Siap Rugi....! (Matius 8:28-34)

Oleh: Sefnat A. Hontong

Cerita yang dikumpulkan oleh Matius dalam perikop ini bertujuan memperlihatkan bahwa Yesus lebih berkuasa dari segala kuasa yang ada di dunia; dari kuasa penyakit sampai pada kuasa alam dan angkasa (8:23-27). Namun, ada yang menarik dari kisah ini, sebagaimana nyata dalam ayat 34 “Maka keluarlah seluruh kota mendapatkan Yesus dan setelah mereka berjumpa dengan Dia, merekapun mendesak Dia, supaya Ia meninggalkan daerah mereka”. Pertanyaan yang perlu diajukan: mengapa masyarakat di Gadara mengusir Yesus? Bukankah Yesus baru saja menolong mereka? Tidak adakah rasa terima kasih mereka kepada Yesus? Apa alasan mereka mengusir Yesus?

Nampaknya alasan mereka mengusir Yesus karena ada kabar tentang matinya ternak babi mereka (ayat 32-33). Babi dalam perikop ini menggambarkan kebutuhan hidup masyarakat di kota Gadara. Sedangkan karya Yesus terhadap dua orang yang kerasukan setan adalah gambaran tanggung jawab umat manusia yang peduli terhadap orang lain. Orang-orang di Gadara agaknya sangat mengutamakan kebutuhan hidup, sehingga mengesampingkan tanggung jawab terhadap sesama yang sedang menderita.



Gambaran sikap dan perbuatan masyarakat di Gadara sekalipun keliru, tetapi adalah gambaran umum dari sikap dan perbuatan orang pada umumnya. Kadangkala hanya karena masalah kebutuhan hidup, kita mengusir Yesus. Oleh karena itu kita diingatkan bahwa hidup bersama Yesus tidak hanya selalu untung, tetapi juga ada ruginya. Ada hal yang perlu kita korbankan sebagai wujud tanggung jawab dalam kehidupan bersama. Tetapi hal ini kadangkala jarang diajarkan dalam kehidupan beriman atau kehidupan berjemaat. Kita umumnya sangat senang, jika mendengar ajaran atau khotbah tentang keuntungan dan kesenangan hidup bersama Yesus. Sebaliknya kita kurang senang apabila mendengar ajaran atau khotbah bahwa ada kerugian ketika ikut Yesus.

Hal yang terakhir itu belum cukup menggambarkan keutuhan hidup bersama Yesus. Masih ada satu pokok lain yang tidak kalah pentingnya, yaitu ikut Yesus dan hidup bersama Yesus kadangkalah ada runginya. Baik rugi waktu, tenaga, uang, pikiran, termasuk babi-babi, ayam-ayam, sapi-sapi dll. Ingat, bahwa ketika masyarakat di Gadara menolak Yesus, sesudah itu Yesus berangkat dan meninggalkan mereka lalu bertolak ke seberang (9:1 “Sesudah itu naiklah Yesus ke dalam perahu lalu menyeberang”). Yesus tidak pernah memaksa orang menuruti apa yang Ia ajarkan, tetapi membiarkan orang memilih jalan hidupnya. Kini hal itu juga berlaku bagi kita. Dalam rangka melayani, bersaksi, dan bersekutu ada banyak hal yang harus kita korbankan, ada banyak orang yang harus merasa rugi atau bahkan dirugikan. Semoga kita berbeda dengan orang-orang Gadara, yang tidak mau rugi.

Blog penulis: http://sefnathontong.blogspot.com/