Menyingkap Rahasia Doa Bapa Kami
Penulis : John Paul Jackson
Sangatlah sedikit peristiwa baik terjadi di dunia ini tanpa gerakan kuasa doa. Doa yang benar adalah bersatunya antara kekekalan dengan hal-hal yang sementara. Tuhan mengetahui apa yang akan membuat tujuan-Nya digenapi di bumi; kemudian Ia meminta kita untuk berdoa supaya hal itu terjadi. Jadi, doa sehari-hari yang secara konsisten mengalahkan gerakan musuh. Ketika kita berdoa, musuh kita harus meresponi pekerjaan Tuhan yang digerakkan oleh doa-doa kita. Maka, pada kenyataannya, musuh kita pun harus meresponi kita sebagai ganti respon kita atas serangannya.
Sayangnya, kita cenderung untuk berpikir bahwa berdoa adalah sulit. Kita berpikir doa adalah suatu tindakan manusia yang menuntut waktu, usaha, dan energi kita; bagaimanapun, ini adalah gagasan Tuhan untuk berdoa. Ia merancang doa untuk hubungan yang terbuka, dan transparan, membawa suatu atmosfir rohani di mana Ia dapat menikmati persekutuan yang erat dengan kita. Dengan kata lain, dengan ketidak mampuan berdoa akan menjadi bencana terbesar yang bisa menimpa kita. Ini hanyalah melalui jamahan Tuhan sehingga kita dapat berdoa; ini membuktikan Ia dekat dengan kita.
Kunci untuk berdoa adalah kepercayaan yang teguh yang sangat pribadi sifatnya. Jika kita tidak memahami konsep yang sederhana ini, maka selamanya kita tidak akan mampu untuk sungguh-sungguh mengenal, dan membiarkan diri kita menikmati Kehadiran-Nya. Segala hal itu disebutkan di dalam Doa Bapa Kami yang Ia ingin kita lakukan secara pribadi. Ia ingin tertawa bersamamu, menangis bersamamu, menyentuhmu, memiliki saat-saat indah bersamamu. Waktu-waktu berdoa memungkinkan Tuhan untuk menunjukkan kepada rencana-Nya, keinginan-Nya, dan tujuan hidup-Nya bagimu. Doa bagi Dia adalah saat-saat yang sangat berarti, seperti halnya hal itu berarti bagimu.
Doa Bapa Kami dimulai dengan kata Bapa Kami (=Our Father) (Matius 6:9). Banyak orang, ketika mereka belajar topik ini, berhenti pada kata kami (=Our), kata pertama di awal doa. Cara Yesus membuka doa yang paling terkenal di dalam sejarah itu adalah bersifat elementer untuk memahami tujuan doa yang sesungguhnya. Kita telah dibawa ke dalam rumah tangga tanpa iman. Ini berarti bahwa Tuhan adalah Bapa kita. Ini merupakan suatu masalah hubungan keluarga bukan jenis konsep orang tua angkat.
Ketika kita dilahirkan kembali, sesungguhnya sesuatu terjadi di dunia rohani dan secara harafiah menggenapi pernyataan ini. Kita semua yang adalah anak-anak mempunyai Tuhan sebagai Bapa kita. Ia adalah Bapa saya, dan Ia juga adalah Bapa mu. Hubungan mu dengan Bapa Surgawi mu adalah pribadi. Sesudah itu, lalu dengan tepat kita berdoa, “Bapa ku
Bapak dan Ibu saya baru-baru ini pindah ke New Hamsphire untuk lebih dekat ke pelayanan kami. Saya memperkenalkan mereka sebagai bapak dan ibu saya. Bahkan, mereka juga adalah bapak dan ibu dari saudara laki-laki saya dan dua saudari saya. Ketika kita bersama-sama, kami semua memperkenalkan mereka sebagai orang tua kami. Jadi, bapak dan ibu kami adalah, di dalam kebenaran, juga bapak dan ibu saya. Seseorang tidak dapat meniadakan yang lainnya. Demikianlah adanya di Doa Bapa Kami.
Jika kita tidak menyerap keakraban yang pribadi ini, kita akan terus menerus berpikir tentang Tuhan sebagai Tuhan yang jauh sekali. Kaum Deist percaya ada satu Tuhan, tetapi setelah menciptakan alam semesta, Ia melangkah mundur dan membiarkannya berkembang normal dengan sendirinya. Mereka percaya kepada-Nya untuk menjadi seperti seorang ayah tiri yang tidak mencari keuntungan, yang hanya secara berkala mengunjungi untuk melihat bagaimana ciptaan-Nya berusaha. Tetapi Doa Bapa Kami dengan seketika menggugurkan kepercayaan ini sebab yang mula-mula Yesus lakukan adalah mengungkapkan sifat pribadi dari hati Bapa. Kebenarannya adalah bahwa Tuhan adalah sempurna, dilibatkan dengan seksama di dalam kehidupan kita sehari-hari dan mengirimkan Roh Kudus-Nya untuk menjamah dan mengubah kita setiap saat kita mengijinkannya.
Jika kita tidak berdoa secara pribadi, kita tidak akan pernah bisa pergi lebih jauh. Kita akhirnya akan merasa sering dan menjadi apatis (bersikap masa bodoh) di dalam saat teduh kita bersama Tuhan karena kita tidak akan merasakan kasih-Nya. Tiga tahap dalam berdoa adalah keinginan, disiplin, dan kesukaan. Masing-masing saling melengkapi satu sama lainnya. Jika berdoa tidak menjadi hal yang pribadi bagi kita, jika kita tidak memahami dalamnya kasih Tuhan bagi kita pada suatu tingkatan yang umum dikenal, secara individu, kita tidak akan pernah membangun keinginan kepada-Nya yang sesungguhnya, dan doa kita akan menjadi basi.
Maka, ketika engkau berdoa seperti yang Yesus ajarkan, biarlah perkataan-Nya yang pertama, milik ku / kami, beresonansi mendalam di dalam rohmu. Biarlah hal itu berbicara dengan nyaring tentang pribadimu, hubungan satu sama lainnya dengan Pencipta mu yang penuh kasih.
Jangan takut untuk memiliki Tuhan secara pribadi, sebab dengan cara itulah Ia memilikimu.
Sumber: Unlocking the Mystries of the Lord Prayer