Bersikap Jujur

Oleh: Sujud Prasetio

Baca: Mazmur 25:1-22

"Ketulusan dan kejujuran kiranya mengawal aku, sebab aku menanti-nantikan Engkau." Mazmur 25:21

Beberapa tahun yang lalu, saya melakukan kesalahan yang fatal. Karena dengki, saya mencuri uang bulek (tante). Ketika saya didakwa, saya mengelak dengan 1001 alasan. Dua tahun kemudian saya pun mengakuinya. Bagi saya mengakui kesalahan tidak membuat harga diri saya rendah. Justru inilah sikap yang seharusnya di lakukan. Bersikap jujur. Oleh karena itu saya tidak malu menyaksikan ini.

[block:views=similarterms-block_1]

Banyak orang sulit untuk jujur, bahkan terhadap dirinya sendiri. Keteledoran atau kesalahan apa pun selalu ada dalih untuk menyalahkan orang lain atau pun menyalahkan keadaan. Apa pun alasannya adalah dalih untuk membenarkan diri. Matius 25 menceritakan seseorang yang menerima satu talenta menyalahkan tuan yang empunya talenta. Ironis bukan! Koq tidak langsung berkata: "maaf, aku salah!" Begini kan urusannya cepat selesai. Sekali pun sikap ini sepele, tidak semua orang dapat melakukannya. Hanya orang- orang yang berjiwa besarlah yang mampu melakukannya.

Pergumulan Daud di dalam doa mengingatkan perjalanan hidupnya. Daud mengintrospeksi dirinya di hadapan Tuhan. "kiranya ketulusan dan kejujuran mengawal aku . . ." (Mazmur 25:21). Daud menyadari sikap hidup jujur adalah hal yang prinsip di hadapan Tuhan. Maka, tidak heran jika Allah mendaftarkan Hukum Taurat yang ke-9 "Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu." (Keluaran 20:16). Hukum ini mengemukakan bahwa Tuhan begitu menghargai kebenaran. Ketika orang bersikap tidak jujur, yang terjadi bukannya saling menolong, tetapi merongrong. Bukan memberdayakan, tetapi memperdayakan. Ketidakjujuran hanya dapat di lunasi dengan kejujuran. Bukannya menutupi ketidakjujuran dengan kebohongan. Beranikah Anda jujur terhadap Allah, manusia, dan diri sendiri?