Menunggu "Panggilan"????

Oleh: Bill Wilson

Semakin saya dewasa, saya semakin menyadari bahwa jika seseorang ingin diubahkan, mereka harus mengubah pandangan mereka terhadap hidup ini.

[block:views=similarterms-block_1]

Dalam sebuah konvensi misi baru-baru ini, hadirin menyanyikan sebuah lagu misi lama,"Aku mau pergi kemanapun Kau kehendaki, ya Tuhan."Sejenak Saya merenungkan apa yang sedang kami nyanyikan dan rasanya tidak masuk akal.Kebanyakan orang di aula itu tidak pergi kemana-mana.Saya tahu itu, merekapun tahu.Tetapi mereka terus menyanyikan syair yang pada intinya tidak berarti apa-apa bagi mereka.Mereka selalu berbuat demikian.

Kita harus menyendiri bersama Tuhan dan mengevaluasi kembali bagaimana kita menggunakan hidup kita.Saya tidak sedang mengusulkan agar kita menjual semua harta kita dan pindah ke pemukiman penduduk minoritas.Apa yang kami lakukan ini bukan untuk dilakukan oleh semua orang.Namun seharusnya mereka sudi merespons bila mereka melihat adanya kebutuhan disekitar mereka.

Saya menjalani sebuah kehidupan yang jauh berbeda dengan sebagian besar orang Amerika.Ini tidak berarti bahwa ada yang benar atau salah diantara kita, namun kita memang berbeda.

Di sebuah daerah-yang bisa dijangkau dalam waktu singkat dengan kereta bawah tanah dari Bushwick, para eksekutif Wall Street mengadakan persekutuan doa dan pemahaman Alkitab secara rutin di ruang rapat direksi bagi berbagai perusahaan di Manhattan.Pekerjaan mereka sama pentingnya dengan pekerjaan Saya.Mereka melayani orang-orang yang tidak akan pernah saya layani.

Dalam perjalanan-perjalanan saya, saya sering diminta untuk menjadi tamu dalam berbagai acara bincang-bincang dio televisi, baik yang kristen maupun yang sekuler.Apapun acaranya, pertanyaan-pertanyaannya biasanya sama.Saya hampir bisa memastikan- bahwa di menit-menit pertama saya akan ditanya,"Bagaimana Allah memanggil Anda ke New York?"

Suatu kali, dalam sebuah acara yang ditayangkan secara live- langsung- di Midwest, Saya menjawab pertanyaan tersebut dengan,"Allah tidak memanggil Saya ke New York."

Si pembawa acara dengan wajah agak bingung, menoleh kekamera dan berkata,"kami akan kembali setelah pesan penting berikut ini".Dan iklan ditayangkan.

Bolehkan saya menjelaskan apa yang saya maksud dengan ucapan saya itu.

Begitu banyak orang bergantung pada apa yang kita ketahui sebagai "panggilan Allah" atau "suara Allah".Namun ketika keadaan tidak sesuai dengan apa yang menurut mereka benar, mereka tidak bisa bertindak sama sekali.

Jika Anda menantikan penyataan adikodrati atau sesuatu yang mengejutkan, yang tidak Anda sangka-sangka, untuk menuntun masa depan Anda, kemungkinan besar Anda akan menunggu selamanya.Saya telah bertemu banyak orang yang tulus hatinya, yang menunggu seumur hidup sampai Allah berbicara kepada mereka.Mereka mengira, Jika Aku tidak mendengar suara Tuhan, aku tidak boleh terlibat dalam pelayanan.

Sudah tak terhitung banyaknya orang Kristen yang tulus,yang sampai meninggalpun masih menunggu Allah memanggil mereka untuk melakukan sesuatu-dan mereka tidak pernah melakukan apa-apa sementara mereka menunggu.Tentu saja Allah bisa berbicara melalui "semak-semak yang menyala" dan tiang api, tetapi kita tidak perlu menunggu munculnya tanda semacam itu.Saya pernah menulis sebuah artikel yang berjudul, "apa yang Anda lakukan ketika Anda menunggu semak-semak terbakar?"

Tragedi terbesar dalam misi-misi di Amerika adalah banyak orang Kristen yang percaya bahwa misionaris adalah orang yang pernah mendapat penglihatan dan berjumpa dengan Allah secara adikodrati.

Apa yang Anda lakukan seandainya rumah Anda terbakar dan anak Anda masih terjebak di dalamnya?Apakah Anda akan berkata"Aku tidak akan masuk sampai Tuhan menyuruhku"? Tidak!Anda pasti akan segera bergegas masuk karena anak Anda harus diselamatkan.

Motivasi itulah yang saya rasakan ketika saya memutuskan datang ke New York.Saya percaya bahwa kebutuhan itulah yang memanggil saya ke New York.Sebenarnya ini sangat sederhana.Kita hanya membuatnya rumit seperti begitu banyak hal lain dalam hidup ini.