Paskah dan Lingkungan Hidup
Oleh: Pdt. Midian KH Sirait, M.Th.
Lingkungan hidup dan permasalahannya sudah menjadi pusat perhatian dan keprihatinan dunia, termasuk di Indonesia. Akar dari krisis lingkungn hidup -- termasuk masalah pemanasan global -- dewasa kini, terletak pada kekeliruan perspektif manusia modern mengenai alam. Pemanasan global adalah buah dari tindakan manusia akibat keserakahan dan ketakbertanggungjawabannya terhadap alam. Berbagai bencana alam yang terjadi beberapa tahun belakangan ini, seperti gempa bumi, tsunami, banjir, tanah longsong, angin topan, dsb, membuat masyarakat memberikan perhatian kepada lingkungan hidup.
Dalam kondisi dunia dan lingkungan hidup dengan berbagai permasalahannya, orang Kristen atau gereja hadir dan menjalankan tugas panggilannya. Apa dan bagaimana seharusnya gereja memandang dan menyikapi alam atau lingkungan hidupnya? Dalam menjalankan tugas penguasaan alam yang bertanggungjawab, manusia dituntut untuk menjaga dan memelihara alam agar terjamin kelestariannya dan sekaligus menjadi sumber nafkah yang tak akan habis.
Di dalam tugas pemeliharaan ini, Allah mempercayakan pula kepada manusia. Manusia diciptakan sebagai bagian dari seluruh ciptaan diberi tugas untuk menguasai bumi. Sehingga sudah sepatutnya manusia secara proaktif memelihara lingkungan. Dasar pemahaman Alkitabiah mengenai alam semesta adalah cerita penciptaan yang tertulis dalam kitab Kejadian (pasal 1 dan 2). Keberadaan manusia di tengah-tengah ciptaan lain memiliki peran dan tugas khusus. Kita harus tetap bekerja untuk menghadirkan kebaikan bersama bagi kita.
Alam semesta yang diciptakan Tuhan terdiri dari berbagai unsur, seperti bumi atau tanah, air, udara/angin, tumbuhan, hewan dan manusia. Alam semesta diciptakan Allah untuk tujuan yang luhur, yaitu untuk dimanfaatkan oleh manusia. Dalam pencemaran lingkungan, faktor penghambatnya adalah egoisme manusia yang mengabaikan kepentingan sesama makhluk, baik yang hidup saat ini maupun generasi mendatang. Pencemaran berarti proses mengotori lingkungan yang dilakukan oleh manusia. Hal ini nyata ketika banyak orang mengejar hal-hal yang serba menguntungkan dirinya sendiri saja. Sikap berkorban makin buyar, padahal pengorbanan merupakan sikap yang mutlak harus ada dalam kehidupan bersama. Bahkan dalam mengalami akibat-akibat bencana alam pun, sikap kebersamaan pun makin pudar pula.
Alam memang marah pada tindak-tanduk manusia yang tidak memperhatikan kelangsungan ciptaan Tuhan. Kapasitas daya cipta manusia digunakan untuk merusak karya Tuhan tersebut. Pem¬bangunan tanpa mematuhi ketentuan yang bersahabat dengan lingkungan, seperti pembabatan hutan yang meluas, pengelolaan daerah aliran sungai yang tidak tepat, ketiadaan angkutan kota yang handal dan murah serta terpercaya, perencanaan kota yang amburadul, sistem ekonomi dan finansiil dalam globalisasi yang tanpa penyesuaian lokal, adalah sebagian dari faktor yang tidak kondusif terhadap pembangunan lingkungan hidup yang tepat.
Sejatinya, Paskah atau hari Kebangkitan Kristus Tahun 2012 ini, mencoba mengaliri kembali saluran nilai-nilai kemanusiaan, membahas persoalan lingkungan hidup. Pada tingkat individu dan keluarga banyak yang dapat dilakukan. Ungkapan menjalin sadar lingkungan sebagai bagian dari iman sungguh tepat, yang berarti manusia memelihara ciptaan Tuhan. Menanam pohon, gerakan ini tidak akan berhenti setelah Paskah.Karena itu, setiap daerah berusaha terus menerus meningkatkan kualitas lingkungan hidup daerahnya masing-masing. Masyarakat agar meningkatkan kepedulian terhadap pelestarian lingkungan diawali dengan kegiatan penamanan pohon dalam setiap kegiatan.
Kita berharap dalam merayakan Paskah dalam tahun ini wujud lingkungan hidup yang semakin sehat untuk dihuni banyak orang. Yesus yang bangkit telah mendorong para penginjil memberitakan "kabar baik" ke seluruh dunia. Caranya terus membangun persaudaraan semesta dan mau menyentuh nilai-nilai kemanusiaan ditengah kompleksitas persoalan lokal, nasional dan global. Sebab, Paskah dalam semangat persaudaraan yang berpengharapan mengajak umat Kristen dan gereja untuk melakukan tindakan-tindakan praktis sosial kemanusiaan yang bersandar pada nilai-nilai solidaritas yang diajarkan Yesus Kristus 2000 tahun lalu.
Hal ini dimaksudkan demi kebaikan lingkungan sehingga anak anak cucu kelak dapat menikmati hasil-hasilnya, sehingga Paskah tahun ini adalah merupakan momentum baru untuk memaknai hidup dan kehidupan ini. Kita percaya dalam suasana kasih dan semakin baiknya lingkungan hidup, kebaikan Tuhan semakin dialami oleh banyak orang. Mari kita mensyukuri belaskasihan Tuhan dengan berusaha untuk membagikannya kepada sesama kita, terutama mereka yang sangat membutuhkan.
Mengingat makin rusaknya kondisi lingkungan hidup, di mana kualitas lingkungan hidup di Indonesia masih rendah, maka dalam merayakan Paskah berarti menyambut Sang Fajar baru yang datang membawa terang dunia, menerangi kegelapan yang diakibatkan perilaku buruk manusia. Melalui Nabi Yesaya Tuhan bersabda, “Aku hendak membuat sesuatu yang baru, yang sekarang sudah tumbuh … Umat yang telah Kubentuk bagi-Ku akan memberitakan kemasyhuran-Ku” (Yes. 43:19-20).
Merayakan Paskah adalah untuk merebut momentum hati dan jiwa yang bersih. Paskah berarti awal bagi kelahiran kembali manusia dari situasi yang penuh dengan keculasan, keserakahan, dan penindasan. Kebangkitan Yesus membuktikan bahwa sebagai manusia Yesus mengalahkan dosa dan mengatasi maut. Dengan Paskah kita merayakan perdamaian dan kesucian akan bergema dalam nurani manusia. Bagi mereka yang dalam perilaku kehidupannya penuh dengan tipu daya dan sering menggunakan cara-cara kotor untuk menindas kaum kecil, mereka sulit merayakannya. Sebab, nurani mereka telah tumpul dan jiwanya kotor.
Yesus yang bangkit memang menjadi sandungan bagi mereka yang menolak Dia. Untuk meredam fakta historis para saksi mata yang bersaksi tentang kebangkitan-Nya itu, Mahkamah Agama Yahudi menebarkan berita dusta yang menyebut, bahwa mayat Yesus dicuri oleh para murid-Nya (Matius 28:11-15).
Dengan begitu, tentu Tuhan dimuliakan. Di sini ada tanggung jawab moral-spiritual ekstra bagi gereja sebagai umat atau anak-anak Tuhan yang telah ditebus dari dosa dan telah diselamatkan melalui Salib kebangkitan Yesus (Yohanes 20:1-10). Ini adalah tugas kesaksian; dan di sini mengandung ucapan syukur dan pujian kepada Tuhan.
Pengakuan dan kepercayaan Tuhan ini atas kebangkitan atau Paskah tersebut tentunya adalah hal yang membanggakan gereja; bahwa gereja dihargai Tuhan dan dapat berbuat sesuatu yang berguna bagi alam ciptaan Tuhan. Gereja yang punya kepedulian yang luar biasa pada mereka yang sedang menderita Allah kita selain kasih, Dia juga adil; jadi Dia berkompeten untuk memberikan pengajaran bagi manusia. Paskah, kebangkitan Kristus memberi pengharapan akan perubahan hidup. Dari kegelapan yang menyelimuti bangsa inilah, kita diajak untuk merayakan Paskah yang berarti lahir kembali. Apa yang harus dilahirkan kembali oleh bangsa ini? Firman Tuhan berkata: Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia (Kolose 3:23).
Gema pesan firman Tuhan tersebut bergaung hingga masa kini. Kita yang hidup pada masa kini diminta untuk melakukan segala sesuatu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia, kendati berkaitan dengan kehidupan manusia. Untuk maksud tersebut, hendaknya kita memanfaatkan segala potensi yang ada di dalam diri kita, karena jika potensi itu tidak kita kembangkan, lambat laun akan mati.
Peringatan Paskah bukan sekadar ritual agama, tetapi merupakan momentum bagi umat manusia untuk menyadari, betapa hidup ini harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak. Bagi mereka yang bersedia menerima-Nya sebagai Juru selamat dengan terlebih dahulu menyesali dosa-dosanya, maka kebangkitan Tuhan Yesus menjadi jaminan bagi mereka.
Akhirnya, Paskah dan lingkungan hidup, maka umat Kristen dan gereja harus mampu mengabarkan rahasia Allah bahwa Yesus Kristus menjadi Juruselamat dunia. Bukan waktunya lagi kita hanyut dalam pemikiran tentang siapa yang berdosa. Sebaliknya, tataplah masa depan dan tetap bekerja. Terlebih jika kita semua dalam kesatuan bangsa Indonesia bersedia ikut menanggung beban bersama demi pemulihan semua wilayah yang terkena bencana alam. Paskah mengajak kita untuk melahirkan kembali peradaban yang sehat untuk menuju kelahiran yang sejati. Kelahiran sejati adalah kelahiran menjadi manusia baru. Amin. (Penulis Pendeta HKBP Resort Kalimantan Timur, Pelaksana Praeses HKBP Persiapan Distrik Borneo).