Belajar dari Semut
Oleh: Dr. Donald Siahaan
Mengherankan, Tuhan menggunakan metafora SEMUT untuk mengajarkan anak-anak-Nya ETOS KERJA yang benar. Amsal 6:6-8 menyatakan: "Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak: biarpun tidak ada pemimpinnya, pengaturnya atau penguasanya, ia menyediakan rotinya di musim panas, dan mengumpulkan makanannya pada waktu panen". Kalimat ini memang ditujukan kepada yang MALAS, atau kerangjingan MILIS, atau sering bikin alasan MULES saat disuruh kerja, sambil meMELAS bisa diberi waktu istirahat lebih banyak. Tapi SEMUT tidak demikian:
a. Mengambil INISIATIF. Semut tidak memerlukan komando atau pengawasan untuk bekerja, tapi senantiasa berINISIATIF, digerakkan dari dalam dirinya untuk senantiasa bekerja
b. Penuh INTEGRITAS. Integritas menyangkut kesetiaan kerja dan rasa tanggung jawab atas pekerjaan. Integritas adalah langka dimiliki manusia sekarang. Padahal, integritas adalah energi yang membuat kita dapat bertahan dalam masalah dan kesulitan kerja.
c. Selalu INDUSTRIOUS. Industrious adalah kapasitas untuk berindustri, berproduksi, berkarya; dapat diartikan rajin, tekun, tak kenal lelah bahkan pantang menyerah. Bila 'bukit semut' mereka runtuh, tetap para semut bekerja membangun bukit semut yang baru.
d. Visi dan Tujuan yang jelas. Semut bekerja sekarang untuk menikmati sejahtera di masa sulit dan berat. Ada target waktu, ada target kerja yang tertentu, Bekerja untuk sebuah harapan besar. Ini yang menjadikan semut berINISIATIF, penuh INTEGRITAS dan selalau INDUSTRIOUS.
Kalau semut aja bisa, apalagi ANAK-ANAK TUHAN. Jadilah BIJAK, belajarlah pada semut. DS-EK-150611.