Kasihilah Musuhmu
Oleh: Imelda Seloadji
Dia mendapat cuti sampai empat bulan. Tiga bulan cuti melahirkan, satu bulan cuti liburan. Dia suka datang terlambat, dan di jam kerja kadang-kadang menghilang untuk berenang di club atau minum kopi. Dia membuat anak buahnya menangis karena tertekan. Dia dinilai tidak punya kemampuan oleh koleganya. Masih banyak lagi alasan untuk tidak menyukai orang ini.
Saya yakin kita semua pernah menghadapi orang yang tidak menyenangkan di sekeliling kita. Mungkin sebagian Anda adalah orang yang cuek, sehingga pemandangan tidak menyenangkan bisa tidak Anda gubris, yang penting Anda pribadi tidak diganggu. Anda mungkin tipe orang yang bisa tersenyum ke semua orang meski hati Anda sedang jengkel. Saya bukanlah orang yang seperti itu. Seorang yang tiga kali mengikuti test DISC dan hasilnya selalu sama: dominan dan cermat mentok, alias choleric-melancholic sejati. Saya tidak bisa tenang kalau orang diperlakukan tidak adil. Saya tidak bisa cuek habis jika orang mengakui pekerjaan saya sebagai prestasinya dan berkata kepada rekan dan diri sendiri: "yang penting tanggal 25 gue kagak diganggu..". Saya tidak nyaman jika orang yang tidak kompeten menempati posisi penting. Yang telah terjadi pada diri saya, saya tidak bisa tidur dua malam karena hal itu. Saya orang yang apa adanya, wajah saya merefleksikan suasana hati saya. Sulit bagi saya memberi senyum yang tulus pada orang yang saya tidak sukai, tapi saya orang yang berani mengambil resiko demi mereka yang saya sebut sahabat. Itulah diri saya. Saya bukan Bunda Theresa. Hanya, betapapun saya berusaha mencari pembenaran, kalimat pendek Firman Tuhan ini tidak pernah ada tapinya. "Kasihilah musuhmu." Di suatu malam saya berdebat dengan Tuhan: "tapi bukankah Yesus pernah mengatakan bahwa Herodes adalah serigala setelah ia memenggal saudara sepupu-Nya Yohanes Pembaptis? Yesus saja bisa emosi" Well, saya berusaha menarik Dia ke tempat saya, Dia perlu merasakan apa yang saya rasakan.
Kasihilah musuhmu. Kasih itu perintah, bukan perasaan, kata Pak Eddy Leo. Kalau saya menyebut diri saya Kristen, ini adalah identitas saya. Saya menjerit dalam hati, Tuhan sungguh saya tidak mampu. Namun sungguh satu hal saya tahu, Dia mengasihi saya. Dia tahu semua pergumulan hati saya, sakit hati saya. Dia Allah yang peduli. Dia tidak memberi perintah tanpa memberi saya kemampuan dari Dia untuk melakukannya. Namanya saja musuh, bagaimana mengasihi? Tapi Dia ada untuk memampukan saya. Saudaraku, musuh Anda tidak peduli dan tidak merasakan kemarahan di dalam hati Anda. Anda rugi sendiri jika menyimpan kekesalan dan dendam. Datanglah kepada Yesus dan letakkan beban pergumulan Anda. Dia ada untuk menjadi pendengar Anda yang baik dan Dia adalah sahabat yang sejati. He is really "A shoulder to cry on.".
Kasih itu perintah, bukan perasaan. Saya suka pernyataan itu. Saya harus berjuang. Tapi saya tahu saya tidak sendiri. Ada Immanuel yang bersama saya. Dia adalah Kasih, dan kalau Dia di dalam saya, saya pasti bisa mengasihi. Juga Anda yang mungkin membaca sharing singkat ini yang mau berdoa bersama saya. Jika Anda memiliki luka, kekecewaan, sakit hati, kemarahan, atau dendam, saya juga mau berdoa untuk Anda. Jika Anda tidak mampu mengatasi sendiri sakit hati Anda, tetaplah berdoa, baca Firman, dan berbagilah dengan saudara seiman yang dapat Anda percaya. Bukan untuk gosip, tapi untuk menopang Anda. Jangan berusaha menutupi keadaan Anda supaya Anda terlihat baik. Jangan menyimpan ranjau dalam diri Anda yang akan meledak di kemudian hari. Kasihilah musuhmu. YA! BISA! BERJUANG!!!!! Tuhan memberkati.