Mengenal Sang Bintang Fajar

Khotbah Ibadah Raya GBAP Bintang Fajar Palangka Raya
Minggu, 29 Desember 2013

Oleh: Samuel T. Gunawan, SE., M.Th

“ Sesudah Yesus dilahirkan di Betlehem di tanah Yudea pada zaman raja Herodes, datanglah orang-orang majus dari Timur ke Yerusalem dan bertanya-tanya: ‘Di manakah Dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintang-Nya di Timur dan kami datang untuk menyembah Dia” (Matius 2:1-2)




BINTANG DI SEBELAH TIMUR

Kurang lebih 3400 tahun yang lalu, seorang nabi yang bernama Bileam telah bernubuat “Bintang terbit dari Yakub, tongkat kerajaan timbul dari Israel” (Bilangan 24:17). Jadi, bangsa Israel selalu menunggu dan mengharap kedatangan bintang tersebut, sebab mereka yakin bahwa dengan terbitnya bintang Yakub, itu berarti kedatangan Mesias atau Juruselamat ke dalam dunia ini. Pengharapan ini sudah menjadi realitas. Kurang lebih 2000 tahun yang lalu, di langit gelap gulita, tiba-tiba terbit sebuah bintang yang terang, sehingga beberapa orang Majus dari dunia sebelah timur melihatnya dan mengetahui ada seorang raja agung telah lahir. Mereka dengan tidak mengenal letih, telah mengikuti arah bintang tersebut, dan akhirnya sampai di Betlehem. Saat bertemu denganNya, mereka menyembah Kristus dan dengan hati yang ikhlas mereka memberi persembahan yang berharga kepada-Nya (Matius 2:1-12).

“Bintang Yakub” ini disebut juga “Bintang Betlehem”, dan dikenal juga dengan sebutan “Bintang Timur” atau “Bintang Fajar (Morning Star)”, karena muncul dari sebelah Timur. Jadi di Matius 2:2 ini menunjukkan bahwa ketika orang Majus itu melihat bintang itu di Timur dimana mereka bermukim (Mesopotamia), mereka tergerak untuk mengikuti bintang itu sesuai arah pergerakannya yaitu ke Barat. Ini disebabkan karena Mesopotamia terletak di sebelah timur Yudea. Itulah sebabnya orang Majus itu tidak pergi ke arah Timur Mesopotamia ke India atau China, tetapi ia pergi ke arah Barat. Ketika sampai di Yudea, kelihatannya bintang itu tepat berada di atas sehingga dianggap sebagai tanda lokasi, dan ketepatan lokasi itu ditegaskan oleh konfirmasi nubuatan Mikha (Matius 2:6; Bandingkan Mikha 5:1), yaitu di Betlehem.

BERBAGAI PENDAPAT TENTANG BINTANG TIMUR

Mereka yang skeptik dan rasionalistik akan langsung mengatakan bahwa bintang itu hanya mitos astrologi yang harus dilupakan karena kalau benar ada bintang istimewa, tentu akan dicatat oleh Josephus, ahli sejarah yang banyak catatannya mengenai kurun waktu itu. Sebaliknya, orang yang pikirannya lebih terbuka akan meneliti lebih dahulu mengenai kemungkinan kebenaran keberadaan bintang itu. Bagaimana timbulnya bintang tersebut? Setidaknya ada beberapa kemungkinan diusulkan orang mengenai bintang itu

1. Ada yang mengatakan bahwa pada waktu itu planet-planet di sistem solar kebetulan berkedudukan dalam satu garis dengan bulan yang terlihat terang benderang dari bumi sehingga terlihat beda dengan bintang-bintang pada umumnya. Keadaan seperti ini disebut konyungsi planet dan bersifat tetap untuk jangka waktu lama, dengan demikian kurang cocok dengan apa yang dilihat orang majus.

2. Ada yang berpendapat bahwa bintang Yakub tersebut adalah pertemuan dua bintang di ruang angkasa, yaitu bintang Musytari (Jupiter) dan Zohal (Saturnus), sehingga memancarkan terang yang besar. Menurut para ahli, hal itu pernah terjadi pada bulan Mei tahun 7 sebelum Masehi, tetapi Profesor Pritchard dalam bukunya yang berjudul “Nature and Revelation” mengatakan bahwa pertemuan kedua bintang tersebut terjadi pada 59 tahun sebelum Kristus dilahirkan.

3. Ada yang berpendapat bahwa ada planet yang meledak dan kehabisan energi hingga akhirnya meredup. Pendapat ini juga tidak cocok, karena planet yang meledak dan mengakibatkan cahaya yang sangat terang yang berlangsung beberapa minggu, tetapi data Alkitab tidak menunjukkan adanya bintang yang sinarnya sangat terang sekali, kecuali bahwa bintang itu bercahaya dan sebagai petunjuk arah.

4. Ada yang berpendapat bahwa bintang itu kemungkinan adalah sebuah meteor. Meteor adalah benda langit yang juga mengelilingi matahari, tetapi ketika dekat dengan bumi ia bisa tertarik gaya tarik bumi sehingga ketika memasuki atmosfir bumi ia terbakar karena gesekan dengan udara dan terlihat seperti bola api. Meteor (bintang jatuh) biasa jatuhnya cepat sehingga tidak cocok dengan apa yang dilihat orang Majus yang seakan-akan berhenti di atas Betlehem.

5. Ada yang berpendapat bahwa Bintang Betlehem itu adalah sebuah komit, yaitu benda langit yang mengelilingi matahari melalui lintas edar berbentuk parabola, dan bila sedang mendekati bumi maka akan kelihatan berekor (bintang berekor) dan akan kelihatan bergerak ke arah yang berlawanan dengan ekornya sehingga terlihat menunjuk arah tertentu. Komit bila terlihat di bumi bisa berlangsung selama beberapa minggu. Ada kemungkinannya, komitlah yang dilihat orang majus, apalagi saat itu kehadiran komit dipercaya sebagai pertanda adanya peristiwa besar di bumi, seperti bencana atau kelahiran atau kematian orang besar. Pada waktu Julius Caezar meninggal tercatat terlihat komit selama seminggu.

BINTANG YANG DISEDIAKAN ALLAH

Tetapi inipun hanya kemungkinan besar. Jadi, karena banyaknya pendapat tentang Bintang Betlehem tersebut maka sulit bagi kita untuk menetapkan pendapat mana yang benar. Kita hanya mempunyai petunjuk penting dalam Alkitab, yaitu : Pertama, dalam teks asilnya, kata “bintang” adalah terjemahan dari kata Yunani “aster” (Matius 2:2). Kata ini adalah kata benda yang ditulis bentuk tunggal. Ini berarti bahwa Bintang Betlehem bukanlah penggabungan antara bintang-bintang atau planet-planet di langit. Kedua, bintang tersebut paling sedikit muncul dua kali, yaitu (1) untuk memimpin perjalanan orang-orang Majus sampai di Betlehem; (2) bahkan berhenti di atas tempat di mana Anak itu berada (Matius 2:9). Kita dapat yakin bahwa Bintang Betlehem itu adalah sebuah bintang yang disediakan oleh Allah Pencipta, untuk memberitahukan bahwa Kristus, Juruselamat dunia sudah lahir.

Berdasarkan petunjuk di atas, kemungkinan bahwa Bintang Betlehem itu adalah komet lebih berpeluang besar karena dalam Matius 2:1-10, terlihat bahwa bintang itu menunjuk suatu arah, berpindah tempat dan terlihat selama beberapa hari. Pada tahun 1705, Edmond Halley menulis mengenai sebuah komit yang akan kelihatan setiap 76 tahun yang diramalkan akan kembali tahun 1758. Komit itu muncul pada akhir tahun 1758 sampai Maret 1759. Komit itu mulai tercatat oleh astronom China pada tahun 239sM (Encarta), dan terakhir terlihat pada tahun 1986. Dari beberapa kehadiran komit yang kemudian dinamakan Halley itu lamanya berkisar 75 sampai 79 tahun. Dengan mengambil median 77, dihitung dari tahun 239sM, kemungkinan besar pada tahun-tahun sekitar 8sM komit Halley mendekati dan terlihat di bumi dan berada di atas Yudea di hari kelahiran Yesus. Dari beberapa data itu, dapatlah disimpulkan bahwa kemungkinan besar komit Halley tersebut yang dilihat oleh orang Majus yang menjadi tanda kelahiran Mesias dan sekaligus petunjuk arah bagi mereka sehingga dari Timur mereka dapat pergi ke Betlehem di padang Efrata. Dan bila ini benar, bukti kelahiran Yesus sebelum tahun 4 sebelum Masehi bertambah kuat.

Ini juga didukung oleh data Alkitab dan sejarah bahwa kelahiran Yesus jelas harus terjadi sebelum kematian Raja Herodes Agung yang ingin membunuhnya dengan memerintahkan pembunuhan semua bayi berumur di bawah 2 tahun di Betlehem (Matius 2:16). Flavius Josephus (37-100), sejarawan Yahudi abad pertama, mengatakan bahwa sesaat sebelum Herodes meninggal telah terjadi gerhana bulan yang menurut para pakar perbintangan terjadi pada 13 Maret tahun 4 sebelum Masehi (Antiquities of the Jews, XVII, vi, 167). Dengan mengacu pada perkiraan Herodes bahwa bayi yang baru lahir itu tidak lebih dari 2 tahun usianya, maka perkiraan intelektual tahun kelahiran Yesus sekitar tahun 4 sebelum Masehi.

APAKAH HAL INI MENYANGKUT ASTROLOGI?

Berkaitan dengan kemunculan Bintang Betlehem itu muncul pertanyaan: “Bukankah antrologi atau ilmu nujum perbintangan dilarang oleh Tuhan, bahkan kitab Ulangan mengatakan bahwa orang-orang yang melakukan hal-hal tersebut akan dihukum mati (Ulangan 17:2-7, 18:10-12)?” Perbuatan tersebut sering disertai dengan penyembahan kepada dewa-dewa atau benda-benda di langit seperti matahari, bulan dan bintang-bintang. Tetapi mengapa kelahiran Tuhan Yesus disertai dengan “bintang-Nya”? Dan mengapa Allah harus memakai bintang tersebut untuk memberitahu orang-orang majus tentang kelahiran Kristus? Bukankah hal ini mirip dengan astrologi, primbon, tenung atau ramalan melalui perbintangan?

Perlu diketahui, bahwa istilah “orang Majus” adalah istilah yang dipakai oleh Herodotus untuk suatu suku dari bangsa Madai, yang mempunyai jabatan imam di Kerajaan Persia. Bagi penulis-penulis kuno lainnya, istilah itu sama sama artinya dengan imam. Kitab Daniel memberitahu kita dukungan bagi hal ini (Daniel 1:20; 2:27; 5:15). Daniel menyebut mereka sebagai “orang bijaksana” atau “ahli nujum” yang manafsirkan mimpi dan pesan-pesan ilahi. Tetapi sayangnya, dalam Perjanjian Baru pemakaian kata itu meluas maknanya sehingga meliputi semua orang yang mempraktikkan ilmu-ilmu sihir (Bandingkan Kisah Para Rasul 8:9; 13:6-8). Penjelasan di atas membantu kita untuk memahami bahwa “orang-orang Majus” dalam Matius 2:1-12 adalah para ilmuwan dan ahli nujum yang juga memiliki pengetahuan dalam hal perbintangan, tetapi tidak berkaitan dan peramalan dan penyembahan berhala. Berikut ini beberapa argumen penting berhubungan dengan hal tersebut:

1. Bintang tentang timbul di langit sebelah timur tersebut hanyalah suatu tanda atau simbol kelahiran Kristus. Hal ini merupakan penggenapan nubuat nabi Bileam yang terdapat di kitab Bilangan, untuk memberitahu kepada umat manusia bahwa Juru Selamat “telah” lahir (Bilangan 24:17). Dengan demikian bintang tersebut bukan untuk suatu peramalan hal yang akan (belum) terjadi, melainkan suatu pemberitahuan hal yang sudah terjadi. Lagi pula, Alkitab mencantumkan beberapa hal yang bersangkutan dengan matahari, bulan dan bintang-bintang, misalnya Matius 24:30; Yoel 2:28-32; Kisah Para Rasul 2:19-20, dan lain-lain. Hal-hal tersebut sama sekali tidak menyangkut astrologi.

2. Orang-orang Majus yang melihat bintang terang itu tidak terlibat dalam penyembahan berhala atau benda-benda di langit, bahkan ada kemungkinan mereka pernah membaca atau mendengar nubuat Bileam tentang bintang Yakub, sehingga tatkala mereka melihat bintang terang, dengan segera mereka mengetahui bahwa itu adalah tanda kelahiran seorang anak raja yang agung. Beberapa ahli mengatakan bahwa orang-orang Majus tersebut adalah pengikut Zoroaster, yang mempercayai dan menyembah Allah yang Esa, serta menentang ajaran polytheisme dan penyembahan terhadap berhala, sehingga mereka tidak ada sangkut pautnya dengan ilmu peramalan bintang.

3. Tafsiran yang lebih mendekati, sesuai dan masuk akal adalah pengaruh Daniel terhadap orang-orang Persia. Matius 2:1 (KJV) menyebut para pria ini “orang bijak (wise men)”. Kata aktual yang digunakan dalam bahasa Yunani adalah “magos” yang berasal dari bahasa asing, mengindikasikan seorang ilmuwan dari negeri timur atau ahli nujum. Menurut para ahli Alkitab, para pria ini berasal dari Persia. Ini sangat penting karena Babel adalah tempat dimana Daniel dan beberapa pemuda Yahudi ditawan dan diangkat menjadi kepala dari semua ahli sihir. Ia selamat dari lubang singa dengan berkemenangan dan telah mendapatkan reputasi sebagai orang bijaksana terbesar (Daniel 6). Pada akhirnya Daniel dipromosikan menjadi kepala dari semua orang bijaksana (Daniel 2:48). Daniel adalah nabi yang kepadanya Allah memberikan penafsiran dari nubuatan 70 minggu Yeremia, yang menunjukkkan kedatangan Mesias (Daniel 9:2; 24-27; Bandingkan Yeremia 25:11). Sebagai kepala ahli nujum dan orang bijaksana (ilmuwan) di Persia, Daniel membuat pengetahuan ini diketahui oleh rekan-rekannya. Tidak diragukan lagi, selama berabad-abad kemudian nubuatan tersebut diteruskan kepada generasi berikutnya, dan mereka terus mempelajari nubuatannya dan mengantisipasi peristiwa itu. Sangat dimengerti bahwa penampakkan sebuah bintang baru yang bergerak dengan cara berbeda dapat dianggap sebagai tanda khusus dari kelahiran Mesias orang Yahudi. Para ahli nujum Persia tersebut tidak terkejut dengan kemunculan bintang tersebut, sementara para ahli Taurat Yahudi dikejutkan ketika diberitahu bahwa bintang itu menandakan kelahiran seorang raja besar Yahudi. Mengapa? Karena para ahli nujum tersebut telah mempelajari firman Allah melalui Daniel. Firman itu membuat mereka bijaksana terhadap keselamatan (2 Timotius 3:15; Bandingkan 2 Petrus 1:19).

PENUTUP

Berdasarkan penjelasan-penjelasan diatas kita yakin bahwa Bintang Betlehem atau Bintang Timur tersebut disediakan oleh Allah untuk mendeklarasikan kedatangan Anak-Nya, yaitu Kristus Yesus Tuhan kita. Sebagaimana Allah pernah menyediakan tiang api dan awan untuk memimpin bani Israel dalam perjalanan di padang belantara, demikian juga Allah telah menyediakan bintang terang untuk memimpin perjalanan orang-orang Majus sampai di Betlehem sehingga mereka dapat bertemu dengan Kristus dan mereka menyembah Dia.

Saat ini, sebagaimana para ahli nujum tersebut telah mempelajari firman Allah melalui Daniel. Dan firman itu membuat mereka bijaksana terhadap keselamatan (2 Timotius 3:15; Bandingkan 2 Petrus 1:19), demikian juga kita seharusnya mengijinkan firman Allah itu mengajar kita sehingga kita dapat membuat keputusan yang tepat dengan mempercayai Juruselamat, yaitu Yesus Kristus, Sang Bintang Fajar itu. Perlu diketahui bahwa Kristus sendiri menggunakan gelar “Bintang Timur” atau “Bintang Fajar (Morning Star)” ini untuk diriNya sendiri. Rasul Yohanes mencatat perkataan Kristus demikian, “Aku, Yesus, telah mengutus malaikat-Ku untuk memberi kesaksian tentang semuanya ini kepadamu bagi jemaat-jemaat. Aku adalah tunas, yaitu keturunan Daud, bintang timur yang gilang-gemilang (the bright and morning star, KJV)” (Wahyu 22:16). Jadi, ingatlah, bahwa Tuhan pun berkenan memakai firmanNya untuk memimpin dan menuntun perjalanan hidup kita kepada Kristus, sehingga kita dapat mengenalNya sebagai Juruselamat dan Tuhan. Rasul Petrus mengatakan, “Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi. Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu (2 Petrus 1:19).

EKESEGESIS DAN ANALISIS TEOLOGIS TERHADAP GELAR “BINTANG TIMUR” DALAM YESAYA 14:12

Pertanyaan penting yang seringkali ditanyakan dan tidak boleh diabaikan ialah: “Bagaimana dengan gelar “Bintang Timur” dan “putra Fajar” di dalam Yesaya 14:12 yang oleh beberapa penafsir Alkitab mengacu pada Iblis (Lucifer)? Jawaban saya untuk masalah ini sebagai berikut:

Pertama, istilah “Lucifer” yang seringkali digunakan penafsir Alkitab mengacu kepada Iblis tidak terdapat dalam naskah asli Perjanjian Lama bahasa Ibrani. Istilah “lucifer” ini merupakan kata Latin yang di pakai Santo Joremi untuk menerjemahkan Vulgata (Alkitab bahasa Latin) pada abad ke 4. Alkitab Vulgata ini dipakai dikalangan Katolik. Jadi, dalam teks Ibrani, kata “???? ?? ??? - heylel ben-syakhar’; adalah sebagai berikut “???? – heylel” adalah kata Ibrani untuk “bintang Timur” atau “planet Venus”, sedangkan “?? ??? - ben-syakha” adalah kata Ibrani “putra Fajar” atau secara harafiah “anak Fajar”.

Kedua, beberapa penafsir Alkitab memang melihat Yesaya 14:12 ini sebagai mengacu kepada kejatuhan Iblis, tetapi ini hanya merupakan tafsiran. Karena jika kita meneliti konteks Yesaya 14:1-23, ayat ini sebenarnya mengacu pada raja Babel. Ada dua kemungkinan raja Babel yang dirujuk dalam ayat ini, yaitu: (1) Nebukadnezar; atau (2) raja Babel yang bernama Heylel bin Syakhar.

Ketiga, seandainya Yesaya 14:12 ini memang dimaksudkan mengacu pada Iblis, maka lebih tepat menyebutnya sebagai personifikasi dari Iblis di bawah figur raja Babel. Dengan demikian, gelar “Bintang Timur” dalam ayat ini dapat mengacu pada raja Babel maupun Iblis. Jika kemungkinan tafsirannya demikian maka perlu ditegaskan dua hal, yaitu:

1. Sebenarnya “Bintang Timur” bukanlah nama melainkan gelar yang dikenakan pada malaikat kerub yang tertinggi dan terhormat dihadapan Allah. Charles C. Ryrie, menyatakan “Setan termasuk dalam golongan malaikat-malaikat kerubim (Yehezkiel 28:14). Rupanya dia adalah ciptaan yang tertinggi (Yehezkiel 28:12)”. Kata Ibrani “héylél” berarti “yang bersinar, pembawa terang, atau bintang Timur” (Lihat, Yesaya 14:12). Dalam Septuaguinta kata “héylél” diterjemahkan dengan kata Yunani “heôsphoros”. Paul Enns menyatakan, bahwa “setelah kejatuhannya, malaikat kerub ini tidak pernah lagi disebut dengan sebutan yang terhormat itu”. Jadi, dibawah personifikasi raja Bebal, gelar “Bintang Timur” memang pernah dikenakan pada Iblis tetapi gelar itu telah dicabut dari Iblis dan tidak berhak lagi digunakannya. Saat ini yang sungguh-sungguh berhak menggunakan gelar “Bintang Timur” adalah Tuhan Yesus Kristus, yaitu dalam kemuliaanNya sesudah kebangkitanNya. Rasul Yohanes mencatat perkataan Kristus demikian, “Aku, Yesus, telah mengutus malaikat-Ku untuk memberi kesaksian tentang semuanya ini kepadamu bagi jemaat-jemaat. Aku adalah tunas, yaitu keturunan Daud, Bintang Timur yang gilang-gemilang” (Wahyu 22:16).

2. Dalam teks Yunani ada perbedaan yang signifikan antara gelar “Bintang Timur” dalam Yesaya 14:12 yang mengacu kepada Iblis, dan gelar “Bintang Timur” yang dikenakan kepada Yesus Kristus. Teks Ibrani “Bintang Timur, putra Fajar” dalam Yesaya 14:12 adalah “???? ?? ??? - heylel ben-syakhar” diterjemahkan dalam Septuaginta (PL berbahasa Yunani) dengan “? e?sf???? ? p??? - ho heôsphoros ho prôi”. Sedang “Bintang Timur yang gilang-gemilang” dalam Wahyu 22:16 dalam teks Yunani ditulis dengan “? ast?? ? ?aµp??? ?a? ???????? - ho astêr ho lampros kai orthrinos”. Jadi, dalam teks Yunani kata “Bintang Timur” yang mengacu pada Iblis dengan kata “Bintang Timur” yang dikenakan pada Yesus Kristus jelas merupakan frase yang berbeda. Dengan demikian gelar “Bintang Timur” dalam Yesaya 14:12 berbeda dengan gelar “Bintang Timur” dalam Wahyu 22:16.

DAFTAR PUSTAKA

Achenbach, Reinhard., 2012. Kamus Ibrani-Indonesia Perjanjian Lama. Terjemahan, Penerbit Yayasan Komunikasi Bina Kasih: Jakarta.
Archer, Gleason L., 2009. Encyclopedia of Bible Difficulties. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas: Malang.
Browning, W.R.F, 1996. A Dictionary of the Bible. Oxford University Press. Edisi Indonesia dengan judul Kamus Alkitab, ditejemahkan (2007), Penerbit BPK Gunung Mulia : Jakarta.
Carson, D.A., 2009. Kesalahan-Kesalahan Eksegetis. Terjemahan, Penerbit Momentum : Jakarta.
Douglas, J.D., ed, 1996. Ensiklopedia Alkitab Masa Kini, Jilid I dan II. Terj, Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF : Jakarta.
Drewes, B.F, Wilfrid Haubech & Heinrich Vin Siebenthal., 2008. Kunci Bahasa Yunani Perjanjian Baru. Jilid 1 & 2. Penerbit BPK Gunung Mulia : Jakarta.
Enns, Paul., 2004.The Moody Handbook of Theology, jilid 1. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT : Malang.
Ferguson, Sinclair B, D.F. Wraight & J.I Packer, ed. 2009. New Dictionary of Theology. Jilid 1, Terjemahan, Literatur SAAT: Malang.
Grudem, Wayne., 1994. Systematic Theology: A Introduction to a Biblical Doctrine. Zodervan Publising House : Grand Rapids, Michigan.
Gutrie, Donald., 1979, The New Bible Commentary. Intervarsity Press, Leicester, England. Edisi Indonesia dengan judul Tasiran Alkitab Masa Kini, 3 Jilid, diterjemahkan (1982), Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF : Jakarta.
Mounce, William D., 2011. Basics of Biblical Greek, edisi 3. Terjemahan, Penerbit Literatur SAAT : Malang.
Ngandas, Deky Hidnas Yan., 2013. Paradigma Eksegetis Penting dan Harus. Penerbit Indie Publising: Depok.
Pandensolang, Welly., 2010. Gramatika dan Sintaksis Bahasa Yunani Perjanjian Baru. Penerbit ANDI: Yogyakarta.
Pfeiffer F. Charles & Everett F. Harrison., ed. 1962. The Wycliffe Bible Commentary, volume 1,2,3. Terjemahan, Penerbit Gandum Mas Malang.
Schafer, Ruth., 2004. Belajar Bahasa Yunani Koine: Panduan Memahami dan Menerjemahkan Teks Perjanjian Baru. Penerbit BPK Gunung Mulia : Jakarta.
Susanto, Hasan., 2003. Perjanjian Baru Interlinier Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru, jilid I & II. Penerbit Literatur SAAT : Malang.
Ryrie, Charles C., 1991. Teologi Dasar. Jilid 1, Terjemahan, Penerbit ANDI Offset : Yogyakarta.
¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬¬Tulluan, Ola., 2007. Bahasa Yunani Perjanjian Baru. Penerbit Literatur YPPII : Malang.
Wenham, J.W., 1988. Bahasa Yunani Koine (The Elements of New Testament Greek). Penerbit SAAT : Malang.


Profil : Samuel T. Gunawan, adalah teolog Protestan Kharismatik, Pendeta dan Gembala di GBAP Bintang Fajar Palangka Raya (Catatan: dulu GBAP El Shaddai); Mengajar Filsafat dan Apologetika Kharismatik di STT AIMI, Solo. Putra asli dayak ngaju (Kalimantan Tengah) kelahiran ‘77 ini mendapat gelar SE dari Universitas Negeri Palangkaraya (UNPAR), S.Th (Christian Education) & M.Th (Teology) dari STT Trinity. Artikel-artikelnya dapat ditemukan di : (1) Googgle dengan mengklik nama Samuel T. Gunawan; (2) Website/ Situs : e-Artikel Kristen Indonesia; (3) Facebook : Samuel T. Gunawan (samuelstg09@yahoo.co.id.)