Renungan Keluarga: Imamat (13)

“Kuduslah kamu bagiKu, sebab Aku ini, TUHAN, kudus dan Aku telah memisahkan kamu dari bangsa-bangsa lain, supaya kamu menjadi milik-Ku “[Imamat 20:26]. “Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib“ [I Petrus 2:9].

Telah kita ketahui bahwa Kudus artinya dipisahkan untuk suatu maksud-maksud tertentu. Jika sesuatu itu kudus, maka ia tidak dapat lagi digunakan untuk sesuatu hal yang biasa dan umum. Keluarga yang kudus bagi Allah mempunyai arti bahwa keluarga ini tidak dapat lagi dipakai untuk sesuatu yang bukan merupakan maksud-maksud Allah sendiri. Keluarga ini telah dipisahkan untuk segala sesuatu yang bersifat biasa dan umum, serta dikhususkan hanya bagi rencana Allah saja.

[block:views=similarterms-block_1]

Pada renungan yang lalu telah kita tegaskan bahwa kekudusan keluarga Yakub dihadapan Allah berarti bahwa keluarga Yakub haruslah mentaati segala perintah Allah, baik yang bersifat moral maupun yang bersifat ritual. Saat ini kita akan merenungkan sisi lain dari kekudusan keluarga Yakub, yang bermakna suatu hubungan. Artinya, keluarga Yakub disebut kudus karena ia mempunyai hubungan khusus dengan Allah. Hubungan khusus dengan Allah ini disebut hubungan perjanjian ( covenant relationship ). Allah sendiri yang telah memilih keluarga Yakub, serta memisahkannya dari bangsa-bangsa lain untuk memasuki suatu hubungan, yaitu hubungan perjanjian. Karena keluarga Yakub memasuki suatu hubungan perjanjian dengan Allah, maka keluarga Yakub sepenuhnya dimiliki Allah, seperti tertulis dalam Imamat 20:26 diatas.

Sebagai respon atas panggilan dan pilihan Allah, maka keluarga Yakub diminta untuk mentaati segala perintah Allah. Jadi, alasan mengapa keluarga Yakub dituntut mentaati segala perintah Allah adalah karena keluarga Yakub telah memasuki suatu hubungan perjanjian dengan Allah. Keluarga Yakub diminta untuk mengabdi sepenuhnya kepada Allah semata-mata karena suatu hubungan perjanjian.

Keluarga-keluarga Kristen saat ini juga telah memasuki suatu hubungan perjanjian dengan Allah Israel melalui darah Kristus yang tertumpah di kayu salib. Itu sebabnya keluarga Kristen juga diminta untuk mentaati dan mengabdikan dirinya hanya bagi Allah saja. Tingkat kekudusan keluarga Kristen tergantung dari sejauh mana ia mengabdikan dirinya bagi Allah.

Secara khusus, dalam I Petrus 2:9, pengabdian keluarga Kristen bagi Allah dinyatakan melalui ketaatan dalam hal memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kita dari kegelapan kepada terangNya yang ajaib. Memberitakan perbuatan-perbuatan Allah bagi keluarga kristen merupakan suatu keharusan. Kita tidak diperintahkan untuk memberitakan, ataupun mempromosikan pelayanan keluarga kita bagi Allah, tetapi fokus pemberitaan kita adalah perbuatan Allah. Pengabdian kepada Allah berarti memberitakan perbuatan Allah. Semua ini kita lakukan dengan kesadaran bahwa kita telah memiliki hubungan perjanjian dengan Allah, kita dimiliki oleh Allah, kita telah dipisahkan oleh Allah dari keluarga-keluarga lainnya. Jika kita melakukannya dengan setia, berarti kita telah mentaati firman, “Kuduslah kamu bagiKu, sebab Aku ini, TUHAN, kudus…”.