Sensus Sekitar Natal

Penulis : Herlianto

Natal masih meninggalkan masalah karena fakta sejarahnya diragukan kalangan tertentu, ada yang mengatakan bahwa data Natal pada Matius dan Lukas beda, dan data Lukas itu tidak sesuai dengan data Josephus tentang kapan terjadinya sensus, pada zaman raja Herodes (Matius 2) atau zaman gubernur Kirenius? (Lukas 2:2). Rasionalisme dengan liberalisme dalam teologi memiliki asumsi menolak kemungkinan segala sesuatu yang bersifat supra-natural termasuk kelahiran Yesus. John Dominic Crossan, pencetus Jesus Seminar menulis bahwa Sensus Kirenius terjadi pada tahun 6-7M sekitar satu dasawarsa setelah kelahiran Yesus dan kebiasaan Romawi melakukan sensus ditempat tinggal atau pekerjaan dan bukan di tempat asal atau kelahiran (The Historical Jesus, h.371-372). Dari perbedaan ini kemudian dianggap bahwa Lukas mengarang cerita iman menjadi dongeng Natal.

Di satu segi ada kritik bahwa fundamentalisme kristen terperangkap ketidak bersalahan alkitab (innerancy), namun sebenarnya pihak liberalisme kristen juga terperangkap ketidak bersalahan (inerrancy) rasionalisme yang menganggap data Josephus tidak bisa salah (inerrant) maka data Lukas salah. Menurut data Lukas, yang tidak beda dengan Matius, Natal terjadi pada zaman raja Herodes (Mat.2;Luk.1:5), namun dalam Luk.2:1-2 disebutkan bahwa pada waktu itu Kaisar Agustus memberi perintah untuk melakukan sensus pertama kali sewaktu Kirenius menjadi walinegeri di Siria. Herodes meninggal tahun 4sM, maka karena Natal terjadi sebelum ia meninggal diperkirakan terjadinya sebelum tahun itu.

Menurut Josephus (lahir, 37M), dalam kitabnya yang terkenal Antiquitas Judaica (XVII.xiii.5; XVIII.i.1) dikatakan bahwa sensus terjadi pada masa Kirenius memerintah di Siria setelah Archelaus anak Herodes meninggal (6M) jadi sekitar tahun 6-7M. Agaknya kurang tepat kalau mengatakan Alkitab bukan buku sejarah sedangkan buku Josephus buku sejarah yang benar, padahal kita tahu bahwa sekalipun data Alkitab memiliki keterbatasan, Josephus juga bukanlah alat rekam sejarah yang akurat benar. Penulis sejarah tidak pernah bisa obyektif sepenuhnya, tulisannya tetap mengandung subyektivitas terpengaruh apa fahamnya.

Joseph ben Matthias adalah Yahudi farisi yang dekat dengan penguasa Roma, dan karena meramalkan Vespasius akan naik tahta menggantikan Nero, ia diadili Nero tetapi dibela Vespasius, ia kemudian bersahabat dengan anak Vespasius bernama Titus (yang menyerbu Yerusalem) dan Domitian (yang memenjarakan Yohanes), itulah sebabnya ia mengganti nama dengan nama keluarga Vespasius menjadi Flavius Josephus dan tinggal di Roma.

Tulisan Josephus tidak bisa dibilang akurat benar, soalnya ada distorsi politik dalam karyanya. Bukunya tentang Perang Yahudi (Belum Judaicum) dicerca orang Yahudi dan dianggap sebagai penghianat bangsa sendiri karena menutupi kebenaran Yahudi dan membela penjajah. Ensiklopedia Britannicca menyebut ia tidak lepas dari kelemahan penulisan sejarah kuno: As a historian, Josephus shares the faults of most ancient writers; his analyses are superficial, his chronology faulty, his facts exaggerated, his speeches contrived. He is especially tendensius when his own reputation is at stake. Juga disebutkan bahwa tulisannya mengenai sejarah Yahudi mengabaikan para nabi dan ia biasa membumbui cerita Kitab Suci.

Ensiklopedia Encarta juga menyebut tulisan Josephus bersifat ambigu dan tulisannya mengandung konflik. Dalam satu tulisannya ia menyebut bahwa ia memimpin kekuatan Yahudi dalam pemberontakan di propinsi Galilea (Israel), tetapi dalam tulisannya kemudian ia menyebut bahwa ia ikut meredam pemberontakan di Galilea. Dari sini kita dapat memaklumi sifatnya yang mendua dan mengapa Josephus tidak menyebut sensus yang pertama, soalnya itu berkaitan dengan kelahiran Yesus yang pantang bagi orang Yahudi dan Romawi, atau ia tidak tertarik untuk mencatatnya karena tidak memberi keuntungan apa-apa baginya.

Sekalipun memiliki kekurangan demikian dan bungkam mengenai Natal tidak dapat disangkal karya Josephus juga dapat digunakan sebagai sumber sejarah di zamannya. Demikian juga Lukas, di balik keterbatasannya, bukunya adalah buku sumber sejarah pula karena banyak menulis mengenai kejadian-kejadian di zamannya. Sekalipun Josephus tidak berpihak Kristen ia juga menulis bahwa Yesus adalah tokoh sejarah yang dijuluki Kristus (buku XX) dan menyebut ke Tuhan an Yesus (buku XVIII). Jadi data Yesus yang bersejarah diakui oleh Josephus bahkan Yesus sebagai Kristus dan Tuhan. Kita harus menyadari bahwa baik Lukas maupun Josephus keduanya menulis juga peristiwa yang terjadi masa lalu yang bukan pengamatan mata sendiri bahkan peristiwa sebelum kelahiran mereka (seperti Natal & sensus).

Lalu bagaimana kita melihat data sejarah Sensus dari keterbatasan dan kebenaran kedua buku sejarah itu? Lukas menyebut bahwa setidaknya terjadi dua kali sensus, yaitu yang disebutnya pendaftaran yang pertama kali (Luk.2:2, apografee protee, kalau tidak ada yang kedua tentu tidak disebut protee/pertama) pada waktu Natal dan dilakukan lagi pada sekitar (6-7M, Kis.5:37, apografee) dalam ucapan Gamaliel. Lalu mengapa Natal disebut Lukas pada zaman Kirenius (Quirinius)? Ensilklopedia Britannica menyebut ada inskripsi di Museum Lateran yang menyebutkan ada gubernur yang duakali berkuasa di Siria dan sekitar tahun 8sM pernah dilakukan sensus juga, ini menunjuk Quirinius ( Interpreter s Dictionary of the Bible menyebut inskripsi itu Lapis Tiburtinus [CIL, XIV.3613], The New Bible Dictionary menulis bahwa Tertulianus menyebut adanya sensus sekitar 8-6sM [Adv.Marcion.IV.19. Intepreter s: 9-6sM], dan data lain menyebut adanya sensus di Roma setiap 14 tahun sekali).

Tertulianus juga menyebut bahwa kemungkinan Quirinus memerintah dalam asosiasi dengan Saturninus yang dicatat sejarah sebagai gubernur Siria waktu itu, ada juga yang mengatakan bahwa Lukas keliru menyebut sensus pertama itu sebagai sensus Kirenius tetapi seharusnya Saturninus. Namun ada data lain yang menyebutkan bahwa Quirinus sudah menjadi tokoh penting di Roma dan Asia Kecil sejak 12sM, dan ada tumpang tindih antara waktu pemerintahan Saturninus (9-6sM) dan Quintilus (7sm-4M), maka tidak tertutup kemungkinan bahwa masa transisi antara 7-6sM itu dijabat oleh Quirinus dan dalam catatan Lateran namanya tidak disebut jelas mungkin karena hanya sebagai pejabat sementara gubernur Siria tahun itu (Archer, Ensyclopedia of Bible Difficculties, h.365-366).

Kaisar Agustus menghadapi negara yang rusak akibat kediktatoran Julius Caesar yang digantikannya, ia lalu menata administrasi negaranya termasuk sistem perpajakan dan meluaskan negara jajahan Romawi, dan sekalipun ia memberi otonomi kepada negara-negara jajahannya yang kemudian disebutnya propinsi, dalam hal tertentu termasuk sensus masih dilakukan sentralisasi (Merril S. Tenney, Survey Perjanjian Baru, h.6). Lalu bagaimana dengan kesimpulan Crossan tentang tidak lazimnya sensus dilakukan di tempat asal atau kelahiran? Interpreter s Dictionary menyebutkan bahwa: evidence exists that a return to one s native residence for purpose of tax enrollment was required in a limited area (Pap.London 904, vol.III,p.124).

Dari data-data di atas kita dapat melihat bahwa sekalipun Alkitab tidak khusus ditulis sebagai buku sejarah sesuai kriteria catatan sejarah masakini, di balik keterbatasannya, data-datanya menunjukkan kejadian-kejadian sejarah yang sejalan dengan para penulis sejarah di zamannya seperti karya Josephus yang bisa saling melengkapi, dan bisa menjadi sumber sejarah zamannya. Karena itu kita boleh bersyukur bahwa Alkitab tetap terbuka untuk diandalkan, namun dengan catatan bahwa kita harus tetap terbuka akan penyelidikan kritik teks, dan tidak lari mengunci diri baik ke dalam kutub fundamentalisme penafsiran yang harfiah maupun kutub rasionalisme, yang beranggapan bahwa semua produk sejarah seperti karya Josephus itu pasti benar dan sejarah Alkitab itu dongeng.