Perkawinan Kristen yang Alkitabiah
Oleh: Andreas Jonathans
Sebuah keluarga yang dipakai oleh Tuhan sebagai percontohan adalah pada manusia pertama. Adam dan Hawa yang diciptakan Allah sebagai sepasang suami isteri yang tidak mengenal poligami dan poliandri (dicatat baik di Alkitab dan tidak menyatakan pasangan suami istri tersebut pernah bercerai).
Kejadian 1:27 "Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka."
Kejadian 2:24b "Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging."
Kejadian 5:4 tertulis "Umur Adam setelah memperanakkan Set, delapan ratus tahun, dan ia memperanakkan anak-anak lelaki dan perempuan."
Ditekankan lagi pada Efesus 5:22-23 "Hai isteri, tunduklah kepada suamimu seperti kepada Tuhan, karena suami adalah kepala isteri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh."
Perempuan diibaratkan hormat dan setia kepada suaminya seperti menghormati Tuhan dan tidak mungkin ada dua Tuhan atau dua suami (artinya di sini wanita tidak boleh berpoliandri).
Dan semua pasangan dilarang berkhianat: Maleaki 2:16 Sebab Aku membenci perceraian, firman TUHAN, Allah Israel -- juga orang yang menutupi pakaiannya dengan kekerasan, firman TUHAN semesta alam. Maka jagalah dirimu dan janganlah berkhianat!
Hal yang paling jelas adalah di 1 Timotius 3:2 "Karena itu penilik jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang,"
Ayat 1 Timotius 3:2 ini menyatakan syarat sebagai pemimpin jemaat yang harus menjadi contoh bagi jemaatnya haruslah: "suami dari satu isteri". Dan di ayat berikutnya dijelaskan syarat seorang pemimpin jemaat harus menjadi contoh jemaatnya: 1 Timotius 3:3-5 "bukan peminum, bukan pemarah melainkan peramah, pendamai, bukan hamba uang, seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya. Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah?"
Matius 5:32 "Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan isterinya kecuali karena zinah, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah."
Kata kecuali karena zinah maksudnya adalah jika seorang terlanjur menceraikan istri atau suaminya yang pertama dan statusnya sedang berzinah maka cerai itu diperbolehkan agar suami atau istri harus kembali kepada pasangan pertamanya.
Ayat di bawah ini bahwa Rasul Paulus mengungkapkan:
-
1 Kor 7:10 Kepada orang-orang yang telah kawin aku -- tidak, bukan aku, tetapi Tuhan -- perintahkan, supaya seorang isteri tidak boleh menceraikan suaminya. Dan jikalau ia bercerai, ia harus tetap hidup tanpa suami atau berdamai dengan suaminya. Dan seorang suami tidak boleh menceraikan isterinya.
-
1 Kor 7:39 Isteri terikat selama suaminya hidup. Kalau suaminya telah meninggal, ia bebas untuk kawin dengan siapa saja yang dikehendakinya, asal orang itu adalah seorang yang percaya.
Menurut 1 Kor 7:39 kita diperbolehkan menikah lagi setelah pasangan kita meninggal dunia dan membebaskan kita memilih pasangan kita asal orang percaya.... Allah mendidik kita untuk tetap konsisten atas apa yang kita pilih bukan habis manis sepah dibuang. Jika kita sudah menetapkan untuk menikah dengan seorang dan kita mencintai dia dan Allah berkenan maka Allah minta kita bertanggung jawab untuk merawat, memupuk, dan menyirami rasa cinta kita itu setiap saat walaupun berat. Seseorang yang lari dari tanggung jawab sama saja meninggalkan ajaran Tuhan.
Yesus amat mengasihi sebuah keluarga, kita bisa lihat atas mujizat yang pertama dilakukan oleh Yesus dalam sebuah pesta perkawinan. Yesus tidak rela tuan rumah/keluarga yang kehabisan anggur itu dicemoohkan seumur hidupnya oleh para undangannya. Dengan kasih yang besar Yesus saat itu mengubah air biasa menjadi anggur untuk disajikan kepada tamu-tamu undangan tuan rumah.
-
Amsal 3:13 Berbahagialah orang yang mendapat hikmat, orang yang memperoleh kepandaian
Jadi kesimpulan saya setelah mengerti atas ayat-ayat Alkitab di atas:
-
Pasangan tidak mengenal perceraian
-
Pasangan tidak boleh berpoligami ataupun berpoliandri
-
Pasangan tidak boleh berkhianat
-
Pasangan boleh bercerai jika pasangan yang sedang berlangsung tersebut adalah hasil perkawinan kedua (karena statusnya dalam perzinahan dan tidak sah)
-
Apapun kesalahan pasangan kita harusnya kedua pasangan saling berlomba mengatakan kata maaf, bukan malah menceraikan, sekalipun parahnya kesalahan pasangan kita. Karena jika kita meceraikan pasangan kita, misal karena alasan pasangan kita berselingkuh, maka kita membatalkan hukum kasih yang sudah diajarkan oleh Yesus Kristus.
-
Perceraian karena kematian/maut dianggap sah dan perkawinan kedua boleh berlangsung dengan batas-batas kewajaran.
-
Para pendeta adalah orang-orang yang sangat berperan dalam perkawinan Kristen. Saya masih sering mendapati mereka tetap mengawinkan pasangan yang bercerai atau memberkati pasangan yang pernah bercerai. Hal ini sungguh mengerikan, karena mereka memberkati pasangan yang berzinah.