Proses di Atas Hasil

Oleh: Sujud Prasetio

Ayub 10:8, "Tangan-Mulah yang membentuk dan membuat aku, tetapi kemudian Engkau berpaling dan hendak membinasakan aku?"

[block:views=similarterms-block_1]

Hasil yang baik, pasti tidak terlepas dari proses. Sadar atau tidak sadar, jika seseorang mengabaikan proses, yang terjadi bukan menghasilkan yang baik, namun yang buruk pastinya. Namun belakangan ini, tanpa sadar banyak orang mengabaikan proses. Mereka lebih berorientasi pada hasil. Inginnya instan. Proses pendek, hasil maksimal. Jika hasil di atas proses, maka yang terjadi adalah kecenderungan untuk mencari jalan pintas. Kriminalitas adalah salah satu akibat dari diabaikannya proses. Sesuatu yang dihasilkan melalui proses tentu lebih bermutu, dibanding hasil tanpa proses.

Pisang di tempat saya banyak dan murah. Namun ketika pisang itu diolah dengan berbeda, pisang yang sama itu nilainya bisa berbeda. Tahukah saudara apa yang membedakannya? Tentu adalah prosesnya. Kalau pisang baru diambil dari pohonnya tentu harganya tidak semahal pisang yang sudah diberi adonan tepung, kemudian digoreng. Jadilah pisang goreng. Pisang goreng nilainya berbeda dengan pisang bakar keju, pisang bakar cokelat. Karena prosesnya lebih rumit dan sulit. Namun ketika dijual nilainya lebih tinggi dibanding dengan pisang goreng. Proses menentukan kualitas dari sebuah hasil. Semakin sulit, rumit, bahkan berat prosesnya tentu akan menghasilkan sesuatu yang lebih bernilai.

Ayub 10:8, "Tangan-Mulah yang membentuk dan membuat aku, tetapi kemudian Engkau berpaling dan hendak membinasakan aku?"

Siapa yang tidak tahu kisah hidup Ayub? Tentu kita tahu perjalanan hidupnya. Ayub merupakan senjata yang ampuh bagi hamba-hamba Tuhan atau konselor-konselor untuk menasihati orang-orang yang mengalami kesusahan hidup. Karena memang Ayub tetap setia, meskipun di dalam penderitaan. Meskipun begitu, kalau kita perhatikan perkataan-perkataan Ayub, ada kalimat-kalimat yang mengindikasikan bahwa Ayub bingung dengan perjalanan hidupnya. Seolah-olah isi dari perkataan itu adalah sebuah demonstrasi kepada Tuhan. Seolah-olah Ayub sedang komplain kepada Tuhan, termasuk bagian ayat yang telah kita baca tadi.

Memang Tuhan yang telah membentuk Ayub, dan kemudian Ayub lahir di dunia. Seolah-olah Ayub berkata bahwa Tuhan tidak bertanggung jawab dengan ciptaannya. Tetapi Tuhan tidak berhenti hanya di pembentukan jasmani, tetapi proses Tuhan terus bekerja untuk pertumbuhan iman. Pembentukan Tuhan terus berlangsung hingga kepada hal-hal yang rohani.

1 Tawarikh 17:16-27, merupakan ungkapan hati Daud, khususnya 1 Tawarikh 17:16, ketika Daud berkata, "… Siapakah aku ini, ya TUHAN Allah, dan siapakah keluargaku, sehingga Engkau membawa aku sampai sedemikian ini?” Daud begitu bersyukur kepada Allah yang telah memberkatinya berserta seluruh keluarganya. Bagaimana tidak, Tuhan membawa Daud kepada kemuliaan. Tidak heran jika ia bersyukur kepada Tuhan. Tetapi, apakah semudah itu Daud mendapatkannya? Coba tengok kisah perjalanan Daud sebelum menjadi raja. Setelah Daud diurapi Samuel untuk menjadi raja, tidak serta-merta langsung duduk di tahta, layaknya seorang raja. Dia tetap menjadi gembala domba yang cuma beberapa ekor, lalu menjadi pelayan Saul. Ketika iri hati menguasai Saul, Daud dikejar-kejar mau dibunuh. Tetapi, Daud tetap melewatinya dengan setia. Daud tidak tergesa-gesa menuruti keinginan manusiawinya, melainkan Daud menunggu waktu Tuhan untuk memulihkannya. Artinya, Daud mau melewati proses hidup. Pada akhirnya ia pun menikmati buah ketekunannya.

Bagaimana hari-hari yang Anda lewati? Apakah begitu berat? Mari belajar untuk bersabar. Mungkin Tuhan sedang membawa Anda ke dalam sebuah proses. Mungkin orang-orang yang ada di sekitar Anda tidak bersahabat dan mencoba menghalangi Anda. Bahkan membuat Anda sakit. Lewati. Jangan hindari. Percaya bahwa hal-hal yang menyakitkan itu bagian dari proses. Pada waktunya, Anda akan menikmati hasilnya. Tetaplah setia!

Biarlah proses menjadi prioritas di dalam hidup kita. Jika hasil yang menjadi prioritas, saya kuatir jalan yang pintas yang cenderung melibatkan kecurangan akan kita tempuh.

Mulai sekarang, marilah kita belajar bersabar untuk mengikuti proses yang sebenarnya. Belum punya uang, sabar. Belum naik jabatan, sabar. Mimpi Anda belum terwujud, sabar. Banyak orang yang tidak menyenangi Anda, sabar. Belum selesai masalah Anda, terus bersabar. Mengapa mesti sabar? Jangan-jangan hal-hal tersebut bagian dari proses Tuhan. Terus berjalan bersama Tuhan di dalam proses. Menyakitkan, bahkan membuat menderita itulah proses, namun akhirnya akan mendatangkan kebahagiaan.