Mengapa Menjadi Miskin dalam Roh adalah Baik
Terobsesi dengan Kekayaan
Anda tidak perlu mencurahkan perhatian khusus untuk melihat bahwa budaya kita terobsesi dengan kekayaan. Kita sangat tertarik dengan kehidupan orang kaya. Kita ingin berada di balik jalan masuk yang berpagar, masuk ke dalam pintu yang tertutup, dan mengintip dari balik pagar tanaman yang tinggi untuk melihat seperti apa kastil tersebut dan bagaimana kehidupan kaum elite sebenarnya. Kita menyebutkan mobil-mobil eksotis satu demi satu, berbicara tentang makanan mahal sekali seumur hidup, atau mengingat kembali toko-toko luar biasa di jalur tertata rapi yang pernah kita lewati. Kita menyangkalnya, tetapi diam-diam kita ingin menjadi salah satu dari orang-orang kaya itu, karena jauh di lubuk hati kita percaya bahwa ini mungkin saja kehidupan yang baik. Kita tidak mengakuinya satu sama lain, tetapi ketidakpuasan kita yang tidak terlihat itu dirasakan. Kita masih cenderung berpikir, "Jika saja saya memiliki ______, maka saya akan bahagia."
Sebagai orang Kristen, kita cenderung menghargai orang yang kaya secara rohani juga. Mereka adalah orang-orang yang menurut kita telah melampaui hal-hal normal yang cenderung kita gumulkan, yang tampaknya entah bagaimana dengan mudah dan mandiri benar dan sepertinya tidak terlalu membutuhkan penyelamatan dari Allah. Kita iri pada orang-orang yang tampaknya tidak memiliki pergumulan pernikahan atau yang tampaknya menjadi orang tua dengan mudah. Kita ingin menjadi karakter Kristen yang kaya, Anda tahu, tipe yang cenderung berpikir, menginginkan, dan melakukan hal yang tampaknya benar sepanjang waktu.
Di sinilah masa Pra-Paskah membuat kita berhenti, menyela kita, menyapa kita, dan memanggil kita untuk mendapatkan narasi yang sama sekali berbeda. Narasi itu ditemukan dalam beberapa kata Yesus yang sederhana: "Diberkatilah orang yang miskin dalam roh, sebab mereka yang mempunyai Kerajaan Surga" (Mat. 5:3). Apa? Bagaimana kemiskinan dalam bentuk apa pun merupakan berkat? Bagaimana bisa selalu baik untuk tidak memiliki apa-apa, dan harus mengakui bahwa Anda tidak memiliki apa-apa? Bagaimana mungkin kehidupan yang miskin menjadi kehidupan yang baik? Inilah pertanyaan-pertanyaan yang dipaksakan pada masa Pra-Paskah untuk kita hadapi dan jawab karena Pra-Paskah bukan untuk orang kaya; itu untuk mereka yang miskin.
Diberkatilah Orang yang Miskin
Ketika Yesus berkata, "Diberkatilah orang yang miskin dalam roh," Dia tahu perkataan-Nya tidak seradikal kedengarannya. Saya akan menjelaskan alasannya di sini. Yesus tahu bahwa tidak ada orang yang kaya dalam roh. Tidak ada orang yang secara mandiri mencapai keinginannya. Tidak ada seorang pun yang benar menurut dirinya sendiri. Tidak ada yang mengasihi sebagaimana mestinya dengan kekuatannya sendiri. Tidak seorang pun secara alami benar-benar memiliki motif yang benar. Tidak ada pikiran yang murni mandiri. Kekayaan rohani secara independen adalah khayalan. Orang yang mengira dirinya benar akan dikutuk. Orang yang berhasil meyakinkan diri sendiri bahwa mereka baik-baik saja berada dalam masalah. Orang yang mengedepankan ilmu rohani dan perbuatan baiknya adalah orang yang harus kita khawatirkan. Mereka telah masuk ke dalam delusi yang paling gelap, yaitu mengira bahwa seorang manusia, tanpa campur tangan eksternal, akan bisa menyenangkan Allah. Terlepas dari keajaiban anugerah yang mengintervensi, menyelamatkan, mengampuni, dan mengubahkan, tidak ada orang yang kaya secara rohani di luar sana, tidak ada. Namun, pembenaran diri adalah tipuan diri sendiri. Setiap saat penilaian diri sendiri hanya memperparah kebutaan.
Jadi, kita semua butuh kejatuhan. Ini adalah langkah pertama dari karya kasih karunia Allah dalam hidup kita. Dalam tindakan belas kasihan ilahi, Allah membuka lemari besi pembenaran diri kita yang dijaga dengan baik untuk menunjukkan kepada kita bahwa, bertentangan dengan apa yang kita pikirkan, itu benar-benar kosong. Kemudian kita harus menghadapi realisasi yang mengejutkan tentang kemiskinan total kita, bahwa alih-alih menjadi benar, faktanya kita tidak benar dalam segala hal, dan ini mendorong kita untuk berseru meminta pengampunan dan pertolongan. Dengan cara ini berkat yang luar biasa dari kerajaan Allah terbuka dan hanya tersedia bagi yang miskin. Mengakui bahwa Anda tidak memiliki apa pun itulah yang akan membuat Anda meraih "sesuatu" menakjubkan yang ditawarkan kepada Anda dalam pribadi dan karya Tuhan Yesus Kristus.
Inilah keseluruhan kisah Injil dalam satu ayat: "Sebab, kamu mengetahui anugerah Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa walaupun Ia kaya, Ia rela menjadi miskin demi kamu supaya melalui kemiskinan-Nya, kamu menjadi kaya" (2 Kor. 8:9). Dia yang kaya tak terhingga rela berkorban menjadi miskin, agar kita bisa diselamatkan dari kebangkrutan dan menjadi kaya. Jika ada orang yang kaya secara rohani, narasi Injil ini tidak akan masuk akal. Namun, semua orang terlahir miskin. Satu-satunya perbedaan di antara kita adalah bahwa sebagian dari kita telah diberi mata untuk melihat dan mengakui kemiskinan kita, dan sebagian dari kita berada di bawah khayalan yang menyedihkan bahwa kita kaya.
Kaya Secara Rohani
Sangat menyedihkan untuk mengamati bahwa tidak hanya lorong dan jalan umat manusia yang dipenuhi oleh orang-orang yang mengira mereka kaya, tetapi ada juga gereja-gereja yang dipenuhi dengan mereka. Jika Anda bangkrut secara finansial, Anda akan panik. Anda akan menghabiskan malam tanpa tidur bertanya-tanya apa yang akan Anda lakukan di dunia ini; Anda akan berteriak minta tolong. Anda akan berduka, tetapi terbuka dan mudah didekati. Anda pada akhirnya akan berhenti berpura-pura dan menghadapi kenyataan bahwa tanpa intervensi tertentu, Anda celaka. Kemiskinan tidak akan membuat Anda rileks, acuh tak acuh, dan agak percaya diri. Itu akan membuat Anda malu dan takut dan siap untuk melakukan sesuatu mengatasinya. Kepasifan rohani dan ketidaktertarikan rohani bukanlah hasil dari pengakuan bahwa Anda miskin secara rohani.
Pada masa ini, berhentilah dan luangkan waktu untuk menilai di mana Anda masih mengatakan pada diri sendiri bahwa Anda kaya (benar) dan akuilah sejauh mana kemiskinan Anda di masa lalu dan sekarang, sehingga Anda benar-benar dapat merayakan kekayaan yang dulu tak terjangkau, sekarang adalah milik Anda, bukan karena apa yang telah Anda lakukan, tetapi karena apa yang telah dilakukan untuk Anda. Dia yang paling kaya yang pernah hidup menjadi miskin sehingga kita akan, karena Dia, menjadi kaya melebihi imajinasi terliar kita. Bukan, yang saya maksud bukan kekayaan jasmani yang bersifat sementara, tetapi kaya dalam hal yang paling penting: kaya dalam roh. (t/Jing-Jing)
Diterjemahkan dari: | ||
Nama situs | : | Crossway.org |
URL | : | https://www.crossway.org/articles/why-it-is-good-to-be-poor-in-spirit/ |
Judul asli artikel | : | Why It Is Good to Be Poor in Spirit |
Penulis artikel | : | Paul David Tripp |