Mengalami Transformasi Hidup

Oleh: Samuel T. Gunawan

“Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna“ (Roma 12:2)

PROLOG

Beberapa tahun terakhir ini kata “transformasi” menjadi trend dan sedang “naik daun”, dibicarakan di kalangan orang Kristen. Di Indonesia transformasi merupakan suatu hal yang sangat diharapkan terjadi. Saat ini, kita mengharapkan suatu perubahan (transformasi) ke arah yang lebih baik terjadi atas keluarga, lingkungan, kota dan bangsa kita. Gereja adalah alat atau agen transformasinya Allah, dan Allah sendirilah “Sang Transformator” itu. Kita dapat mengharapkan bahwa gereja akan menjadi suatu eksponen masyarakat yang berpengaruh bagi kota dan bangsanya. Gereja benar-benar akan menjadi garam dunia, terang dunia, dan sebuah kota di atas bukit (Matius 5:13,14).



Orang Kristen perlu menyadari bahwa melalui diri mereka Allah inginkan terjadi perubahan atau transformasi. Roma 12:2 merupakan kunci dari transformasi sejati yang harus dialami oleh orang Kristen untuk dapat menjangkau dan mempengaruhi komunitas lingkungan dimana mereka berada. Paulus mengatakan agar orang percaya “jangan serupa dengan dunia” (Roma 12:2), tetapi sebaliknya “menjadi serupa dengan Kristus” (2 Korintus 3:18). Supaya tidak serupa dengan dunia, tetapi serupa dengan Kristus, menjadi garam dan terang dunia, maka kita perlu mengalami transformasi hidup.

APAKAH “TRANSFORMASI HIDUP” ITU?

Yang dimaksud dengan transformasi hidup adalah perubahan, baik yang bersifat radikal (seketika) maupun progresif (bertahap) , yang diperlukan untuk memampukan manusia yang telah jatuh ke dalam dosa untuk dapat kembali melakukan hal yang benar menurut pandangan Tuhan. Kata “transformasi” berasal dari dua kata dasar yaitu “trans” dan “form”. Trans berarti dari sisi satu kesisi lainnya (across) atau melampaui (beyond). Form disini berarti bentuk. Transformasi berarti perubahan bentuk yang lebih dari atau melampaui perubahan bungkus luar saja. Jadi, pada dasarnya transformasi berarti perubahan bentuk. Dalam Roma 12:2, kata ‘berubahlah’ yang dipakai oleh Paulus adalah kata Yunani ‘metamorphoo’ yang berarti perubahan rupa atau bentuk. 2 Kata Yunani untuk “hidup” adalah “bios” dan “zoe”. Kata bios digunakan untuk menunjukkan bentuk kehidupan yang dimiliki setiap orang, yaitu kehidupan biologi yang dipertahankan dengan makanan, udara, dan air, tetapi pda akhirnya berkahir dengan kematian. Sedangkan kata zoe digunakan untuk menunjukkan kehidupan rohani, yaitu jenis kehidupan yang diberikan Allah dan bersifat kekal ketika seseorang dilahirkan kembali (lahir baru). Kedua jenis hidup ini berbeda satu dengan lainnya. Bios bersifat sementara dan fana, sedangkan zoe bersifat permanen dan kekal. Bios bersifat berpusat pada diri sendiri, sedangkan zoe berpusat pada Allah dan pada orang lain. 3

TIGA TINGKAT DARI PENGALAMAN TRANSFORMASI HIDUP

Intitesis saya tentang transformasi bertitiktolak dari Roma 12:2. Sesungguhnya ayat ini merupakan kunci dari transformasi dan menunjuk 3 (tiga) tingkat transformasi yang perlu dialami umat Tuhan, yaitu position transformation, behavior transformation, dan community transformation. Pertama dan kedua bersifat internal yaitu berada dalam setiap percaya, sedang yang ketiga bersifat eksternal yaitu sebagai akibat dari transformasi internal.

1. Transformasi Posisi (Position Transformation)
Inilah transformasi tingkat pertama, yang terjadi ketika seseorang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus.4 Transformasi ini terjadi secara seketika yang dalam Soteriologi disebut kata Yunani “palingenesia” yang artinya “pembaharuan, kelahiran kembali, lahir baru, atau regenerasi”. 5 Paulus menyebutnya dengan istilah “ciptaan baru” (2 Korintus 5:17). Pada tingkat ini secara judikal seseorang mengalami perubahan status atau posisi dari orang berdosa menjadi orang benar, dari musuh Allah menjadi anak Allah, dari orang yang mengalami kematian kekal menjadi mendapat hidup yang kekal, dari orang yang terkutuk menjadi orang yang diberkati, dari penyembah berhala menjadi penyembah Allah yang hidup dan benar. Sehingga sekalipun “masih berada dalam dunia tetapi bukan berasal dari dunia” karena telah menjadi warga kerajaan Allah.

2. Transformasi Perilaku (Behavior Transformation)
Transformasi perilaku ini diawali oleh transformasi pikiran, yang Paulus sebut sebagai “pembaharuan budi”. Yang dimaksud dengan perilaku (behavior) ialah karakter, sikap, perbuatan atau tindakan seseorang yang dapat dilihat (visible), diamati (observable), dan dapat diukur (measurable). Berbeda dengan transformasi posisi yang terjadi secara seketika, maka transformasi perilaku terjadi secara bertahap sebagai suatu proses. Alkitab menyebutnya dengan istilah “pengudusan” yang dinamis.6 Paulus mengatakan “..karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya” (Kolose 3:9-10). Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa setelah lahir baru kita harus terus menerus mengalami proses pengudusan mencakup pengudusan pikiran, kehendak, emosi, dan hati nurani; pengudusan sifat-sifat maupun perilaku kita.7 Selanjutnya, Paulus menasehati “berubahlah oleh pembaharuan budimu’. Kata Yunani “nous” yang digunakan disini berarti “akal budi atau pikiran”. Pembaharuan nous adalah syarat untuk bisa mengenal dan melakukan kehendak Allah. Apa yang diyakini oleh pikiran (nous) akan mempengaruhi perilaku (behavior) seseorang (Roma 14:1-8). Pembaharuan akal budi (nous) akan menghasilkan hidup kudus. Dengan demikian pengalaman transformasi perilaku atau tindakan adalah hasil dari pembaharuan akal budi.8 Paulus dalam Efesus 4:17-32, berbicara tentang transformasi perilaku setelah sebelumnya mengalami transformasi posisi. Disini terlihat, terjadi perubahan dari yang tidak baik menjadi baik, dari perilaku negatif ke perilaku positif. 9

Transformasi pada tingkat ini juga sangat berkaitan dengan pertumbuhan rohani seseorang sejak pengalaman regenerasi hingga dewasa rohani. Orang percaya perlu bertumbuh secara rohani. Agar kerohanian bertumbuh secara normal seseorang harus melakukan tiga hal yaitu: makan, minum dan latihan. Ketiganya merupakan sesuatu yang harus ada sejak pengalaman regenerasi hingga dewasa. Tuhan tidak ingin anak-anakNya mengalami stagnansi atau berhenti pertumbuhannya. Hal-hal yang dapat membantu pertumbuhan rohani kita antara lain : Firman Tuhan, adalah makanan dan minuman rohani bagi orang percaya yang memberi pertumbuhan dan pengertian (Mazmur 119:105,130). Ibadah dan doa kepada Tuhan harus menjadi bagian yang tak terpisahkan dari hidup kita, untuk itu diperlukan latihan dan disiplin diri. Bahkan, masalah-masalah yang kita hadapi sehari-hari dapat dipakai Allah sebagai sarana untuk melatih kita menjadi orang Kristen yang dewasa dan kuat.10

Dibutuhkan suatu usaha, tekad dan kemauan yang kuat untuk menunjukkan karakter yang sudah dikuduskan dan buah-buah yang baik dalam hidup kita sehari-hari. Roh Kudus yang membaharui akan memberi kemampuan kepada orang Kristen yang bersungguh-sungguh. Karena itu setiap orang Kristen dituntut untuk penuh dengan Roh Kudus (Efesus 5:18).11 Kepenuhan Roh Kudus merupakan suatu pengalaman yang harus terus menerus diulang selama hidup orang percaya, dan dipertahankan agar jangan sampai hilang atau padam. Namun jika hilang masih dapat ditemukan kembali, jika padam masih dapat dinyalakan lagi (Efesus 5:18; 1 Tesalonika 5:19). Untuk hidup dalam Roh maka orang percaya harus taat sepenuhnya kepada pimpinan Roh Kudus dalam hidup mereka (Galatia 5:25). Kehidupan dalam Roh adalah bagaimana cara kita mengikuti dan respon pada pimpinan Roh dan taat kepada apa yang dikehendakiNya. Untuk taat kepada Roh Kudus dibutuhkan iman dan penyerahan diri sepenuhnya.

3. Transformasi komunitas (Community Transformation)
Transformasi komunitas ini terjadi karena kehadiran orang percaya. Komunitas ialah lingkungan hidup tempat dimana seseorang berinteraksi dengan orang lain. Dalam berinteraksi akan ada “saling mempengaruhi” yang bersifat negatif ataupun positif. Kehadiran orang Kristen dikomunitasnya seharusnya memberi nilai yang positif dan menjadi berkat, karena untuk itulah kita dipanggil dan dipilih. Orang Kristen dapat menjadi agen perubahan di komunitas mereka. Tuhan menghendaki anak-anakNya menjadi orang yang berpengaruh di komunitas mereka karena “mereka semakin serupa dengan Kristus dan bukannya menjadi serupa dengan dunia” (2 Korintus 3:18; Roma 12:2). Urutannya harus benar, bukan lingkungan dulu yang berubah, melainkan diri kita dan perilaku kita, kemudian terjadi perubahan lingkungan kita. Dengan cara demikian kita telah memenuhi fungsi kita sebagai “garam” dan “terang dunia” dan lingkungan akan merasakan pengaruh dari fungsi kedua metofora tersebut (Matius 5:13,14).12 Pengaruh garam yang mencegah pembusukan pada daging dan memberi rasa pada masakan; serta terang memberi pengaruh terhadap gelap sehingga gelap menjadi sirna karena kehadiran terang, demikianlah kehadiran orang percaya memberi pengaruh yang baik bagi lingkungannya.

Kita perlu menjadi orang Kristen dengan paradigma yang baru, dan meninggalkan paradigma lama. Orang Kristen dengan paradigma lama memisahkan kehidupan gereja dari kehidupan di dunia sekuler. Yang sakral dan yang sekuler dipisahkan. Paling jauh, gereja mempengaruhi ”dunia sekuler” dalam beberapa bidang pelayanan, contohnya membuka kebaktian atau pelayanan untuk kaum pengusaha dan profesional. Tetapi orang Kristen dengan paradigma baru adalah orang Kristen yang mewarnai bumi dan memberikan pengaruh kuat. Allah memberikan sebuah tujuan kepada gerejaNya yaitu menghadirkan kerajaan Allah dalam setiap aspek kehidupan di dunia. Allah ingin setiap orang percaya bergabung ke dalam misi-Nya untuk memperlebar kuasa kerajaan-Nya di negara atau kota dimana ia berada.

Setiap bangsa memiliki pilar-pilar yang menopang masyarakatnya dan yang sangat mempengaruhi kehidupan rakyatnya untuk menjadi lebih baik atau lebih buruk. Berikut ini pilar-pilar yang yang didalam orang Kristen harus menjadi garam dan terang: Pemerintahan. Eksekutif, legislatif, yudikatif; Hukum dan Politik. Politik nasional dan lokal, administrasi, perundang-undangan, sidang pengadilan, dan penjara, dan lain-lain; Keluarga. Pernikahan, rumah tangga, family; Media. Wartawan, radio, majalah, aktris, aktor, Televisi; Seni dan budaya. Musik, penulis lagu, lukisan, karya tulis, puisi, ukir, patung dan dekorasi, dan lain-lain; Hiburan. Kaset, CD, video, teater, bioskop, tempat-tempat berlibur; Olah raga. Bulu tangkis, sepak bola, renang, volly ball, dan lain-lain; Spiritualitas. Keyakinan, gereja, mesjid, kuil, patung dan takhyul, agama-agama suku dan lainnya; Pendidikan. Play group, PAUD, taman kanak-kanak dan SD sampai Sekolah Menengah dan Universitas serta Lembaga-lembaga Kursus lainnya; Bisnis dan ekonomi. Sarana perdagangan, bank, pasar modal dan tempat usaha; Ilmu dan Teknologi. Komputer, internet, dan lain-lain; Sosial. pengobatan, rumah sakit, kepeduliaan kepada orang miskin, tuna wisma, dan yatim piatu, lembaga swadaya masyarakat.13

PERTOBATAN: KUNCI KEPADA TRANSFORMASI KOMUNITAS

Satu pertanyaan logis muncul: “Mengapa transformasi belum terjadi, terhambat atau tertunda?” Salah satu kuncinya terletak pada sikap di dalam diri orang-orang Kristen itu sendiri. Orang-orang Kristen yang sudah satu dalam Kristus harus bersekutu (Efesus 4:2). Secara de jure Gereja telah bersatu dalam Roh, tetapi secara de facto gereja harus mengusahakan/memelihara persatuan dengan ikatan damai sejahtera”. Persatuan perlu dipelihara melalui persekutuan. Untuk memelihara persatuan itu maka orang-orang percaya dari aspek positif harus memiliki sikap sabar, ramah, lemah lembut, penuh kasih dan dari aspek negatif harus membuang segala perkataan dusta dan kotor, kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertengkaran dan fitnah (termasuk gosip) dari hidup mereka (Efesus 4:17-32). Maka sejak awal sudah ditekankan pada transformasi posisi dan transformasi perilaku untuk mewujudkan transformasi dikomunitas kita. Kini, tiba waktunya bagi kita dengan berjiwa besar untuk mengeluarkan ”balok di mata sendiri” sehingga kemudian dapat menolong mengeluarkan “selumbar dimata orang lain” (Matius 7:1-5).

Dalam Yohanes 17:22,23, Tuhan Yesus telah berkata : “Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepadaKu, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu : Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempuna menjadi satu, agar dunia tahu bahwa Engkau yang telah mengutus Aku ...”. Menginterpretasikan ayat tersebut maka jelas bahwa Yesus telah memberikan kemuliaanNya kepada para muridNya dan juga kepada orang-orang percaya, karena sebelumnya Yesus telah berkata : “Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang yang percaya kepadaKu oleh pemberitaan mereka” (Yohanes 17:20). Akibat dari kemuliaan yang diberikan tersebut orang percaya menjadi satu. Kemuliaan Tuhan Yesus yang diberikan kepada tubuhNya inilah yang dilihat oleh dunia sehingga mereka percaya (Yohanes 17:21,23). 14

Alasan eklesiologis mengapa dunia belum percaya kepada Yesus adalah karena mereka belum melihat kemuliaan Kristus di dalam orang-orang Kristen. Padahal kemuliaan tersebut sudah diberikan oleh Kristus dan ada pada gereja, tetapi kemuliaan tersebut “terselubung” oleh sikap atau cara hidup yang tidak memuliakan Kristus. Supaya dunia dapat melihat kemuliaan Kristus di dalam atau melalui orang Kristen maka “selubung itu harus diangkat dan dibuang” dengan cara bertobat dari sikap atau cara-cara hidup yang keliru.15 Paulus dalam 2 Korintus 3:16,18 berkata : “ Tetapi apabila hati seseorang berbalik kepada Tuhan, maka selubung itu diambil dari padanya. … Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak terselubung ...”. Bertobat disini berarti berbalik dari cara-cara hidup atau sikap hati dan tindakan yang salah atau keliru bahkan dari pola pikir yang keliru, kepada yang benar seperti yang dikehendaki oleh Tuhan, yaitu yang baik, kudus dan yang berkenan kepadaNya (Roma 12:2). Dengan demikian kemuliaan Tuhan dalam hidup kita dapat dilihat terlihat dan kita benar-benar menjadi “kota di atas bukit” yang tidak mungkin tersembunyi (Matius 5:14b).

Pertobatan adalah langkah awal dari transformasi dalam hidup kita. Masih ada hal-hal selanjutnya yang perlu kita kerjakan, yaitu: mengenal dan melakukan kehendak Tuhan (Roma 12:2); Bertumbuh di dalam pengetahuan dan pengertian firman Tuhan (Mazmur 1, 119); Hidup meneladani ajaran dan kehidupan Kristus (Ibrani 12:2; 1 Yohanes 2:6); Memiliki kerendahan hati, pikiran dan keinginan dalam mempelajari apa yang telah diajarkan oleh Roh kepada orang lain di sepanjang sejarah (Ibrani 13:17); Hiduplah penuh Roh Kudus dan dipimpin oleh Roh Kudus. (Yohanes 14:26; Galatia 5:16,25).

TUJUAN TRANSFORMASI HIDUP ADALAH KEMULIAAN TUHAN

Segala sesuatu adalah bagi kemuliaanTuhan (Roma 11:36; Kolose 1:16). Tujuan utama alam semesta adalah menunjukkan kemuliaan Tuhan. Itulah alasan bagi segala sesuatu yang ada termasuk manusia. Tuhan menjadikan segala sesuatu bagi kemuliaanNya. Tanpa kemuliaan Tuhan tidak akan ada apapun. Penciptaan dari dunia ini dirancang untuk menyatakan kemuliaan Tuhan (Mazmur 19:2); Tindakan Tuhan yang berdaulat dimana Ia menetapkan orang percaya untuk diselamatkan adalah untuk memuji kemuliaan anugerahNya (Efesus 1:4-6,11-12). Tuhan dimuliakan dalam pernyataan dari anugerah yang tidak bersyarat (unconditional grace) seperti yang tertulis dalam Roma 9:23; Wahyu 4:11. Itulah sebabnya tidak keliru untuk beranggapan bahwa kesatuan tema dari Kitab suci adalah kemuliaan Allah. Paulus berkata “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya” (Roma 11:36).

1. Apakah kemuliaan Allah itu?
Kemuliaan Allah adalah keberadaan Allah yaitu hakikat dari sifat, luas pengaruhNya, pancaran kemegahanNya, demonstrasi kuasaNya dan suasana kehadiranNya. Kemuliaan Allah adalah ekspresi dari kebaikanNya dan dari semua sifat kekal hakikiNya yang lain. Kemuliaan yang bersifat melekat pada Allah ialah apa yang Dia miliki karena Dia Allah. Itulah sifatNya. Kita tidak bisa menambah apapun pada kemuliaanNya, sama seperti mustahil bagi kita untuk membuat matahari bersinar lebih terang. Tetapi kita diperintahkan untuk mengenali, menghormati, menyatakan, memuji, mencerminkan kemuliaanNya dan hidup bagi kemuliaanNya (1 Tawarikh 16:24; Mazmur 29:1; 66:2; 96:7; 2 Korintus 3:18; Wahyu 4:11).

2. Bagaimanakah kita memuliakan Allah?
Ada banyak cara untuk mendatangkan kemuliaan bagi Tuhan : Pertama, kita memuliakan Tuhan dengan menjadi seperti Kristus. Begitu kita dilahirkan dalam keluarga Allah (regenerasi), Dia ingin kita bertumbuh menuju kedewasaan rohani. Kedewasaan rohani adalah menjadi serupa dengan Kristus dalam cara kita berpikir, merasa, dan bertindak (2 Korintus 3:18). Kedua, kita memuliakan Tuhan dengan menjadi anggota gereja lokal yang aktif. Ketika kita dilahirkan kembali, kita menjadi bagian dari keluaga Allah bukan hanya gereja universal tetapi juga gereja lokal. Mengikut Kristus bukan sekedar masalah percaya, tetapi juga menjadi anggota dan belajar untuk mengasihi anggota keluarga Allah di gereja lokal (Roma 15:7; 1 Yohanes 3:14). Ketiga, kita memuliakan Tuhan dengan cara melayani orang lain dengan karunia-karunia kita. Setiap kita dirancang secara unik dengan bakat, talenta, karunia, keahlian dan kemampuan. Semuanya itu diberikan Allah. Keempat, kita memuliakan Tuhan dengan memberitakan kepada orang lain tentang Kristus. Merupakan hak istimewa bagi kita untuk membawa orang lain kepada Kristus dan membantu mereka menemukan tujuan mereka, serta mempersiapkan mereka untuk menghadapi kehidupan kekal ( 2 Korintus 4:19). Kelima, kita memuliakan Tuhan dengan menjadi penyembah Tuhan dan melayani Dia. Menyembah dan melayani Tuhan adalah tanggungjawab pertama dan terutama kita kepada Tuhan. Ia ingin agar penyembahan dan pelayanan kita kepadNya dimotivasi oleh kasih, ucapan syukur dan sukacita bukan sekedar kewajiban atau rutinitas belaka. Menyembah dan melayani Tuhan adalah gaya hidup yang menikmati Tuhan, mengasihiNya, dan memberi diri kita untuk dipakai bagi tujuan-tujuanNya (Roma 6:13).

EPILOG

Kisah bangsa Israel dalam Perjanjian Lama, memberi gambaran menarik tentang hal ini. Saat bangsa Israel baik-baik mendengarkan suara Tuhan Allah dan melakukan dengan setia segala perintahNya, maka mereka akan mengalami hidup yang diberkati sesuai dengan janji Tuhan (Ulangan 28:1-14).16 Tetapi, saat mereka menolak untuk mendengarkan suara Tuhan Allah, tidak melakukan dengan setia segala ketetapan dan perintahNya maka mereka akan mengalami hidup yang terkutuk (Ulangan 28:15-45). Sikap hati dan cara hidup mereka sehari-hari yang sesuai dengan kehendak Tuhan, berpengaruh positif atas kehidupan mereka. Bila hidup mereka berkenan kepada Tuhan, maka tidak hanya diri mereka yang diberkati tetapi keturunan mereka, kota dimana mereka berada, hasil pertanian, perkebunan, ternak, dan sebagainya mengalami berkat juga. Inilah azas dan prinsip transformasi dimana Tuhan menyatakan kemuliaanNya melalui umatNya. Azas dan prinsip tersebut masih berlaku juga bagi kehidupan Kristen dan gereja masa kini yang mengharapkan terjadinya transformasi atas keluarga, lingkungan, kota bahkan negara dan bangsanya. Saat ini, belum terlambat, kita masih dapat mengharapkan hal-hal seperti ini terjadi dalam hidup kita dan lingkungan kita. Gereja mula-mula telah mencerminkan kemuliaan kristus dalam hidup mereka sehari-hari, dalam hal kasih dan berbagi apa yang dipunyai. Alkitab mengatakan : “Mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambahkan jumlah mereka dengan orang-orang yang diselamatkan” (Kisah 2:47).

Saat saya berusia 10 tahun, saya pernah mendengar seorang pengkhotbah menceritakan sebuah ilustrasi dalam khotbahnya. Seingat saya kisahnya kira-kira begini: Ada seorang pendeta yang sedang ”sibuk” mempersiapkan khotbah untuk disampaikan kepada jemaat pada Minggu pagi. Pendeta tersebut mempunyai seorang anak yang berumur kira-kira 6 tahun, berada di dekatnya dan “mengganggu” pendeta tersebut sehingga tidak dapat berkonsentrasi dalam mempersiapkan khotbah. Ia mulai berpikir bagaimana supaya anaknya tidak ribut dan sibuk di dekatnya. Akhirnya ia mendapat ide ketika melihat selembar kertas bergambar peta dunia. Pendeta tersebut memanggil anaknya dan berkata: “Anakku, lihatlah gambar ini, ayah akan merobeknya menjadi beberapa bagian, kemudian engkau boleh menyusunnya kembali. Apabila selesai bawalah kemari maka ayah akan memberi hadiah kepadamu.” Mendengar akan diberi hadiah anak tersebut dengan asyik segera menyusun ‘permainan puzzle’ tersebut.

Sementara itu, dalam hatinya pendeta ini berpikir tentunya sulit bagi anak yang berumur 6 tahun untuk menyusun kembali robekan-robekan kertas yang bergambar peta dunia, sehingga ada cukup waktu baginya untuk mempersiapkan khotbahnya tanpa merasa terganggu. Tetapi beberapa menit kemudian terdengar anaknya memanggil: “Ayah sudah selesai, cobalah lihat kemari!”. Alangkah herannya pendeta tersebut ketika melihat potongan-potongan kertas yang bergambar peta dunia tersebut telah tersusun seperti semula. Dalam keheranannya ia bertanya: “Bagaimanakah engkau dapat mengerjakan secepat itu ?” Dengan polos anaknya berkata: “aku melihat ada gambar manusia pada potongan-potongan kertas itu lalu menyusunnya dan jadilah seperti ini.” Ternyata di bagian belakang gambar peta dunia tersebut ada gambar seorang manusia. Jadi, gambar manusia itulah yang disusun oleh anak tersebut sehingga peta dunia yang berada di belakangnya ikut tersusun juga. Pada saat itu pendeta itu berpikir dan Roh Tuhan mengajarkan sesuatu kepadanya tentang apa yang harus dikhotbahkannya besok pagi yaitu: Apabila ingin melihat dunia yang telah tercabik-cabik terbentuk kembali, maka bentuklah manusianya lebih dahulu.” Amin!
 
CATATAN TAMBAHAN:

Penulis adalah teolog Protestan-Kharismatik, Pendeta di GBAP Jemaat El Shaddai; Pengajar di STT IKAT dan STT Lainnya. Mendapatkan gelar S.E dari UNPAR; S.Th M.Th dari STT-ITC Trinity. Setelah mempelajari Alkitab lebih dari 15 tahun menyimpulkan tiga keyakinannya terhadap Alkitab yaitu : 1) Alkitab berasal dari Allah. Ini mengkonfirmasikan kembali bahwa Alkitab adalah wahyu Allah yang tanpa kesalahan dan Alkitab diinspirasikan Allah; 2) Alkitab dapat dimengerti dan dapat dipahami oleh pikiran manusia dengan cara yang rasional melalui iluminasi Roh Kudus; dan 3) Alkitab dapat dijelaskan dengan cara yang teratur dan sistematis.
2 Kata metamorphoo ini dipakai juga untuk menunjukkan proses perubahan yang terjadi pada kupu-kupu. Proses itu adalah demikian : dari telur menjadi ulat, dari ulat menjadi kepompong, dari kepompong menjadi seekor kupu-kupu. Kupu-kupu ini disebut jenis hewan metamorfosis karena mengalami proses perubahan bentuk.
3 “Bios, pasti memiliki kemiripan tertentu yang merupakan bayang-bayang atau simbol dari zoe; tetapi hanya jenis kemiripan yang ada antara sebuah foto dengan sebuah tempat sebenaranya, atau antara sebuah patung dengan seorang manusia. Seorang manusia yang berubah dari memiliki bios menjadi memiliki zoe pasti akan mengamai perubahan besar seperti sebuah patung yang berubah dari sebuah batu yang dipahat menjadi manusia yang riil” (Lewis, C.S., 2006. Mere Christianity. Terjemahan, Penerbit Pionir Jaya, hal. 223).
4 Akibat dari dosa pertama Adam dan Hawa, citra Allah dalam diri manusia telah tercorereng dan mengakibatkan dosa masuk dan menjalar kepada setiap manusia (Roma 3:10-12, 23; 5:12). Adam dan Hawa telah membuat dosa menjadi aktual pada saat pertama kalinya di Taman Eden, sejak saat itu natur dosa telah diwariskan kepada semua manusia (Roma 5:12; 1 Korintus 15:22). Manusia telah rusak total (total depravity). Yang dimaksud dengan kerusakan total bukanlah berarti (1) bahwa setiap orang telah menunjukkan kerusakannya secara keseluruhan dalam perbuatan, (2) bahwa orang berdosa tidak lagi memiliki hati nurani dan dorongan alamiah untuk berhubungan dengan Allah, (3) bahwa orang berdosa akan selalu menuruti setiap bentuk dosa, dan (4) bahwa orang berdosa tidak lagi mampu melakukan hal-hal yang baik dalam pandangan Allah maupun manusia. Yang dimaksud dengan kerusakan total adalah (1) kerusakan akibat dosa asal menjangkau setiap aspek natur dan kemampuan manusia: termasuk rasio, hati nurani, kehendak, hati, emosinya dan keberadaannya secara menyeluruh (2 Korintus 4:4, 1Timotius 4:2; Roma 1:28; Efesus 4:18; Titus 1:15), dan (2) secara natur, tidak ada sesuatu dalam diri manusia yang membuatnya layak untuk berhadapan dengan Allah yang benar (Roma 3:10-12).
5 Pengalaman keselamatan, dari sisi karya Allah Roh Kudus adalah pengalaman kelahiran baru (regenerasi). Dari sisi manusia disebut konversi (perpalingan) yang terdiri dari pertobatan dan percaya. Peristiwa ini terjadi saat Roh Kudus membaptiskan orang percaya ke dalam Tubuh Kristus (1 Korintus 12:13).
6 Alkitab menunjukkan tiga aspek pengudusan yang dihubungkan dengan waktu pengudusan, yaitu: (1) Pengudusan Awal, disebut juga pengudusan posisi atau judikal yang terjadi secara seketika pada saat kelahiran kembali oleh Roh Kudus (1 Korintus 1:2; 6:11; Ibrani 2:11). Dalam hal ini kekudusan Kristus diperhitungkan kepada seseorang pada saat ia percaya. (2) Pengudusan Pengalaman, yang disebut juga pengudusan progresif atau pengudusan yang dinamis, merupakan suatu proses yang terjadi terus menerus. Jadi pengudusan dapat dilihat sebagai seketika dan juga sebagai proses. Itulah sebabnya orang percaya, setelah dikuduskan harus hidup dalam kehidupan yang kudus setiap hari (1 Tesalonika 5:23; Ibrani 10:14; 2 Petrus 3:18). (3) Pengudusan akhir atau lengkap, merupakan pengudusan penyempurnaan yang terjadi pada saat Yesus Kristus datang kembali untuk menjemput GerejaNya. Pada saat itu segala ketidaksempurnaan kita dan akar dosa dihapuskan dari tubuh orang percaya (1 Tesalonika 3:13; 5:23,24; Ibrani 6:1,2).
7Tujuan akhir dari proses pengudusan yang dinamis ini yang melibatkan kuasa Roh Kudus dan firman Allah adalah agar diri kira diubah menjadi serupa dengan gambar Kristus, Khalik atau Pencipta kita. Hal ini karena pada mulanya manusia diciptakan menurut rupa dan gambar Allah. Kita diubah terus menerus sampai pikiran dan perasaan kita menjadi sama dengan pikiran dan perasaan Kristus (Filipi 2:5).
8 Contoh nyata dari perubahan perilaku ini misalnya: Dahulu mencuri sekarang tidak lagi, dahulu pemarah sekarang penyabar, dahulu pembuat pertengkaran sekarang menjadi pembawa damai, dahulu penipu sekarang jujur, dahulu suka gosip dan fitnah sekarang tidak lagi.
9 Standar moral dan ukuran kelakuan manusia seharusnya ditetapkan oleh Tuhan Penciptanya. Standar ini adalah "gambar Allah". Segala sesuatu yang "kehilangan kemuliaan Allah" adalah "dosa" (Roma 3:23). Sebagai orang Kristen, kita diperintahkan: "Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah" (1 Korintus 10:31). Maka standar moral yang benar adalah kelakuan yang sesuai dengan kehendak Tuhan dan memuliakan kemuliaan-Nya.
10 Sangat perlu bagi seorang percaya menjadi anggota suatu gereja lokal dan berkomitmen di sana karena : 1. Dengan terikat dalam suatu gereja lokal menunjukkan kesungguhan sebagai orang percaya; 2. Dalam kebersamaan sebagai keluarga di gereja lokal akan mengeluarkan seorang percaya dari keterasingan atau keterpisahan; 3. Membantu bertumbuh dengan sehat menuju kedewasaan rohani dan mengembangkan karunia yang dimiliki; 4. Dalam gereja lokal para gembala atau pemimpin rohani dapat membantu mencegah orang percaya dari kemunduran yang diakibatkan kesulitan atau pencobaan dengan memberikan perlindungan dan pengayoman secara rohani.
11 Orang Kristen diperintahkan “hendaklah kamu penuh dengan Roh Kudus” (Efesus 5:18). Frase Yunani “plérousthe en pneumati” adalah bentuk present imperatif pasif, bukan bentuk aorist (masa lampau). Dalam pengertian ini, dipenuhi dengan Roh Kudus adalah suatu kegiatan yang harus terus-menerus dituntut atau dicari oleh orang-orang percaya. Disini Paulus tidak pernah memerintahkan orang-orang percaya untuk menuntut atau mencari baptisan Roh Kudus, melainkan Ia memerintahkan orang-orang percaya agar senantiasa menuntut dipenuhi dengan Roh Kudus. Baptisan Roh Kudus adalah suatu peristiwa yang lampau yang terjadi hanya satu kali dan bersifat permanen; diterima pada saat seseorang percaya kepada Yesus Kristus dan mengalami kelahiran baru yang memampukannya untuk berpaling kepada Allah (bertobat dan percaya). Sedangkan dipenuhi dengan Roh Kudus adalah sesuatu yang harus dialami secara terus-menerus. Hal ini dapat terjadi berulang-ulang bergantung pada tuntutan kehidupan yang suci dan benar dalam diri orang percaya itu, yang memungkinkan mereka untuk terus mengalami kepenuhan Roh Kudus.
12 Identitas orang Kristen dikenal lewat dua kualitas transformatifnya yang secara metaforis dinyatakan sebagai garam dan terang dunia (Matius 5:13,14). Kedua metafora ini mengacu kepada “perbedaan” dan “pengaruh” yang harus dimanifestasikan murid-murid Yesus kepada dunia ini. Leon Morris mengartikan metafora ini sebagai penetrating power of the Gospel yang harus dinyatakan oleh murid-murid Yesus yang sudah lebih dahulu mengalami transformasi. Implikasi dari penegasan ini cukup serius, yaitu bahwa gereja secara universal harus memikul beban moril dari metafora-metafora ini secara konsisten dan konsekuen. Lebih jauh, implikasi ini bukan sekedar penegasan, tetapi merupakan sebuah panggilan bagi gereja untuk melibatkan diri dan memberi solusi dalam masalah-masalah dunia ini tanpa harus menjadi duniawi.
13 Sebagai agen transformasi yang menjadi garam dan terang dunia, orang Kristen perlu membangun relasi dengan masyarakat dan lingkungannya. Barna Reasearch Group menyatakan hasil penelitiannya bahwa penginjilan yang efektif (penjangkauan) adalah melalui membangun hubungan (frienship evangelisme). Perbandingannya adalah sebagai berikut : PI dengan metode KKR hasilnya 5%, dengan metode kesembuhan Ilahi hasilnya 5%, melalui acara-acara kebaktian hasilnya 13%, melalui kematian saudara/keluarga hasilnya 4%, lewat acara retreat hasilnya 4% dan yang lain-lain hasilnya 16%, tetapi yang sangat mengejutkan PI dengan metode membangun hubungan hasilnya 44%. Hal ini menunjukkan bahwa orang lebih terjamah dengan perbuatan nyata dalam kehidupan dari pada mendengar khotbah.
14 Kata “kemuliaan” dalam bahasa Yunani adalah “doxa”, merupakan terjemahan dari kata Ibrani “kavod” yang mengacu pada bobot atau nilai, berkaitan dengan kekayaan, kemegahan dan reputasi. Kata “kavod” ini kemudian diterjemahkan dengan arti mulia atau kehormatan.
15 Asumsi kebanyak orang mengenai pertobatan adalah berhenti berbuat jahat atau tidak melakukan kejahatan lagi, tetapi ini bukan merupakan pengertian yang sepenuhnya. Ajaran Alkitab mengenai pertobatan adalah meninggalkan dosa dan berbalik kepada Allah. Kata Ibrani “syuv” berarti berputar, berbalik kembali. Mengacu kepada tindakan berbalik dari dosa kepada Allah. Kata ini dipakai sekitar 600 kali dalam Perjanjian Lama. Dalam Yeremia 3:14 kata ini diterjemahkan dengan kata kembalilah, dalam Mzm 78:34 dengan kata berbaliklah, dalam Yeremia 18:8 dengan kata bertobatlah. Kata Yunani “metanoia” dan “metanoo” muncul dalam Perjanjian Baru kurang lebih 58 kali dan diterjemahkan dengan kata bertobat. Arti dari kedua kata diatas ialah perubahan hati, yakni pertobatan nyata dalam pikiran, sikap pandangan dengan arah yang sama sekali berubah, putar balik kepada Allah dan pengabdian kepadaNya. Pertobatan yang sejati akan ditunjukkan dengan perubahan tingkah laku dan sikap yang nampak dalam perbuatan. Roh Kudus yang melahirbarukan seseorang, memberikan sifat-sifat baru kepada orang tersebut (2 Korintus 5:15; 7:9,19; Ibrani 12:17).
16 Pada waktu mendaftarkan berkat-berkat yang diperoleh dari ketaatan dalam ulangan 28 disana ditemukan bahwa Tuhan juga memberkati lumbung atau gudang penyimpanan. Istilah moderen lainnya untuk lumbung adalah bank tempat penabungan. Perlu diingat, bahwa berkat yang dijanjikan dalam ulangan 28 adalah “bless of conditional covenant” atau “berkat perjajian bersyarat”. Ciri dari perjanjian bersyarat terlihat dari formula “jika – maka” dalam ayat 1. Artinya, Tuhan akan melakukan apa yang dijanjikanNya apabila umatNya taat melakukan syarat-syarat yang dituntutNya dalam perjanjian itu.

 DAFTAR REFERENSI

Daftar referensi ini mencantumkan tahun percetakan buku dalam edisi terjemahan Indonesia, bukan tahun penerbitannya.
Chamblin, J. Knox., 2006. Paul and The Self: Apostolic Teaching For Personal Wholeness. Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta.
Conner, Kevin J., 2004. The Fondation of Christian Doctrine. Terjemahan, Pernerbit Gandum Mas: Malang.
Enns, Paul., 2004.The Moody Handbook of Theology, jilid 2. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT : Malang
Erickson J. Millard., 2003. Christian theology. Jilid 2 & 3. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.
Ferguson, B. Sinclair, David F. Wright, J.I. Packer., 2009. New Dictionary Of Theology. jilid 2, terjemahkan, Penerbit Literatur SAAT : Malang.
Grudem, Wayne., 1994. Systematic Theology: A Introduction to a Biblical Doctrine. Zodervan Publising House : Grand Rapids, Michigan.
Gutrie, Donald., 1991 New Testamant Theology, Jilid 1, diterjemahkan, Penerbit BPK Gunung Mulia: Jakarta.
Hoekema, Anthony A., 2010. Created in God’s Image. Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta.
Hoekema, Anthony A., 2010. Saved By Grace. Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta.
Ladd, George Eldon., 1999. A Theology of the New Tastament, Jilid 1 & 2, Terjemahkan, Penerbit Kalam Hidup: Bandung.
Lewis, C.S., 2006. Mere Christianity. Terjemahan, Penerbit Pionir Jaya : Bandung.
Milne, Bruce., 1993. Knowing The Truth : A Handbook of Christian Belief. Terjemahan (1993). Penerbit BPK : Jakarta.
Morris, Leon., 2006. New Testamant Theology. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.
Ryrie, Charles C., 1991. Basic Theology. 2 Jilid, Terjemahan, Penerbit Andi Offset : Yoyakarta.
Sproul, R.C., 1997. Essential Truths of the Christian Faith. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT : Malang.
Ridderbos, Herman., 2004. Paul: An Outline of His Theology. Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta.
Thiessen, Henry C., 1992. Lectures in Systematic Theology, direvisi Vernon D. Doerksen. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas : Malang.