Keberhasilan serta Kegagalan Rahel dan Lea

"...seperti Rahel dan Lea, yang keduanya telah membangunkan umat Israel..." [ Rut 4:12 ]. Rahel dan Lea sebagai isteri-isteri Yakub, dipandang berhasil karena telah membangunkan umat Israel. Membangunkan umat Israel disini berarti bahwa Rahel dan Lea telah berhasil melahirkan anak-anak, yang pada gilirannya menghasilkan suatu umat yaitu Israel. Disini kita tidak mempersoalkan masalah poligami, yang pada umumnya dijalankan oleh hamba-hamba Tuhan pada masa Perjanjian Lama. Kita hanya terfokus pada perilaku Rahel dan Lea, sebagai isteri, yaitu apakah mereka berfungsi sebagai penolong yang baik bagi Yakub atau tidak.

[block:views=similarterms-block_1]

Anak-anak yang dilahirkan, dipandang sebagai pemberian seorang isteri bagi suaminya. Itu sebabnya, sebagai contoh, Alkitab mencatat, "...Lea mengandung dan melahirkan anak laki-laki yang kelima bagi Yakub" [ Kej. 30:17 ]. Rahel dan Lea telah memberikan 12 anak kepada Yakub, dan inilah keberhasilan Rahel dan Lea sebagai isteri. Keberhasilan Rahel dan Lea selanjutnya adalah ketika mereka mendukung sepenuhnya rencana Yakub untuk pergi meninggalkan Laban, ayah mereka, sesuai yang diperintahkan Allah kepada Yakub [ Kej. 31 ].

Bagaimana peran Rahel dan Lea, khususnya Rahel, dalam perjalanan rohani Yakub? Sebab, Yakub adalah seorang yang mengalami pembentukkan dan proses disiplin Tuhan terus-menerus dalam kehidupannya, agar secara rohani,, ia dapat mengenal Allah Abraham yang telah memilihnya.. Kita baca dalam Kejadian 31:32 demikian, "...Yakub tidak tahu, bahwa Rahel yang mencuri terafim itu". Pada pasal ini diceritakan bahwa Rahel mencuri terafim yaitu dewa-dewa milik ayahnya. Kita tidak tahu dengan pasti apa motivasi Rahel mencuri dewa- dewa ayahnya. Tetapi melalui peristiwa ini, setidaknya kita dapat mengenal bagaimana kesetiaan Rahel terhadap Allah Yakub. Nampaknya, Rahel tidak sungguh-sungguh beribadah kepada Allah Yakub. Walaupun, diakhir hidupnya sebelum kelahiran Benyamin, nampaknya Rahel menjauhkan terafim ayahnya itu [ Kej. 35:2 ], pada waktu Yakub akan mendirikan mezbah di Betel.

Tetapi Alkitab mendahulukan nama Rahel dari pada Lea, ketika menyebut keduanya sebagai orang yang telah membangunkan umat Israel. Nampaknya ini disebabkan Rahel lebih dipakai Tuhan, dalam pembentukkan karakter Yakub. Karena hati Yakub sangat melekat pada Rahel, maka Rahel menjadi alat yang sangat efektif di tangan Tuhan untuk membentuk Yakub.

Pelajaran apakah yang dapat kita ambil dari keberhasilan dan kegagalan mereka? Bagaimana kita menerapkan keberhasilan mereka, dalam melahirkan anak-anak bagi Yakub? Apakah isteri Kristen yang tidak melahirkan dan memberikan anak-anak kepada suaminya, dapat dipandang suatu kegagalan? Walaupun perihal memberikan anak-anak kepada suami, memiliki nilai rohaninya pada masa Perjanjian Baru [ I Tim. 2:15 ], tetapi tidak perlu dipandang suatu kegagalan, bila isteri Kristen tidak dapat memberikan anak-anak kepada suaminya.

Selanjutnya, kita lihat bahwa "berhala-berhala" didalam seisi rumah, akan menjadi penghambat jika seorang bapa akan mendirikan mezbah keluarga. Isteri Kristen yang secara tersembunyi mencintai dunia ini dan tidak sungguh-sungguh beribadah, akan menghambat suaminya dalam membangun mezbah keluarga. Semoga para isteri Kristen tidak menyembunyikan "terafim" di dalam hatinya.

Sumber: Gema Sion Ministry