Tua Tetapi Diperbaharui
Oleh: Pdt. Samuel T. Gunawan, M.Th
Khotbah Ibadah Keluarga GBAP El Shaddai Palangka Raya Kamis, 15 November 2012
“Sebab itu kami tidak tawar hati, tetapi meskipun manusia lahiriah (exo anthropos) kami semakin merosot, namun manusia batiniah (eso anthropos) kami dibaharui dari sehari ke sehari” 2 Korintus 4:16
Pendahuluan
Hukum kedua Termodinamika mengatakan “walau ada cukup energi dalam alam raya yang tetap konstan, namun jumlah yang diperoleh untuk melakukan pekerjaan yang bermanfaat selalu berkurang (dan etropi, ukuran jumlah energi yang diperoleh makin bertambah). Semuanya lalu bergerak ke arah yang kurang teratur atau kekacauan yang bertambah”. Menurut ilmu pengetahuan alam, yang kita kenal sebagai hukum Termodinamika II. bahwa segala sesuatu yang ada di dunia bersifat merosot atau berkurang. Contoh, batu baterai tanpa digunakan pun tenaga yang tersimpan di dalamnya akan semakin merosot. Gedung yang megah bila tidak dirawat akan menjadi lapuk dengan sendirinya. Taman bunga yang indah tanpa dirawat akan rusak dan dipenuhi semak belukar. Bahkan rumah tangga yang pada mulanya serasi bila tidak dibina keindahannya akan merosot dengan sendirinya. Demikian juga dengan hidup jasmaniah manusia akan merosot, sebagaimana yang Paulus katakan dalam 2 Korintus 4:16.
Realita Hidup Manusia
Pertama, setiap hari, semua orang yang hidup bertambah usianya. Berdasarkan kronologis (urutan waktu), usia biologis manusia menurut pengalaman Pemazmur pada umumnya adalah 70 tahun dan bisa mencapai 80 tahun. Pemazmur mengatakan “Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap” (Mazmur 90:10). Dengan bertambahnya usia berarti hidup biologis kita berkurang bila dilihat dalam kronologis waktu. Inilah fakta pertama dan terpenting!
Kedua, berdasarkan hukum Termodinamika II, bahwa setiap orang seiring bertambahnya usia akan mengalami kemerosotan biologis (jasmniah). Sebagian orang berusaha menyangkali penuaan ini dan berusaha mempertahankan kemudaannya yang perlahan-lahan mulai hilang. Kosmetik dan krim kecantikan tidak mampu menyembunyikan keriput dan noda ketuaan. Inilah fakta kedua: siapapun tidak mampu menaham proses penuaan!
Ketiga, ciri-ciri penuaan adalah kemerosotan. Dalam gerontologi atau ilmu tentang lanjut usia, ada tiga bentuk kemorosotan yang akan dialami manusia. Secara kronologis, menjadi tua berarti merosotnya usia hidup. Seiring bertambahnya usia, berarti semakin berkurang kesempatan hidup, dengan kata lain, semakin dekat dengan kematian jasmaniah. Secara biologis, menjadi tua berarti merosotnya kondisi fisik dan keadaan kesehatan. Saat kita makin tua kemampuan reflek akan berkurang; lensa mata menjadi kurang elastis, penglihatan kurang tajam dan tidak dapat melihat jauh (istilah medis “presbiopa”); dan pada berbagai tingkat daya pendengaran mulai berkurang (istilah medis “presbikusis”). Secara psikologis, menjadi tua berarti merosotnya kemampuan berpikir dan mengingat (istilah medis “dimensia”)
Hidup Kekristenan
Paulus dalam 2 Korintus 4:16 ini, membendakan antara manusia lahiriah dan manusia batiniah. Istilah manusia batiniah dalam pandangan Paulus menunjuk kepada karakter manusia yang bersifat spiritual-rohaniah, yang dibedakan dari aspek jasmaniah, yaitu manusia dalam aspek ragawinya. Meski manusia lahiriah terus berada dalam godaan, ancaman dan kemerosotan, manusia batiniah, terus menerus diperbaharui dari hari ke hari.
Bagi orang Kristen, hidup itu bukan bukan hanya kronos (saat ini) tetapi juga aenos (masa keabadian), bukan sekedar bios tetapi zoe. Kata Yunani untuk “hidup” adalah “bios” dan “zoe”. Kata bios digunakan untuk menunjukkan bentuk kehidupan yang dimiliki setiap orang, yaitu kehidupan biologi yang dipertahankan dengan makanan, udara, dan air, tetapi pada akhirnya berkahir dengan kematian. Sedangkan kata zoe digunakan untuk menunjukkan kehidupan rohani, yaitu jenis kehidupan yang diberikan Allah dan bersifat kekal ketika seseorang lahir baru atau regenerasi (2 Korintus 5:17). Kedua jenis hidup ini berbeda satu dengan lainnya. Bios bersifat sementara dan fana, sedangkan zoe bersifat permanen dan kekal. Bios bersifat berpusat pada diri sendiri, sedangkan zoe berpusat pada Allah dan pada orang lain.
Jadi lahir baru atau regenerasi merupakan pemberian hidup yang baru di dalam kristus yang merupakan awal dari proses-proses pembaharuan hidup. Dengan demikian, orang yang lahir baru telah mengalami langkah pertama dari pembaharuan. Proses-proses pembaharuan hidup yang mengikuti regenerasi itu bersifat progresif dan salah satu aspeknya adalah “pengudusan” . Paulus mengingatkan “..karena kamu telah menanggalkan (apekdysamenoi) manusia lama (palaion anthropos) serta kelakuannya, dan telah mengenakan (endysamneoi) manusia baru (kainon anhtropos) yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya” (Kolose 3:9-10). Paulus dalam ayat ini Paulus bukan bermaksud memberitahukan bahwa orang-orang percaya di Kolose bahwa mereka sekarang atau setiap hari harus menanggalkan manusia lama dan mengenakan manusia baru berulang-ulang kali, tetapi Paulus menegaskan bahwa mereka telah mengalaminya pada saat regenerasi dan telah melakukannya perubahan ini ketika mereka pada saat konversi menerima dengan iman apa yang telah dikerjakan Kristus bagi mereka. Kata Yunani menanggalkan (apekdysamenoi) dan mengenakan (endysamneoi) menggunakan bentuk aorist tense yang mendeskripsikan kejadian seketika; Jadi Paulus sedang merujuk kepada apa yang telah dilakukan orang percaya di Kolose ini di masa yang lalu.
Lalu apakah yang dimaksud Paulus dengan frase “terus menerus diperbaharui”? Walaupun orang-orang percaya adalah pribadi-pribadi baru, akan tetapi mereka belumlah mencapai kesempurnaan yang tanpa dosa; mereka masih harus bergumul melawan dosa. Pembaharuan ini merupakan proses seumur hidup. frase ini menjelaskan kepada kita bahwa setelah lahir baru kita harus terus menerus mengalami proses pengudusan mencakup pengudusan pikiran, kehendak, emosi, dan hati nurani. Alkitab menyebutnya dengan istilah “pengudusan”, yang bersifat dinamis bukan statis, yang progresif bukan seketika; yang memelukan pembaharuan, pertumbuhan dan transformasi terus menerus (1 Tesalonika 5:23; Ibrani 10:14; 2 Petrus 3:18). Selanjutnya, Paulus dalam Efesus 4:23 mengingatkan orang percaya “supaya kamu dibaharui (ananeousthai) di dalam roh dan pikiranmu”. Bentuk infinitif ananeousthai yang diterjemahkan dengan “dibaharui” adalah bentuk present tense yang menunjuk kepada suatu proses yang berkelanjutan. Jadi, orang-orang percaya yang telah lahir baru dan menjadi ciptaan baru di dalam Kristus masih diperintahkan untuk mematikan perbuatan-perbuatan daging dan segala sesuatu yang berdosa di dalam diri mereka beruapa keinginan-keinginan daging (Roma 8:13; Kolose 3:5), serta menyucikan diri dari segala sesuatu yang mencemari tubuh dan roh (2 Korintus 7:1).
Tua dalam Perspektif Alkitab
Sikap alkitabiah terhadap usia lanjut sangat berbeda. Bersamaan dengan orang Asia pada umumnya, orang Ibrani menghormati orang yang lanjut usia. Rasa hormat terhadap orang tua dituntut, “Engkau harus bangun berdiri di hadapan orang ubanan dan engkau harus menaruh hormat kepada orang yang tua dan engkau harus takut akan Allahmu; Akulah Tuhan” (Imamat. 19:32). Sikap meremehkan orang tua merupakan suatu tanda dari penurunan kualitas etika dan moral orang Israel pada masa Yeremia. Alkitab mencatat “Para tua-tua tidak dihormati” (Ratapan 5:2).
Ketika dipahami dengan semestinya, usia tua tidak ditakuti atau dipandang rendah pada zaman Perjanjian Lama. Sebaliknya, usia tua sangat didambakan sebagai suatu tanda dari berkat ilahi. Kitab Amsal secara menguntungkan membandingkan aset usia tua dengan aset usia muda, “Hiasan orang muda ialah kekuatannya, dan keindahan orang tua ialah uban” (Amsal 20:29). Usia tua dianggap sebagai suatu karunia dari Allah, kesempatan tambahan untuk melayani Dia, “Dengan panjang umur akan Kukenyangkan dia” (Mazmur 91:16). Orang beriman diberi kepastian bahwa Allah akan menyertai Dia sampai pada masa tua, “Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu” (Yesaya 46:4). Janji umur panjang dan berbahagia diberikan kepada mereka yang menghormati orang-tua mereka terdapat baik di Perjanjian Lama (Keluaran 20:12) maupun di Perjanjian Baru (Efesus 6:1-3).
Paulus menasihati Titus agar memberitakan ajaran sehat kepada jemaat, yang mencakup nasihat agar jemaat yang tua baik pria ataupun wanita hidup bijaksana dan menjadi teladan. “Laki-laki yang tua hendaklah hidup sederhana, terhormat, bijaksana, sehat dalam iman, dalam kasih dan dalam ketekunan. Demikian juga perempuan-perempuan yang tua, hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang beribadah, jangan memfitnah, jangan menjadi hamba anggur, tetapi cakap mengajarkan hal-hal yang baik dan dengan demikian mendidik perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya, hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya, agar Firman Allah jangan dihujat orang” (Titus 2:1-5). Petrus memberi nasihat kepada oarang-orang muda, “Demikian jugalah kamu, hai orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua” (1 Petrus 5:5).
Menjadi Tua, Apa Seharusnya Dilakukan?
Pertama, tetap bertumbuh dan semakin giat dalam hal-hal rohani. (2 Korintus 2:16; 1 Korintus 15:58). Semakin lama seseorang menjadi orang Kristen, kehidupan rohaninya pun harus bertambah kuat. Setiap hari manusia batiniah harus diperbaharui antara lain melalui persekutuan yang berkelanjutan dengan Kristus dan firman Tuhan (Yohanes 15:1-8); melalui doa dan perenungan firman (Yohanes 17:17); oleh iman dikuatkan oleh kuasa Roh Kudus (Efesus 3:16). Hanya dengan cara demikian kehidupan batiniah akan bertumbuh. Walau jasminiah terus-menerus merosot.
Kedua, hidup bijaksana dan menjadi teladan. Pemazmur, setelah mengetahui betapa singkatnya hidup ini, memohon kepada Tuhan, “ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati yang bijaksana” (Mazmur 90:12). Kehidupan di bumi bersifat sementara jika dibandingkan dengan kekekalan. Karena itu harus dimanfaatkan secara maksimal dan dijalani dengan bijaksana. Paulus menasihati Titus memberitakan ajaran sehat kepada jemaat, yang mencakup nasihat agar jemaat yang tua baik pria ataupun wanita hidup bijaksana dan menjadi teladan (Titus 2:1-5). Satu alasan untuk status penting yang diberikan kepada orang yang lanjut usia adalah kepercayaan bahwa lanjut usia disertai hikmat. Karena orang tua dianggap telah mencapai kebijaksanaan, kedudukan yang berkuasa diberikan kepada mereka. Perhatikanlah pemakain kata tua-tua untuk para pemimpin Israel, suatu istilah yang dipindahkan dan digunakan untuk para pemimpin jemaat Kristen yang lokal. Kekuatan jasmaniah telah menjadikan kaum pria bernilai bagi masyarakat mereka. Kemerosotan kekuatan ini telah diimbangi dengan bertambahnya kebijaksanaan yang menambah sejenis nilai yang lain. Karena alasan ini Petrus memberi nasihat, “Demikian jugalah kamu, hai orang-orang muda, tunduklah kepada orang-orang yang tua” (1 Petrus 5:5).
Ketiga, utamakan hal-hal yang menjadi prioritas kita karena waktu yang terbatas (Efesus 5:15-17). Orang-orang yang ada di sekitar kita, anak, isteri, suami, orang tua, teman-teman, akan mati dan kita pun akan mati. Kasihi dan hargailah mereka selagi masih bisa. Sebab jika sudah tidak ada, kita tidak bisa berbuat apa-apa. Ada pepatah yang mengatakan “Yesterday is history, tomorrow is misteri, today is reality” . Artinya, hari kemarin adalah sejarah, hari esok adalah misteri, hari ini adalah kenyataan. Waktu dan kesempatan yang kita punya dalam hidup ini sangat terbatas, karena ini manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Jangan menunda-nunda apa yang bisa dilakukan sekarang. Bertobat, melayani, menyatakan kasih sayang pada orang-orang yang dekat, lakukan sekarang sebab kita tidak tahu apakah masih ada kesempatan hari esoh untuk kita.
Keempat, bergantung dan berserah kepada Tuhan. Yesaya 46:4 mengatakan “Sampai masa tuamu Aku tetap Dia dan sampai masa putih rambutmu Aku menggendong kamu. Aku telah melakukannya dan mau menanggung kamu terus; Aku mau memikul kamu dan menyelamatkan kamu”. Manusia adalah mahluk ciptaan yang berpribadi, yang diciptakan menurut rupa dan gambar Allah (Kejadian 1:26). Sebagai mahluk berpribadi, kita memiliki kemandirian yang relatif (tidak mutlak), dalam pengertian bahwa kita memiliki kemampuan untuk membuat keputusan-keputusan dan membuat pilihan-pilihan sendiri. Tetapi, sebagai mahluk ciptaan, kita bergantung pada Tuhan bagi keberlangsungan hidup kita; Kita tidak bisa berdiri sendiri; hidup kita bergantung pada Tuhan Pencipta dan Penebus kita. Di dalam Tuhanlah kita hidup, bergerak, dan bernafas (Kejadian 1:26; 2:7; Kisah Para Rasul 17:28). Janji Tuhan bahwa Ia akan memelihara kita hingga kita tutup usia dapat kita andalkan.
Kelima, tetaplah berkarya selagi bisa. Usia tua tidak akan membuat kita kurang bersemangat. Yosua bin Nun dan Kaleb bin Yefune yang telah berusia lanjut tetap penuh semangat mewujudkan mimpi untuk memasuki tanah Perjanjia, walau sepuluh orang pengintai lainnya telah patah semangat. (Bilangan 13-14:38). Memang kita tidak boleh berhenti berkarya. Sampai putih rambut bahkan sampai akhir hayatnya, Ibu Teresa tetap setia melayani dan merangkul mereka yang terpinggirkan. Oliver Wendell Holmes terus bergiat di dunia pengadilan sampai berusia 91 tahun. Dua tahun kemudian, ketika Presiden Roosevelt mengunjunginya dan bertanya mengapa Holmes begitu senang membaca, Holmes menjawab, “Untuk mengasah pikiranku.” Menjadi tua berarti melihat dan mengalami banyak impian indah yang sudah menjadi kenyataan. Tapi masih ada hal-hal yang belum terwujud. Menjadi tua berarti memiliki kesempatan terakhir untuk mewujudkan semua mimpi indah. Kita dapat memperbaiki apa yang rusak, mengobati yang sakit, membalut luka, bercocok tanam dan berkebun, merangkai bunga, memainkan alat musik, menekuni hobi, menjaga kebersihan, menghias, meracik jamu atau minuman herbal bergizi, memberi pijatan yang menyembuhkan, menulis, melukis, menjahit, merajut, menyulam, memasak, membuat kue-kue atau kerajinan tangan lainnya. Kita dapat terus berkarya dan mengembangkan usaha untuk menolong membuka lapangan pekerjaan bagi banyak orang yang membutuhkan.
Keenam, tetaplah percaya dan setia pada Tuhan. Pemazmur mengatakan “Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak” (Mazmur 37:5). Ketika kita tidak memiliki apapun, selain Tuhan, itu cukup bagi kita, karena memang hanya Dia yang kita perlukan! Kita akan selalu mengalami kesulitan jika berusaha mengatasi masalah hidup tanpa Tuhan. Carilah Dia dengan segenap hati. Selanjutnya Pemazmur mengatakan lagi “TUHAN menetapkan langkah-langkah orang yang hidupnya berkenan kepada-Nya; apabila ia jatuh, tidaklah sampai tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya. Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti; tiap hari ia menaruh belas kasihan dan memberi pinjaman, dan anak cucunya menjadi berkat” (Mazmur 37:23-26).
Penutup
Jika kita menengok kehidupan masa lalu kita berapa banyak yang sudah kita perbuat adalah yang terbaik dalam hidup ini dan untuk kekekelan nanti? Renungan ini mengajak kita untuk mengevaluasi prioritas-prioritas hidup kita selama ini. Jika kita ingin jujur, hal yang paling sering dihindari adalah evaluasi. Kita takut untuk dinilai. Kita sering enggan melakukan evaluasi, karena takut melihat kegagalan. Padahal kita membutuhkan evaluasi dan penilaian agar dapat mengetahui sejauh mana kekurangan ataupun keberhasilan kita. Mengadakan evaluasi pribadi secara rutin menolong kita untuk mengatahui sejauh mana tingkat kemajuan dan pencapaian atas tujuan-tujuan kita. Apakah aktivitas kita selama ini masih sejalan dengan tujuan hidup kita dan kehendak Tuhan? Geoge Bernard Shaw yang mengatakan “banyak pemuda telah menyia-nyiakan masa mudanya. Namun saya kuatir bahwa sekarang ini juga banyak para lanjut usia yang menyia-nyiakan masa tuanya”. Menjadi tua bukanlah pilihan tetapi realita yang harus dihadapi. Bukan berapa lama kita hidup tetapi bagiaman kita menjalani hidup ini yang berkenan kepada Tuhan dan menjadi berkat bagi orang lain.
Di dalam Kristus, kita telah menjadi manusia baru. Manusia lama kita yang berjalan dalam kebinasaan telah ditangalkan dan kita mengenakan manusia baru. Akan tetapi, bukan berarti dengan demikian kita tidak perlu diperbaharui lagi. Justru sebaliknya, kita harus terus menerus diperbaharui. Sifat kita, cita-cita kita, perilaku kita, dan prioritas-prioritas kita. Semuanya harus terus menerus diperbaharui. Paulus mengingatkan “..karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya” (Kolose 3:9-10). Tujuan akhir dari pembaharuan yang terus menerus oleh kuasa Roh Kudus dan firman Tuhan ini adalah agar kita diubahkan menjadi serupa dengan gambar Kristus, Pencipta dan Penebus kita, yang kepadaNya suatu saat kita akan kembali!