Aku Benci Guruku

Walaupun tulisan ini dari seorang anak remaja (sangat subyektif), namun bila dibaca dengan lapang dada merupakan kritik yang cukup mengena bagi profesi seorang guru.

[block:views=similarterms-block_1]
  • Aku benci guruku yang selalu menghadap papan tulis atau melihat ke buku selama mengajar.
  • Aku benci guruku yang hanya memberi setumpuk catatan dan setumpuk ulangan yang susah, tanpa pernah menjelaskan materinya.
  • Aku benci guruku yang memberikan materi atau soal latihan secara teoritis, tanpa pernah menerapkannya dalam contoh-contoh atau praktek.
  • Aku benci guruku yang menghabiskan jam-jam pelajaran hanya untuk ceramah soal hal-hal kecil saja.
  • Aku benci guruku yang malas masuk kelas dan hanya hadir saat akan memberi ulangan saja.
  • Aku benci guruku yang tidak pernah mau menyelesaikan masalah dengan murid, hobinya main panggil ortu saja.
  • Aku benci guruku yang suka pamer kekayaan, kepintaran, kehebatan, dll.
  • Aku benci guruku yang pilih kasih.
  • Aku benci guruku laki-laki yang suka main cewek.
  • Aku benci guruku yang cuma bisa memberi soal latihan dari buku cetak saja, tidak mau berusaha mencari dari buku lain atau membuat soal sendiri.
  • Aku benci guruku yang mengoreksi jawaban essay dengan melihat panjang atau pendeknya tulisan.
  • Aku benci guruku yang memberi terlalu banyak humor yang tidak berhubungan dengan plejaran apalagi jika dia tidak bisa menenangkan kelas kembali supaya siap melanjutkan pelajaran.
  • Aku benci guruku yang tidak mau dikritik.
  • Aku benci guruku yang sangat banyak melakukan salah koreksi karena tidak teliti.
  • Aku benci guruku yang lebih suka memberi jawaban sekenanya (biasanya salah) pada murid yang bertanya daripada menjawab keesokan harinya dengan terlebih dahulu mencari jawaban yang benar apabila dia tidak yakin pada jawabannya.
  • Aku benci guruku yang berdandan seperti preman pasar, gadis cafe, korban tsunami dll.
  • Aku benci guruku yang menutup diri dari pergaulan dengan sesama guru.
  • Aku benci guruku yang memberi hanya dari otak sendiri saja, tanpa mau bekerja sama dengan guru lain yang bidang studinya sama.
  • Aku benci guruku yang melengos bila disapa.
  • Aku benci guruku yang tidak berusaha mengenal murid, hobinya nongkrong di ruang guru dan kalau memanggil murid cuma dengan sebutan yang itu, yang di pojok, yang kacamata, yang rambutnya dikepang, dll.
  • Aku benci guruku yang menilai kebaikan murid dari prestasi di rapor saja tanpa menghargai kerja keras dan keahlian lain dari masing-masing anak.
  • Aku benci guruku yang tidak bisa merawat fasilitas kelas atau tidak mau mengisi jurnal kemajuan belajar kelas.
Tags: