Jangan Takut Menjadi Anak Raja

Penulis : Kristian.N

"Jangan takut menjadi anak Raja". Sebuah kalimat yang terdengar aneh di telinga kita. Jika dipikir, apa yang perlu ditakutkan jika kita menjadi seorang anak raja? bukankah sebagai anak raja berarti kita dekat dengan sumber kekuasaan. Kita tidak perlu takut dengan apapun. bahkan kita bisa melakukan apapun yang kita mau? lalu kenapa kita harus takut? Tidak, tidak demikian. Kalimat di atas sebenarnya cukup beralasan, dan benar. Setidaknya jika kita memandang dari sisi kita sebagai orang percaya. Sebagai orang percaya, Allah tidak hanya memulihkan kita, tapi juga telah mengangkat kita dan melayakkan kita menjadi anak-anakNya. Lalu apa sebenarnya yang akan kita alami sebagai anak Raja, sehingga kita dinasihati untuk tidak perlu menjadi takut?

[block:views=similarterms-block_1]

Kita memang memiliki alasan untuk takut, sebab sebagai anak Raja, kita ternyata harus mau mengikuti jejak Kristus sebagai yang Sulung diantara kita. Sama seperti Kristus menjalanai jalan penderitaan, menyangkal diri dan memikul salibNya, untuk memuntaskan tugas yang diberikan Allah, seperti itu jugalah kita.

Beberapa waktu yang lalu mungkin kita sempat mengenal pengajaran teologi kemakmuran yang mengajarkan bahwa sebagai anak Raja kita berhak dan akan mendapatkan warisan kemakmuran, kekayaan dan kesuksesan dari Allah. Benarkah demikian, jika itu benar, mengapa Kristus sebagai yang Sulung di antara kita justru memilih jalan yang jauh dari itu semua? Jauh dari kemakmuran dan popularitas sebagai Anak Raja. Sebaliknya selama hidupnya Kristus diwarnai dengan kesederhanaan, pengorbanan dan penyangkalan diri. mahkota yang Dia pakai tidak terbuat dari emas tapi dari anyaman semak belukar. Bukan mahkota yang bertatahkan berlian tapi bertaburan duri tajam. Penderitaan dan pengorbanan Kristus bukanlah tanpa alasan. Jalan yang Dia pilih bukan tanpa tujuan. Melalui hidupnya Kristus ingin menunjukan jalan yang harus kita lalui jika kita ingin disebut sebagai anak Raja yang layak menjadi ahli waris kerajaan Allah bersama dengan Dia.

Kekristenan bukanlah jalan yang menjanjikan kemakmuran, kemapanan dan kepenuhan materi seperti yang dimiliki oleh anak-anak raja dunia. Kekristenan adalah jalan terjal sarat dengan pengorbanan dan penyangkalan diri yang didasari oleh semangat cinta kasih dan kerendahan hati. Kita akan sering dihadapkan pada berbagai batu ujian. Tuhan sengaja meletakkan batu-batu ujian di sepanjang jalan yang kita lalui, menjadi pijakan kaki kita untuk naik ke atas setapak demi setapak, hingga mencapai puncak kemenangan, kedewasaan karakter menjadi sempurna.

"karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya sebagai anak." Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran, yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak gampang. (Ibrani 12:6-8)

Karena itulah kita sebenarnya memiliki alasan untuk takut disebut sebagai anak Raja. Siapa yang tidak takut hidup menderita? siapa tidak takut ditolak dan diremehkan? Siapa yang siap berkorban dan tidak mendapatkan apa-apa? Mengikut jejak Kristus berarti kita harus siap untuk ditolak dan dipinggirkan. Tapi Allah akan selalu melihat perjuangan kita. Penderitaan yang kita alamai adalah sarana untuk mengasah karakter kita sehingga layak untuk disebut anak-anak Raja. Tidak ada seorangpun yang berhak duduk bersama dengan Kristus tanpa harus memikul salib.

Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. (Matius 16:24)

Tapi sekali lagi meskipun kita memiliki alasan untuk menjadi takut, kita tidak perlu takut. Kristus sudah memenangkan kita. Dia yang sekarang duduk di sebelah kanan Allah Bapa, Dia sendiri yang akan memampukan kita untuk memikul salib yang dibebankan kepada setiap kita selama kita masih di hidup di dunia. Sekarang kita sadar bahwa kita tidak berjuang sendiri, ada Kristus yang siap memikul beban kita. Tinggal apakah kita mau memberikan beban kita untuk kita pikul bersama-sama denganNya.

Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan." (Matius 11:9-10)

Kristus telah meninggalkan jejak kakinya supaya kita bisa ikuti. Sebagai pedoman untuk kita melangkahkan kaki, agar tidak tersesat.

Meskipun kita diremehkan karena kelemah lembutan kita, tapi tetaplah berbuat baik.

Jadi meskipun kita diolok-olok karena dianggap naif, tapi mari kita tetap hidup jujur.

Meskipun dimusuhi karena kita tidak mau berkompromi dengan ketidak adilan, tetapi tetaplah berpegang pada kebenaran.

Meskipun kita dimusuhi tetapi tetaplah mengasihi.

adalah wajar jika dunia tidak mengerti kita dan bahkan menolak kita. Sebab kita bukan berasal dari dunia. Jika dunia bangkit melawan kita, sebenarnya bukan kita yang mereka munsuhi tapi Kristus yang panjinya kita bawa. Yang melalui kita dunia mengenalNya

Dunia tidak dapat membenci kamu, tetapi ia membenci Aku, sebab Aku bersaksi tentang dia, bahwa pekerjaan-pekerjaannya jahat. (Yohanes 7:7)

"Mereka akan berperang melawan Anak Domba. Tetapi Anak Domba akan mengalahkan mereka, karena Ia adalah Tuan di atas segala tuan dan Raja di atas segala raja. Mereka bersama-sama dengan Dia juga akan menang, yaitu mereka yang terpanggil, yang telah dipilih dan yang setia." (Wahyu 17:14)

Sebab hanya dengan inilah dunia akhirnya akan mengakui bahwa kita layak disebut anak-anak Raja, Allah yang maha tinggi. Mari kita dengan suka cita memikul salib kita. Melalui cahaya kemuliaan Tuhan yang bersinar dalam diri kita, melalui kualitas hidup kita, mari beritakan kepada setiap orang bahwa Allah mengasihi mereka, dan bahwa mereka juga layak disebut sebagai anak-anak Allah, sama seperti kita, yang layak menjadi ahli waris kerajaan sorga bersama dengan Kristus sebagai Yang Sulung di antara kita.

Inilah semangat pembebasan, semangat Paskah yang sebenarnya. Selamat Paskah.

Sumber: http://noviz.melesat.com/