Ajaran Tentang Penebusan Tak Terbatas (The Doctrine of Unlimited Atonement)

Oleh: Samuel T. Gunawan

“Allah tidak meluputkan seorang pun dalam penentuan belas kasihanNya. Allah tidak ingin semua orang binasa. Tidak seorang pun akan dilemparkan ke neraka karena kristus tidak mati bagi mereka, tetapi karena mereka menolak tawaran Allah akan keselamatan di dalam Kristus” - Kevin J. Conner -

PENDAHULUAN

Ajaran tentang penebusan tidak terbatas (unlimited atonement) telah banyak disalah pahami dan oleh beberapa orang secara sepihak langsung dianggap sama dengan universalisme. Ketika membahas tentang luasnya penebusan melalui karya Kristus maka kita tidak dapat menghindari pertanyaan klasik “untuk siapakah Kristus mati?”. Apakah Kristus mati untuk dosa seluruh umat manusia, ataukah hanya untuk sekelompok orang pilihan saja yang dipilih oleh Allah untuk menerima anugerahNya yang menyelamatkan?



Millard J. Erikcson menjelaskan, “Karena kematian Kristus memiliki nilai yang tak terhingga maka kematian tersebut cukup untuk semua orang pilihan tanpa memandang jumlahnya. Yang dipersoalkan sebenarnya ialah apakah Allah mengutus Kristus untuk menyediakan keselamatan bagi semua orang, atau hanya bagi semua orang yang telah dipilihNya. Jawaban kita tergantung pada pengertian kita mengenai urutan logis dari ketetapan-ketetapan Tuhan.” 1

Charles C. Ryrie menuliskan tiga pandangan mengenai luasnya jangkauan penebusan ini. Pertama, Arminianisme atau pengikut ajaran Jaccobus Arminius menerima penebusan universal atau tak terbatas beserta dengan gagasan bahwa anugerah yang cukup disediakan bagi semua orang sehingga mereka boleh percaya. Kedua,  Amyraldianisme atau pengikuti Moses Amyraldus atau disebut juga (four-point calvinists) berpegang pada penebusan tak terbatas, dengan menganggap bahwa tujuan kematian Kristus adalah untuk menyediakan penggantian bagi semua orang. Ketiga, Ultra Calvinisme atau disebut juga five-point calvinists beranggapan bahwa Kristus mati untuk menjamin keselamatan bagi orang-orang terpilih.2

KETETAPAN TUHAN DALAM HUBUNGANNYA DENGAN PENEBUSAN

Sebagaimana telah disebutkan diatas, Millard J. Erickson menjelaskan bahwa jawaban kita terhadap pertanyaan “apakah Allah mengutus Kristus untuk menyediakan keselamatan bagi semua orang, atau hanya bagi semua orang yang telah dipilihNya, tergantung pada pengertian kita mengenai urutan logis dari ketetapan-ketetapan Tuhan”.  Hal yang sama juga ditegaskan oleh Charles C. Ryrie, “Pandangan-pandangan diatas (penebusan terbatas atau tidak terbatas) berhubungan dengan pertanyaan tentang urutan ketetapan-ketetapan Allah”.3 Karena itu, perlu bagi kita untuk meninjau kembali ajaran tentang ketetapan Tuhan ini berdasarkan tiga pandangan lapsarian.

Para teolog, membagi ketetapan Allah (Devine decree) ke dalam empat ketetapan besar (four decrees of God), yaitu: ketetapan mencipta, ketetapan mengijinkan dosa, ketetapan menyediakan keselamatan, dan ketetapan memilih. Karena Allah itu kekal, Ia tidak terikat oleh waktu, maka urut-urutan ini lebih berdasarkan pemikiran logis ketimbang kronologis.

Walaupun para teolog menyetujui keempat pembagian diatas, tetapi mereka berbeda ketika menyangkut pertanyaan “apakah ketetapan mengenai pemilihan (election) itu berada di depan (before) atau sesudah (after) ketetapan untuk mengijinkan kejatuhan atau lapse (kejatuhan manusia)”. Dari kata lapse ini muncul istilah “lapsarian”. Berikut ini ringkasan urut-urutan ketetapan Tuhan yang dikutip juga dari berbagai sumber dalam karya para teolog seperti Millard J. Erickson, Henry C. Thiessen, Charles C. Ryrie, Paul Enns, Charles F. Beker, Louis Berkhof.

1. Supralapsarian: Pemilihan, Penciptaan, Kejatuhan, Penyediaan. Ini adalah pandangan Hiper-Calvinis. Yang meletakkan ketetapan pemilihan mendahului ketetapan penciptaan, ketetapan kejatuhan dan ketetapan penyediaan. Dengan menempatkan ketetapan pemilihan mendahului ketetapan penyediaan, secara logis pandangan ini mengarahkan untuk menyakini bahwa dalam pemikiran Tuhan sejak semula sudah ada rencana mengenai kelompok orang-orang yang terpilih dan kelompok yang terhilang, dengan kata lain keselamatan hanya disediakan bagi orang-orang yang terpilih. Ketetapan mengenai penciptaan dan kejatuhan hanyalah sekedar rencana pencapaian tujuan pemilihan tersebut, karena secara logis disimpulkan bahwa Allah menetapkan menciptakan umat manusia lalu menetapkan kejatuhan sehingga Ia mempunyai orang berdosa untuk diselamatkan. Akhirnya, kesimpulan logis menurut pandangan ini bahwa jangkauan penebusan terbatas (limited atonement), yaitu hanya pada orang-orang yang terpilih.


2. Infralapsarian: Penciptaan, Kejatuhan, Pemilihan, Penyediaan. Berbeda dengan pandangan supralapsarian, maka infralapsarian menempatkan ketetapan penciptaan dan ketetapan kejatuhan  didepan ketetapan pemilihan, dan secara logis menyimpulkan bahwa Allah menyediakan keselamatan karena adanya kejatuhan, dan bahwa bukan Ia menyebabkan manusia mengalami kejatuhan sehingga Ia memiliki orang-orang berdosa untuk diselamatkan. Dengan menempatkan pemilihan didepan penyediaan sebagaimana suprlapsarian, maka infralapsarian mengarahkan untuk menyakini kesimpulan logis bahwa jangkauan penebusan terbatas, yaitu hanya untuk orang-orang yang dipilih.

3. Sublapsarian: Penciptaan, Kejatuhan, Penyediaan, Pemilihan. Sublapsarian sependapat dengan infralapsarian dalam menempatkan ketetapan pemilihan dibelakang ketetapan penciptaan dan ketetapan kejatuhan. Tetapi, Sublapsarian berbeda dari Infralapsarian dan Supralapsarian dengan menempatkan ketetapan pemilihan didepan ketetapan penyediaan. Secara logis pandangan ini mengarahkan pada kesimpulan bahwa jangkauan penebusan tidak terbatas (unlimited atonement), yaitu bahwa keselamatan telah disediakan bagi seluruh dunia dan bahwa Allah telah menetapkan orang-orang tertentu yakni orang-orang yang dipilih untuk diselamatkan. Menurut Millard J. Erickson, pandangan ini merupakan pandangan Calvinis Moderat. Ia menjelaskan bahwa “menurut pandangan ini, secara logis Allah terlebih dahulu menetapkan untuk menyediakan keselamatan, lalu kemudian memilih beberapa orang untuk menikmatinya”. 4

Perhatikan ringkasan dari tiga pandangan lapsarian diatas sebagaimana yang disajikan oleh Charles F. Beker sebagai berikut ini. (1) Supralapsarian: Pemilihan, Penciptaan, Kejatuhan, Penyediaan; (2) Infralapsaria: Pencitaan, Kejatuhan, Pemilihan, Penyediaan; (3) Sublapsarian: Penciptaan, Kejatuhan, Penyediaan, Pemilihan.5

Ringkasnya, dengan menempatkan ketetapan penyediaan setelah ketetapan pemilihan, maka secara logis supralapsarian dan infralapsarian menegaskan pada penebusan terbatas. Sedangkan sublapsarian yang menempatkan ketetapan penyediaan mendahului ketetapan pemilihan, maka secara logis menegaskan pada penebusan tak terbatas.

PENEGASAN PENTING DARI PENEBUSAN TAK TERBATAS

Saya berpendirian Sublapsarian dari Calvinis Moderat ini dalam hal urut-urutan ketetapan Tuhan. Karena itu, saya mengikuti teolog-teolog seperti Chales C. Ryrie, Paul Enns, Millard J. Erickson, Agustus H. Strong, yang menerima ajaran tentang jangkauan penebusan yang bersifat tidak terbatas (unlimited atonement) ini, dengan penegasan sebagai berikut:

Pertama, perlu ditegaskan bahwa pengikut pandangan penebusan tak terbatas berbeda dengan Universalisme atau Rekonsiliasionis Universalisme. Pengikut ajaran Universalisme ini beranggapan bahwa semua orang cepat atau lambat akan diselamatkan. Ajaran yang lebih baru dari Universalisme mengajarkan bahwa semua orang saat ini diselamatkan,  meskipun semuanya tidak menyadari hal itu. Ajaran Universalisme ini sangat berbeda dari pandangan penebusan tak terbatas dari Calvinis Moderat. Charles C. Ryrie menegaskan, “Penganut paham penebusan yang tak terbatas bukanlah orang-orang universalis. Mereka tidak percaya bahwa pada akhirnya semua orang akan diselamatkan. Pandangan mereka juga tidak mengharuskan atau secara logis membawa pada kesimpulan yang menyimpang seperti itu, memaksakan hal ini berarti menciptakan orang-orang pemikat kepercayaan”.6 Selanjutnya, Ryrie menegaskan “Dengan kata lain: penganut paham penebusan tak terbatas mengakui bahwa penebusan itu adalah terbatas maupun tidak terbatas”.7 Tampaknya, hal ini dihubungkan oleh Ryrie dengan luasnya jangkauan penebusan, karena Ryrie dengan jelas mempertanyakan, “adakah ayat-ayat Alkitab yang meluaskan jangkauan penebusan diluar mereka yang terpilih? 8  Ryrie mengakui berdasarkan pertimbangan eksegesis dan teologis bahwa penebusan disediakan bagi semua orang tetapi hanya efektif bagi orang-orang yang terpilih. Ryrie menegaskan, “Semua orang tersesat, termasuk juga orang-orang yang terpilih. Fakta bahwa seseorang dipilih tidak berarti menjadikan dirinya kurang tersesat dibandingkan dengan orang-orang yang tidak terpilih. Siapapun yang ingin diselamatkan harus percaya. Bapa akan menarik orang itu, namun ia harus datang (Yohanes 6:37:44).” 9

Kedua, pengikut pandangan penebusan tidak terbatas berbeda dengan Arminianisme. Pandangan penebusan tak terbatas dari Calvinis Moderat ini menurut Millard J. Erickson adalah bahwa “menurut pandangan ini, secara logis Allah terlebih dahulu menetapkan untuk menyediakan keselamatan, lalu kemudian memilih beberapa orang untuk menikmatinya”. 10  Selanjutnya Millard menegaskan “Orang yang menafsirkan bahwa pandangan yang saya kemukakan ini adalah pandangan Arminianisme perlu diingatkan bahwa yang membedakan Calvinisme dari Arminianisme bukanlah pandangan tentang hubungan diantara ketetapan untuk menyediakan keselamatan dan ketetapan untuk menganugerahkan keselamatan kepada beberapa orang dan tidak menganugerahkan kepada orang lain. Sebaliknya, hal yang menentukan ialah apakah ketetapan untuk memilih itu berdasarkan semata-mata pada kehendak Allah yang mutlak berdaulat (Calvinisme) atau juga berdasarkan pada pengetahuanNya sebelumnya mengenai jasa dan iman dalam diri orang yang terpilih (Arminianisme)”.11

Ketiga, pengikut pandangan penebusan tidak terbatas beranggapan bahwa luasnya ruang lingkup penyediaan keselamatan tidak terbatas tetapi penerapannya (aplikasinya) terbatas.  Dengan melakukan pembedaan luasnya penyediaan dan terbatasnya penerapan, hal  ini yang membedakannya dari teologi reformed. Charles F. Beker telah mengamati dan memberi tanggapan, ia menulis “Kelihatannya Berkhof dan para ahli teologi Reformed lainnya menggunakan kata menyediakan dengan pengertian bukan hanya menyediakan tetapi nyatanya mengenakan”. Selanjutnya Beker menjelaskan, “Dipihak lain, ketika para ahli teologi membedakan antara luasnya penyediakan dan luasnya pengenaan, kelihatannya mereka tidak maksudkan penyediaan berarti pengenaan sekaligus. Jadi letak masalahnya kelihatannya ada pada soal pendefinisian istilah”.12  Mengingat pentingnya ajaran keseimbangan antara ruang lingkup penyediaan penebusan dan penerapannya ini maka perlu dijelas lebih lanjut.

PENYEDIAAN DAN PENERAPANNYA

Berdasarkan hal diatas perlu bagi kita untuk membedakan antara penyediaan penebusan dari penerapannya. Saya mendefinisikan penyediaan sebagai “Allah telah menyediakan keselamatan di dalam Yesus Kristus bagi semua orang, sekalipun tidak semua orang diselamatkan”.  Definisi ini sudah cukup jelas untuk menjawab pertanyaan yang berhubungan dengan luasnya jangkauan penebusan yaitu: “apakah keselamatan itu untuk semua orang ataukah terbatas hanya untuk sebagian orang tertentu saja?”  13

Kematian Kristus adalah untuk kebaikan umat manusia dan Allah tidak membatasi siapapun dalam penyediaan kematianNya. Merupakan belas kasih Tuhan agar semua orang diselamatkan (2 Petrus 2:9). Dalam penyediaanNya, Allah memberikan kesempatan yang sama untuk semua manusia (Yohanes 3:16; Roma 10:34; 2 Kor 5:15; 1 Timotius 2:4; Ibrani 2:9).

Tuhan telah menyediakan keselamatan untuk semua orang dan Roh Kudus meyakinkan manusia agar menerima keselamatan. Walaupun demikian, Alkitab juga mengajarkan bahwa tidak semua orang akan diselamatkan. Hal ini merupakan misteri Allah dalam pemilihan, dan terjadi karena penolakan dan ketidakpercayaan kepada Kristus (Yohanes 5:10; 2 Korintus 5:18-20; Titus 2:11). Jelaslah bahwa keputusan untuk menerima atau menolak Kristus adalah tanggung jawab manusia. Menolak Kristus berarti tidak diselamatkan. Jadi apabila seseorang tidak menerima keselamatan, dalam hal ini Allah tidak dapat dipersalahkan. Persediaan keselamatan cukup untuk semua manusia. Sebagimana mana yang ditegaskan Kevin J. Conner “Allah tidak meluputkan seorang pun dalam penentuan belas kasihanNya. Allah tidak ingin semua orang binasa. Tidak seorang pun akan dilemparkan ke neraka karena kristus tidak mati bagi mereka, tetapi karena mereka menolak tawaran Allah akan keselamatan di dalam Kristus”.14  Selanjutnya, Conner mengutip Robert Clarke dalam The Christ of God demikian: “Pendamaian bersifat universal dalam ruang lingkupnya (penyediaannya)... Sekalipun Allah mengasihi semua orang, dan Kristus mati bagi semua orang, tidak berarti bahwa semua orang akan selamat, terlepas dari tanggapan mereka terhadap kebenaran Injil. Tidak semua orang diselamatkan karena penerapan karya pendamaian Kristus dibatasi bagi mereka yang bertobat dari dosa dan percaya kepada Yesus.” 15

Sebagaimana telah dijelaskan diatas bahwa keselamatan disediakan untuk semua manusia dan ketidakpercayaan serta penolakan terhadap Kristus merupakan faktor penyebab sehingga sebagian orang tidak diselamatkan. Dengan demikian kedua hal ini sangat penting dalam keselamatan, yaitu Penyediaan dan Penerapan. Penyediaan adalah Allah memberi sedangkan penerapan adalah manusia menerima. Penyediaan menyangkut kemahakuasaan Allah sedangkan penerapan menyangkut tanggung jawab manusia. Keduanya harus ditempatkan pada proporsi yang sebenarnya. Berikut ini beberapa pernyataan dari Alkitab yang berkaitan dengan penyediaan Allah dan penerapan oleh manusia. (1) Kristus adalah Juruselamat bagi semua manusia (penyediaan), terutama bagi mereka yang percaya (penerapan) kepadaNya (1 Timotius 4:10); (2) Allah begitu mengasihi dunia ini sehingga Ia mengaruniakan AnakNya yang tunggal (penyediaan) supaya setiap orang yang percaya kepadaNya (penerapan) tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal (Yohanes 3:16); (3) Kristus menjadi pokok keselamatan yang kekal (penyediaan) bagi semua orang yang taat (penerapan) kepadaNya (Ibrani 5:9).

PERTIMBANGAN EKSEGESIS DAN TEOLOGIS DARI PANDANGAN PENEBUSAN TAK TERBATAS

Millard J. Erickson memberi penjelasan bahwa mereka yang berpegang pada penebusan tidak terbatas memiliki dasar ayat-ayat Kitab Suci pendukung yang dapat dikelompokkan kedalam tiga kategori. Pertama, kategori ayat-ayat yang menunjuk bahwa kamatian Kristus atau penebusan sebagai duatu peristiwa yang bersifat universal. Kedua, ketagori ayat-ayat yang menunjukkan kebinasaan orang-orang yang untuknya Kristus telah mati. Ketiga, kategori ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Injil harus diberitakan dimana-mana atau kepada semua manusia.16  Sedangkan Charles C. Ryrie menegaskan penebusan tak terbatas dengan melakukan pertimbangan eksegesis dan pertimbangan teologi.17

1. Pertimbangan ayat-ayat yang menunjukkan bahwa karya penebusan yang dikerjakan oleh Kristus merupakan suatu peristiwa yang berdampak universal.
Pertama, Yohanes Pembaptis memperkenalkan Kristus dengan kata-kata sebagai berikut, “Lihatlah, Anak Domba Allah yang mengapus dosa dunia” (Yohanes 1:29). Kedua, Rasul Yohanes menggambarkan kedatangan Kristus dalam istilah-istilah yang universal “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” (Yohanes 3:16). Selanjutnya dalam suratnya kirimannya Yohanes menuliskan “Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.” (1 Yohanes 2:2) dan “Dan kami telah melihat dan bersaksi, bahwa Bapa telah mengutus Anak-Nya menjadi Juruselamat dunia.” (1 Yohanes 4:14).18 Ketiga, Paulus berbicara tentang kematian Kristus untuk semua orang “Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati. Dan Kristus telah mati untuk semua orang, supaya  mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka.” (2 Korintus 5:14-15). Selanjutnya Paulus juga mengajarkan bahwa “Itulah sebabnya kita berjerih payah dan berjuang, karena kita menaruh pengharapan kita kepada Allah yang hidup, Juruselamat semua manusia, terutama mereka yang percaya.” (1 Timotius 4:10). Keempat,  Penulis Kitab Ibrani mengatakan bahwa “Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia.” (Ibrani 2:9).

2. Pertimbangan ayat-ayat yang menunjukkan adanya orang-orang yang binasa yang untuknya Kristus telah mati.
Pertama, perhatikan ayat-ayat berikut ini yang menjelaskan adanya seorang saudara seiman yang disakiti hatinya atau dibinasakan oleh perbuatan seorang saudara seiman. Paulus mengatakan “Sebab jika engkau menyakiti hati saudaramu oleh karena sesuatu yang engkau makan, maka engkau tidak hidup lagi menurut tuntutan kasih. Janganlah engkau membinasakan saudaramu oleh karena makananmu, karena Kristus telah mati untuk dia” (Roma 14:15). Selanjutnya Paulus mengatakan “Dengan jalan demikian orang yang lemah, yaitu saudaramu, yang untuknya Kristus telah mati, menjadi binasa karena "pengetahuan"mu” (1 Korintus 8:11). Pernyataan yang lebih tegas lagi disampaikan oleh penulis kitab Ibrani, “Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia?” (Ibrani 10:29).
Kedua, Petrus menyebutkan dengan jelas bahwa ada orang-orang yang untuknya Kristus telah mati tetapi mereka menyangkali hal ini. Ayat ini mengindikasikan bahwa ada perbedaan antara orang-orang yang untuknya Kristus telah mati (penyediaan) dengan orang-orang yang akhirnya diselamatkan (aplikasi) yaitu orang-orang yang terpilih. “Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka.” (2 Petrus 2:1).

3. Pertimbangan ayat-ayat yang menunjukkan bahwa Injil harus diberitakan dimana-mana atau kepada semua manusia. Pertama, Matius mencatat bahwa “Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya." (Matius 24:14). Selanjutnya Matius menuliskan “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus” (Matius 28:19).
Kedua, Lukas mencatat ucapan Yesus demikian “Tetapi kamu akan menerima kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksi-Ku di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria dan sampai ke ujung bumi." (Kisah Para Rasul 1:8). Selanjutnya Lukas menuliskan “Dengan tidak memandang lagi zaman kebodohan, maka sekarang Allah memberitakan kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus bertobat.” (Kisah Para Rasul 17:30).
Ketiga, menegaskan bahwa “Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata.” (Titus 2:11). Apalagi yang lebih memberikan semangat dalam memberitakan Injil selain dari keyakinan bahwa keselamatan telah disediakan bagi semua orang?

4. Pertimbangan-pertimbangan teologis yang mengajarkan jangkauan penebusan tidak terbatas. Dosa bersifat universal dengan demikian penyediaan keselamatan juga mengharus hal ini. Paulus menegaskan “Karena semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah” (Roma 3:23). Paulus juga mengatakan bahwa Kristus menyerahkan dirinya sebagai tebusan bagi semua orang yang berdosa itu, “yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua manusia: itu kesaksian pada waktu yang ditentukan.” (1 Timotius 2:6; bandingkan dengan Matius 20:26). Selanjutnya Paulus menyatakan, “Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata.” (Titus 2:11). Yesaya juga dalam menubuatkan karya Juruselamat mengatakan “Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.” (Yesaya 53:6). Berdasarkan pertimbangan ayat-ayat diatas, dapat ditarik kesimpulan teologis bawa “jangkauan keselamatan kalau dilihat dari sifatnya mulai dari perorangan, satu bangsa, seluruh dunia, bahkan alam semesta. Keselamatan adalah untuk dunia ini dengan demikian keselamatan itu bersifat universal, sebab itu semua manusia mempunyai kesempatan yang sama untuk menerima keselamatan, walaupun tidak semua orang diselamatkan. Allah adalah Allah yang mengasihi dan tidak memandang rupa orang, ras, bangsa dan bahasa (Kisah Para Rasul 10:34,35).”  19

ANALOGI DAN ILUSTRASI

Dua keberatan yang keliru telah ditujukan terhadap ajaran tentang penebusan tak terbatas ini. Pertama, pendukung penebusan terbatas mengatakan “Jika Kristus telah mati bagi semua orang, maka dosa-dosa orang yang tidak terpilih dibayar dikayu salib oleh kematian Kristus, dan akan dibayar lagi pada saat penghakiman waktu orang-orang yang tak terpilih menerima hukuman untuk dimasukkan kedalam lautan api. Jadi sebenarnya dosa-dosa mereka dibayar dua kali.”

Kedua, para pendukung penebusan terbatas mengajukan juga keberatan terhadap pandangan penebusan tak terbatas dengan mengatakan bahwa “jika rencana Allah untuk menyelamatkan semua manusia, tetapi nyatanya tidak semua orang diselamatkan, berarti rencana Allah gagal”. 

Untuk menjelaskan kebenaran dari ajaran penebusan tak terbatas ini, sekaligus menjawab keberatan-keberatan diatas, mari kita memperhatikan dua analogi dan satu ilustrasi berikut. Analogi pertama dari Charles. C. Ryrie adalah untuk menjawab keberatan pertama; sedangkan analogi kedua dari Ryrie dan illustrasi dari Tony Evans adalah untuk menjawab pertanyaan kedua.

Ryrie, dalam menjawab keberatan pertama menggunakan analogi dengan menggunakan contoh dari Perjanjian Lama, yaitu tentang Israel dan darah domba Paskah, sebagai berikut: “Suatu pertanyaan yang sama mungkin bisa diajukan. Apakah orang Israel yang tidak mau mengoleskan darah domba Paskah pada ambang pintu rumahnya dosa-dosanya harus dibayar dua kali? Pada waktu anak domba Paskah disembelih, dosanya ditutupi. Tetapi jika ia tidak mengoleskan darah tersebut pada pintu rumah, ia akan mati. Apakah hal ini adalah pembayaran kedua kali bagi dosa-dosanya? Tentu saja tidak. Pembayaran yang pertama dan sudah cukup sama sekali tidak digunakan oleh rumah tertentu tadi. Kematian setelah penolakan untuk mengoleskan darah itulah yang merupakan pembalasan, sebab tidak mengambil untuk diri sendiri korban yang telah cukup itu. Penebusan Kristus telah melunasi dosa seluruh dunia, tetapi orang itu harus mengambil untuk dirinya sendiri pelunasan tersebut melalui iman. Dunia telah didamaikan dengan Allah (2 Korintus 5:19), tetapi orang-orang yang telah didamaikan itu harus didamaikan dengan Allah (2 Korintus 5:20)”. 20

Tony Evans, dan juga Ryrie, menjelaskan kebenaran dari ajaran penebusan tak terbatas ini, sekaligus menjawab keberatan kedua tersebut diatas. Ryrie memberikan analogi sebagai berikut: “Jika kita mengatakan bahwa seorang ayah menyediakan makanan yang cukup bagi keluarga, maka kita tidak meniadakan kemungkinan bahwa beberapa anggota dari keluarga tidak mau makan segala sesuatu yang telah disediakan. Tetapi penolakan mereka itu tidak berarti bahwa persediaan itu hanya dibuat untuk mereka yang sungguh-sungguh mau makan makanan itu. Demikian pula, kematian Kristus memberikan pelunasan untuk dosa-dosa semua orang, baik mereka yang menerima pelunasan itu maupun mereka yang menolaknya. Penolakan untuk menerima tidak membatasi anugerah yang diberikan. Memberikan dan memiliki tidaklah sama.” 21

Sementara itu Tony Evans memberikan ilustrasi yang menghubungkan penyediaan kasih karunia, pemilihan dan respon manusia dalam keselamatan. Perlu disadari, bahwa tidak ada ilustrasi yang sempurna yang mampu menyingkapkan misteri pemilihan secara tuntas, walau demikian ilustrasi Evans berikut sangat membantu menjelaskan konsep tersebut. Evans berkata “Bayangkan bahwa saya sudah mengundang 500 orang ke sebuah aula untuk sebuah peristiwa tertentu. Di luar panas dan AC tidak berjalan dengan baik sehingga untuk bertindak ramah sekali saya membeli untuk setiap orang yang hadir di aula minuman dingin karena saya mau supaya mereka mempunyai sesuatu untuk menghilangkan rasa haus mereka. Saya pesan lima ratus minuman dengan harga satu dolar masing-masing. Semua uang yang saya miliki terpakai untuk membeli minuman itu, tetapi saya begitu mengasihi orang-orang di aula sehingga saya tidak mau membiarkan mereka haus. Tidak ada keran air dan tidak ada orang yang mempunyai uang untuk membayar minuman sehingga kalau saya tidak membayar harga itu tidak ada orang yang akan mendapat minuman. Oleh karena itu, saya tempatkan minuman dingin itu di depan ke lima ratus  ratus orang dan mengundang: “siapa yang ingin minum, datanglah dan minum minuman gratis. Saya sudah membayarnya.”

Namun, andaikata ada beberapa orang yang mengatakan, “saya mau minuman diet,” “saya tidak terlalu haus,” “itu bukan minuman favorit saya,” dan mereka semua member alasan untuk menolak undangan saya untuk mengambil minuman dingin yang sudah saya beli dengan segala yang saya miliki, maka semua orang berdiri dan keluar ruangan tanpa minuman dingin mereka. Masalahnya bukan karena minuman itu belum dibayar. Saya tidak perlu membelinya, tetapi saya membayar semuanya karena kasih dan karunia karena saya peduli terhadap orang-orang yang kepanasan dan haus itu. Karena harga yang saya bayar, saya tidak akan membiarkan minuman dingin sebanyak lima ratus  buah ini terbuang. Jadi saya keluar aula dan “memilih” dua puluh empat orang dan saya katakan kepada mereka, “Boleh saya bicara sebentar kepada anda? Anda tahu, minuman dingin ini saya beli mahal sekali sehingga saya tidak mau minuman itu terbuang begitu saja. Saya bayar mahal sekali untuk memberi anda minuman segar. Maukah anda masuk kembali dan menikmati apa yang sudah saya beli untuk anda? Saya masih mempunyai minuman dingin di dalam untuk setiap orang yang mau menghilangkan rasa hausnya, dan minuman itu masih tetap gratis.” Kemudian, dua puluh empat orang itu memutuskan untuk menerima tawaran saya, dan anda salah satu dari mereka, dan anda menyadari bahwa anda memang haus. Anda mengakui saya benar-benar murah hati sehingga dengan bertindak atas kemauan sendiri anda menerima tawaran saya, kembali ke aula, dan menikmati minuman dingin itu. Saya memilih anda untuk kesempatan ini, dan jika saya tidak memilih anda, anda tidak akan mendapat minuman dingin itu. Namun, anda memutuskan untuk minum karena saya tidak memaksa anda. Jadi, anda masuk lagi, menikmati minuman anda, dan memuji saya karena saya membeli minuman itu untuk anda.

Bagaimana dengan empat ratus tujuh puluh enam orang lain di luar yang tidak saya hubungi dengan cara khusus itu? Saya tidak bertindak tidak adil terhadap mereka karena saya sudah menawarkan minuman kepada mereka. Bukan hanya itu sebab mereka masih dapat kembali dan datang minum kalau mereka berubah pikiran karena pintu masih terbuka, minuman dingin masih tersedia, dan harga sudah dibayar. Pada hakikatnya, mereka yang memutuskan untuk menerima tawaran saya dan kembali sekarang memperlihatkan bahwa mereka anggota dari kelompok orang-orang terpilih tanpa mengurangi pentingnya bahwa mereka telah membuat pilihan. Yang lain yang pergi dengan rasa haus pergi dalam keadaan itu karena mereka menolak tawaran saya, bukan karena saya tidak keluar untuk memanggil mereka kembali. Mereka yang tidak menikmati minuman itu tidak dapat mempersalahkan saya, dan mereka yang mendapat minuman tidak dapat berterima kasih kepada siapapun kecuali saya karena mereka tidak berbuat apa-apa untuk diberikan minuman itu.

Pada akhirnya, banyak diantara lima ratus orang itu mungkin menolak tawaran saya, tetapi dalam pilihan itu saya menjamin bahwa paling sedikit dua puluh empat orang akan menikmati tawaran saya yang murah hati. Kalvari terlalu mahal bagi Allah dan tidak pantas tawaran-Nya akan keselamatan ditolak semua orang. Jadi, Ia memastikan supaya beberapa orang akan diselamatkan, dan Ia melakukannya sedemikian rupa sehingga siapa yang masih mau boleh datang juga. Kalau mereka tidak datang, itu adalah karena mereka tidak mau datang, bukan karena Allah yang menutup pintu. Ia mendapat kemuliaan dan puji-pujian dalam segala sesuatu”.22

PENUTUP

Berdasarkan apa yang telah dijelaskan diatas dapat disimpulkan sebagai berikut.  Pertama, ajaran tentang penebusan tak terbatas tidak hanya didasarkan pada pertimbangan logis, tetapi didasarkan atas pertimbangan eksegesis dari teks Kitab Suci dan pandangan teologis yang Alkitabiah. Sedangkan “penebusan terbatas tidak berdasarkan pada eksegesis dari teks Kitab Suci tetapi lebih berdasar pada premis logis bahwa kalau Kristus mati untuk setiap orang dan setiap orang tidak diselamatkan, maka rencana Allah gagal”. 23

Kedua, kata-kata seperti “dunia, seluruh dunia, semua, barangsiapa” adalah kata-kata yang tepat digunakan untuk menyatakan jangkauan (penyediaan) penebusan yang tidak terbatas.24 Sebab jika memang penyedian penebusan terbatas, maka para penulis Alkitab telah memilih kata-kata yang sangat memprihatikan dalam mengungkapkan fakta tersebut. Tuhan yang telah mengilhami para penulis Kitab Suci, berkenan mengungkapkan penyediaan penebusan yang tak terbatas dengan kata-kata (verbal) dan pengertian yang sebenarnya. Tepat seperti apa yang dikatakan oleh Charles F. Beker, “Kelihatannya ada yang tidak beres pada suatu teori yang menuntut pengubahan (pemelintiran) arti bagitu banyak kata guna mempertahankan pendiriannya.” 25

Ketiga, ajaran tentang penebusan tak terbatas ini memberikan kepada para pemberita Injil jaminan dan kebebasan dalam menyampaikan berita, sehingga ia dapat dengan tulus percaya bahwa ia memiliki berita yang dirancang dan tepat menjawab kebutuhan manusia yang datang mendengarkan perkataannya. (Matius 28:19; Markus 16:15-16). Karena “Kristus mati bagi orang-orang berdosa, dan setiap orang yang percaya dan memanggil nama Tuhan akan diselamatkan”. (Bandingkan: 2 Korintus 5:15; Yohanes 3:16; 1 Yohanes 2:2; Roma 10:13).

1 Yohanes 2:2 “Dan Ia (Kristus) adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.

FOOTNOTE

1 Erickson J. Millard., 2003. Christian theology, Jilid 3,  terj, Penerbit Gandum Mas: Malang, hal 509-510.
2 Charles. C. Ryrie, 1992. Basic Teologi, Jilid 2, terj, Penerbit Yayasan Andi: Yokyakarta, hal 75.
3 Ibid.
4 Erickson J. Millard., of.cit, hal 524.
5 Beker, Charles. F, 1994. A Dispensasional Theology, terjemahan, Penerbit Alkitab Anugerah: Jakarta, hal 498-499.
6 Charles. C. Ryrie, of.cit, hal 76.
7 Ibid.
8 Ibid.
9 Ibid.
10 Erickson J. Millard., Christian theology, hal 524.
11 Ibid.
12 Beker, Charles. F,  A Dispensasional Theology, hal 520.
13 Samuel T. Gunawan, 2009. Dasar-Dasar Iman Kristen, Modul Teologi Sistematika. Diterbitkan BESEI Ministries: Palangka Raya, hal 76.
14 Conner, Kevin J, 2004. A Practical Guide To Christian Belief, terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang, hal 599.
15 Ibid, hal 597.
16 Erickson J. Millard, Christian theology, hal 515-524.
17 Charles. C. Ryrie, Basic Teologi, hal 77-82.
18 1 Yohanes 2:2, adalah ayat yang sulit dijelaskan bagi penganut paham penebusan terbatas (limited atonement). “Bukan dosa kita saja tetapi dosa seluruh dunia”. Ada kontras antara kata “kita” dan “dunia.” Dengan demikian kematian Yesus Kristus adalah untuk orang pilihan dan orang lain. Penganut penebusan terbatas menjelaskan kata “kita” di situ adalah hanya para rasul dan seluruh dunia adalah orang-orang percaya di dunia. Tetapi apakah benar kata “kita” hanya untuk para rasul? Secara konteks kata “kita” tidak mendukung konsep penebusan terbatas, karena dalam 1 Yohanes 1:9 kata kita adalah untuk orang-orang percaya. Sebagaimana kata “kita” dalam 1 Yohanes 1:10 juga menunjukkan kepada “orang percaya”. Tegasnya, jika 1 ayat ini dibahasakan menurut paham penebusan terbatas menjadi demikian “ Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita (para rasul), dan bukan untuk dosa kita (para rasul) saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia (orang-orang yang terpilih diseluruh dunia)”. Bahkan di dalam Surat 1 Yohanes kurang lebih ada sekitar 21 kali kata kosmos/dunia muncul, tetapi tidak ada satupun yang mengacu kepada orang pilihan. Justru kata “dunia” di sini lebih menekankan kontras rohani dengan sistem duniawi. Jadi apa alasan kita untuk percaya bahwa kata “dunia” dalam 1 Yoh 2:2 adalah untuk orang-orang pilihan? Apakah ini tidak lebih dari suatu pemaksaan konsep oleh penganut paham ini? Jika telusuri lagi dalam Surat 1 Yohanes, terutama ketika kita membaca 1 Yoh 5:19 kata “dunia” jelas-jelas mengacu kepada orang-orang yang tidak percaya.
19 Samuel T. Gunawan, Dasar-Dasar Iman Kristen, Modul Teologi Sistematika. hal 69.
20 Charles. C. Ryrie, Basic Teologi, hal 81-82.
21 Ibid, hal 75.
22 Evans, Tony, 2005. Sungguh-sungguh Diselamatkan, terjemahan, Penerbit Gospel Press: Batam, hal 120-122.
23 Enns, Paul, 2003. The Moody Handbook Of Theology, jilid 1, terjemahan, penerbit SAAT: Malang, hal 405.
24 Menurut pemahaman penebusan terbatas kata Dunia memiliki beberapa pengertian. Dengan mengutip Lukas 2:1 Kaisar mensensus seluruh dunia, tapi nyatanya hanyasekitar wilayah kekuasaan kaisar Agustinus saja dan tidak sampai kedaratan China. Jadi, kata “dunia” di dalam Alkitab memiliki beberapa pengertian, yaitu:             1. Dunia di sini adalah dunia orang pilihan. 2. Dunia, mengacu kepada dunia eskatologi, dimana seluruh dunia akan percaya kepada Yesus. 3. Dunia secara etnis, mengasihi “orang pilihan” dari segala etnis bukan Israel saja. Dunia secara geografi, “orang pilihan” dari segala tempat.
25 Beker, Charles. F, A Dispensasional Theology, hal 524.

REFERENSI UNTUK STUDI LANJUT 

Daftar berikut ini adalah buku terpilih oleh penulis dengan pertimbangan bahwa buku-buku tersebut telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, kecuali buku Wayne Grudem, Systematic Theology: A Introduction to a Biblical Doctrine. Berdasarkan pertimbangan diatas tidaklah sulit untuk mendapatkan buku-buku tersebut di toko buku Kristen atau penerbit buku. Selanjutnya, di dalam buku-buku tersebut terdapat referensi lanjutan sesuai dengan rujukan para penulis buku tersebut.

Beker, Charles. F., 1994. A Dispensasional Theology, terjemahan, Penerbit Alkitab Anugerah: Jakarta.
Berkhof, Louis., 2011. Systematic Theology. 6 Jilid, Terjemahan, Penerbit Momentum: Jakarta.
Conner, Kevin J., 2004. The Fondation of Christian Doctrine. Terjemahan, Pernerbit Gandum Mas: Malang.
Enns, Paul., 2004.The Moody Handbook of Theology, 2 jilid. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT: Malang.
_________., 2000. Approaching God, 2 jilid. Terjemahan, Penerbit Interaksara : Batam.
Evans, Tony, 2005. Sungguh-sungguh Diselamatkan, terjemahan, Penerbit Gospel Press: Batam.
Erickson J. Millard., 2003. Christian theology. 3 Jilid. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.
Grudem, Wayne., 1994. Systematic Theology: A Introduction to a Biblical Doctrine. Zodervan Publising House: Grand Rapids, Michigan.
____________., 2009. Christian Beliefs. Terjemahan, Penerbit Metanonia Publising: Jakarta.
Samuel T. Gunawan, 2009. Dasar-Dasar Iman Kristen, Modul Teologi Sistematika. Diterbitkan BESEI Ministries: Palangka Raya.

Ryrie, Charles C., 1991. Basic Theology.   2 Jilid, Terjemahan, Penerbit Andi Offset: Yoyakarta.
Sproul, R.C., 1997. Essential Truths of the Christian Faith. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT: Malang.
Thiessen, Henry C., 1992. Lectures in Systematic Theology, direvisi Vernon D. Doerksen. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.