kisah 26:18). Di dalam teologi Kristen, khususnya soteriologi, dikenal tiga macam pengudusan (sanctification), yaitu, yaitu pengudusan judikal, pengudusan progresif, dan pengudusan sempurna.

Pengudusan Judikal (Positional Sanctification)

Pengudusan judikal disebut juga pengudusan posisional atau pengudusan awal. Proses pengudusan dimulai ketika seseorang berdosa dilahirkan baru (regeneration) dalam Kristus oleh Roh Kudus. Pada saat regenerasi, terjadi suatu perubahan radikal dari kematian rohani menjadi kehidupan rohani yang dikerjakan oleh Roh Kudus yang memampukan manusia yang telah jatuh ke dalam dosa untuk dapat kembali melakukan hal yang benar menurut pandangan Tuhan. Paulus mengatakan, “telah menghidupkan kita bersama-sama dengan Kristus, sekalipun kita telah mati oleh kesalahan-kesalahan kita - oleh kasih karunia kamu diselamatkan -” (Efesus 2:5). Disini, kata kerja yang diterjemahkan “menghidupkan” adalah “synezoopoiesen”, memakai bentuk aorist tense yang berarti tindakan yang seketika atau sekejap.
   
Regenerasi ini memampukan seseorang untuk bertobat dari dosa-dosanya dan percaya kepada Kristus bagi keselamatannya. Seseorang dapat memberi respon di dalam pertobatan dan iman hanya setelah Tuhan memberikan kehidupan yang baru kepadanya. Bertobat dan percaya disebut dengan istilah perpalingan (convertion). Bertobat merupakan suatu keputusan sadar untuk berpaling dari dosa-dosa dan iman berarti berpaling kepada Kristus untuk mengampuni dosa-dosa. Jenis iman ini mengakui bahwa seseorang tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri dan pada saat yang sama mengakui hanya Kristus yang dapat melakukannya (Yohanes 6:44).

Jadi, setelah lahir baru, saat di mana orang perceya menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya secara pribadi, posisi orang percaya disebut sebagai orang kudus. Itulah sebabnya sekalipun jemaat di Korintus masih jatuh bangun dalam dosa, bahkan banyak melakukan dosa yang parah, Paulus tetap menyebut mereka sebagai orang Kudus (1 Korintus 1:1-2).

Pengudusan Progresif (Progressive Sanctification)

Pengudusan progresif disebut juga pengudusan yang dinamis. Pengudusan dapat dilihat sebagai seketika dan juga sebagai proses. Itulah sebabnya orang percaya, setelah dikuduskan harus hidup dalam kehidupan yang kudus setiap hari (1 Tesalonika 5:23; Ibrani 10:14; 2 Petrus 3:18). Rasul Paulus meminta kepada jemaat di Roma supaya mereka “demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati” (Roma 12:1). Regenerasi merupakan pemberian hidup yang baru, maka artinya regenerasi merupakan awal dari proses pembaharuan hidup. Dengan demikian, orang yang lahir baru telah mengalami langkah pertama dari pembaharuan hidup. Selanjutnya, orang percaya wajib mengusahakan hidup suci, mengejar kekudusan secara terus menerus. Alkitab menyebutnya dengan istilah “pengudusan”, yang bersifat dinamis bukan statis, yang progresif bukan seketika; yang memerlukan pembaharuan, pertumbuhan dan transformasi terus menerus.

Selanjutnya, rasul Paulus mengingatkan “..karena kamu telah menanggalkan (apekdysamenoi) manusia lama (palaion anthropos) serta kelakuannya, dan telah mengenakan (endysamneoi) manusia baru (kainon anhtropos) yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya” (Kolose 3:9-10). Paulus dalam ayat ini bukan bermaksud memberitahukan bahwa orang-orang percaya di Kolose, sekarang atau setiap hari harus menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru berulang-ulang kali, tetapi Paulus menegaskan bahwa mereka telah mengalaminya pada saat regenerasi dan telah melakukannya perubahan ini ketika mereka pada saat konversi menerima dengan iman apa yang telah dikerjakan Kristus bagi mereka. Kata Yunani menanggalkan (apekdysamenoi) dan mengenakan (endysamneoi) menggunakan bentuk aorist tense yang mendeskripsikan kejadian seketika; Jadi Paulus sedang merujuk kepada apa yang telah dilakukan orang percaya di Kolose ini di masa yang lalu. Lalu apakah yang dimaksud Paulus dengan frase “terus menerus diperbaharui”? Walaupun orang-orang percaya adalah pribadi-pribadi baru, akan tetapi mereka belumlah mencapai kesempurnaan yang tanpa dosa; mereka masih harus bergumul melawan dosa. Pembaharuan ini merupakan proses seumur hidup. frase ini menjelaskan kepada kita bahwa setelah lahir baru kita harus terus menerus mengalami proses pengudusan mencakup pengudusan pikiran, kehendak, emosi, dan hati nurani.

Paulus juga mengingatkan orang percaya “supaya kamu dibaharui (ananeousthai) di dalam roh dan pikiranmu” (Efesus 4:23). Bentuk infinitif ananeousthai yang diterjemahkan dengan “dibaharui” adalah bentuk present tense yang menunjuk kepada suatu proses yang berkelanjutan. Jadi, orang-orang percaya yang telah lahir baru dan menjadi ciptaan baru di dalam Kristus masih diperintahkan untuk mematikan perbuatan-perbuatan daging dan segala sesuatu yang berdosa di dalam diri mereka beruapa keinginan-keinginan daging (Roma 8:13; Kolose 3:5), serta menyucikan diri dari segala sesuatu yang mencemari tubuh dan roh (2 Korintus 7:1). Rasul Paulus mendorong Timotius untuk agar selalu menyucikan dirinya terus menerus, sebab “Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia. Sebab itu jauhilah nafsu orang muda, kejarlah keadilan, kesetiaan, kasih dan damai bersama-sama dengan mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni” (2 Timotius 2:21-22).

Pengudusan Sempurna (perfected sanctification)

Pengudusan yang sempurna disebut juga pengudusan akhir atau lengkap. Ini merupakan pemuliaan (glorification) dan penyempurnaan yang terjadi pada saat Yesus Kristus datang kembali untuk menjemput GerejaNya. Pada akhir zaman ketika nafiri terakhir dibunyikan, semua orang percaya akan diubahkan dalam sekejab mata menjadi tubuh kemuliaan. Paulus menyatakan “Ini kami katakan kepadamu dengan firman Tuhan: kita yang hidup, yang masih tinggal sampai kedatangan Tuhan, sekali-kali tidak akan mendahului mereka yang telah meninggal. Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari sorga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit; sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan” (1 Tesalonika 4:15-17). Disini, Paulus menghubungkan kedatangan Kristus dengan kebangkitan orang percaya dan pengubahan tubuh orang percaya yang masih hidup. Kata pengangkatan (Inggris=repture) berasal dari kata Latin rapturo dan merupakan terjemahan kata Yunani harpazo yang berarti mengambil atau diangkat. Kata ini muncul dalam 1 Tesalonika 4:17. Mendahului pengangkatan ini ada dua peristiwa yang terjadi secara konstan atau bersamaan yaitu kebangkitan orang mati dan pengubahan tubuh.

Pada peristiwa pengangkatan ini, hanya orang-orang mati dalam Kristus yang dibangkitkan (Lukas 14:13,14; 1 Tesalonika 4:16: 1 Korintus 15:52). Keadaan tubuh orang-orang percaya yang telah dibangkitkan tidak lagi dalam wujud yang dapat binasa, tetapi dengan tubuh yang indah, mulia dan tubuh seperti dimiliki oleh Tuhan Yesus. Peristiwa kebangkitan ini disebut kebangkitan pertama. Bersamaan dengan kebangkitan orang percaya yang mati dalam Kristus maka orang-orang percaya yang masih hidup tubuhnya akan diubah. Kebangkitan dan pengubahan tubuh orang percaya terjadi secara bersamaan dengan sekejap atau seketika. Tubuh orang-orang percaya akan diubah menjadi tubuh yang mulia seperti tubuh Tuhan Yesus. Paulus menghibur jemaat di Korintus dengan berkata “Sesungguhnya aku menyatakan kepadamu suatu rahasia: kita tidak akan mati semuanya, tetapi kita semuanya akan diubah, dalam sekejap mata, pada waktu bunyi nafiri yang terakhir. Sebab nafiri akan berbunyi dan orang-orang mati akan dibangkitkan dalam keadaan yang tidak dapat binasa dan kita semua akan diubah. Karena yang dapat binasa ini harus mengenakan yang tidak dapat binasa, dan yang dapat mati ini harus mengenakan yang tidak dapat mati” (1 Korintus 15:51). Pada saat itu segala ketidaksempurnaan kita dan akar dosa dihapuskan dari tubuh orang percaya (1 Tesalonika 3:13; 5:23,24; Ibrani 6:1,2).

Penutup

Alkitab menyebutkan lima macam mahkota, yaitu: (1) Mahkota kebenaran, diberikan bagi mereka yang mencintai dan menantikan kedatangan Kristus kembali (2 Timotius 4:8); (2) Mahkota abadi, diberikan kepada orang-orang yang dapat menguasai diri dalam kehidupan sehari-hari (1 Korintus 9:25); (3) Mahkota sukacita, diberikan kepada mereka yang giat bersaksi dan memenangkan jiwa-jiwa (1 Tesalonika 2:19); (4)     Mahkota kemuliaan, diberikan kepada mereka yang setia memelihara kawanan domba/jemaat (1 Petrus 5:4). (5) Mahkota kehidupan, diberikan kepada orang yang tahan dan setia mengikut Kristus sampai mati (Wahyu 2:10b). Dari lima macam mahkota itu, mahkota kebenaran akan diberikan kepada mereka yang mencintai dan menanti kedatangan Kristus kembali dengan setia. Kata mahkota yang digunakan Paulus dalam bahasa Yunani adalah “stephanos” yang mengandung pengertian penyerahan hadiah atau tropi bagi pemenang dalam suatu pertandingan.

Kerinduan akan kedatangan Kristus kembali yang sungguh-sungguh akan mewarnai pandangan hidup orang percaya. Apapun pekerjaan dan profesi yang dijalani dalam dunia ini adalah dalam rangka memuliakan Kristus tanpa perlu bersikap fanatik emosional yang sempit. Orang Kristen yang cinta dan rindu kepada Kristus pasti memberikan waktu untuk berdoa, bersaat teduh, bersekutu, merenungkan firman, menyembah dan melayani Tuhan, dan melakukan pekerjaanNya. Bahkan, semuanya itu menjadi prioritas. Pengharapan akan kedatangan Kristus merupakan salah satu ciri pertumbuhan rohani. Jika orang Kristen benar-benar mencintai Kristus, seharusnya ia merindukan kedatangan Kristus kembali. Karinduan ini harus diwujudkan dengan cara yang benar, yaitu menjalani hidup kudus dan berkenan kepada Kristus, sebagai mempelai wanita Kristus.    

Pada saat ini sudahkah kita siap sedia menanti kedatangan Kristus, mempelai laki-laki itu menjemput kita? Kita harus menjadi bijaksana seperti lima gadis yang bijaksana dalam perumpamaan Kristus (Matius 25:1-13) dengan menyambut Roh Kudus dan menjadikan Yesus sebagai Tuhan, Juruselamat dan Raja di dalam hidup kita, supaya pada waktu kedatanganNya kita semua ikut terangkat dan masuk dalam “pesta perkawinan” Anak Domba (Wahyu 19:7-9). Pesta Perkawin Anak Domba adalah suatu perjamuan yang dipersiapkan oleh Allah Bapa, suatu puncak pesta yang paling meriah dan sukacita bagi AnakNya yang telah menyelesaikan pekerjaan penebusan dengan sempurna. Pada saat itu jemaat dihadapkan kepada Allah Bapa oleh Yesus Kristus dalam segala kemuliaan surgawi.

Referensi

Chamblin, J. Knox., 2006. Paul and The Self: Apostolic Teaching For Personal Wholeness. Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta.
Enns, Paul., 2004.The Moody Handbook of Theology, jilid 2. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT : Malang
Erickson J. Millard., 2003. Christian theology. Jilid 2 & 3. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.
Grudem, Wayne., 1994. Systematic Theology: A Introduction to a Biblical Doctrine. Zodervan Publising House : Grand Rapids, Michigan.
Gutrie, Donald., 1991 New Testamant Theology, Jilid 1, diterjemahkan, Penerbit BPK Gunung Mulia: Jakarta.
Hoekema, Anthony A., 2010. Saved By Grace. Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta.
Ladd, George Eldon., 1999. A Theology of the New Tastament, Jilid 1 & 2, Terjemahkan, Penerbit Kalam Hidup: Bandung.
Morris, Leon., 2006. New Testamant Theology. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.
Sproul, R.C., 1997. Essential Truths of the Christian Faith. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT : Malang.
Ridderbos, Herman., 2004. Paul: An Outline of His Theology. Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta.

* Pdt. Samuel T. Gunawan adalah seorang Protestan-Kharismatik, Pendeta dan Gembala di GBAP Jemaat El Shaddai; Pengajar di STT IKAT dan STT Lainnya.