Pemborosan Yang Di Puji
Penulis : Mangapul Sagala
Bagaimana reaksi Anda terhadap judul tsb di atas? Tidak setuju? Anda mengerutkan kening? Atau protes dan marah? Reaksi tersebut wajar saja. Saya tidak menyalahkan Anda atas reaksi tersebut. Sebab kita semua setuju bahwa pemborosan itu tidak benar. Apalagi sebagai umat Allah, yang mengerti anugerah Allah, kita harus menjauhkan diri dari gaya hidup boros. Sebaliknya kita harus melatih diri dan meningkatkan diri dengan gaya hidup hemat. Namun, Anda juga jangan terlalu cepat menyalahkan saya atas judul tsb di atas, karena hal itu adalah fakta. Hal itu terjadi di kota Betania, ketika Tuhan Yesus diurapi oleh seorang perempuan dengan minyak narwastu murni yang mahal harganya (Mark. 14:3).
Menarik sekali memperhatikan bahwa kisah ini dituliskan oleh Markus pd saat menjelang akhir hidup Tuhan Yesus, yaitu setelah Dia dengan segala ketaatan dan kesetiaan menyelesaikan hampir semua missi keselamatan yg kekal itu. Kisah tsb kemudian diikuti dengan kisah penghianatan muridNya sendiri, yaitu Yudas. Rupanya, melalui kedua kisah tersebut, penginjil Markus ingin membeberkan suatu realita yang dihadapi oleh Tuhan Yesus. Realita tersebut adalah bahwa setelah Dia melakukan segala-galanya bagi umatNya, itu tidak berarti bahwa umatNya pasti menjawab kasih dan pengorbananan tersebut dengan sikap yang benar.
Jadi dalam kisah Markus tersebut, ada dua respon yang sangat menyolok yang disejajarkan oleh Penginjil Markus: yang satu, perempuan (kaum awam) yg mempersembahkan yang terbaik, sedangkan yang kedua, adalah murid (rohaniawan, theolog) yang menghianati dan menjual Tuhan Yesus!
Dalam kisah tersebut di atas, dikisahkan bahwa ada dua reaksi yang muncul terhadap tindakan tersebut. Reaksi pertama, Markus menulis : "Ada orang yang menjadi gusar". Siapakah orang yang menjadi gusar tersebut? Menurut Penginjil Matius, mereka itu adalah murid-murid (Mat. 26:8). Mereka protes dan berkata, "Untuk apa pemborosan minyak narwastu ini?" (Mark. 14:4). Menurut Injil Yohanes, orang tersebut adalah Yudas (Yoh.12:4).
Mengapa mereka berkata demikian? Mereka mengatakan demikian bukanlah tanpa alasan. Mereka justru memiliki alasan yang kuat. Kelihatannya, mereka telah mengadakan perhitungan. Murid-murid, khususnya Yudas -yang saat itu bertugas sebagai bendahara- adalah ´ahli ekonomi", dan nampaknya juga berjiwa sosial.
Perhatikan alasan mereka: Sebab minyak ini dapat dijual tiga ratus dinar lebih dan uangnya dapat diberikan kepada orang-orang miskin" (ay. 5). Cukup beralasan bukan? Dan alasan tsb nampaknya amat logis. Bukankah harga tiga ratus dinar itu sangat mahal?
Pliny the Elder juga menulis bahwa minyak itu sangat mahal. Menurut Pliny, minyak itu adalah "...the best oinment, preserved in alabaster. The value of the perfume, and its identification as nard suggests that it was a family heirloom that was passed on from one generation to another, from mother to daughter" (Natural History XIII. iii. 19).
Menurut kamus Alkitab, satu dinar adalah upah 1 hari buruh di waktu itu. Berarti, harga minyak tsb, lebih dari upah buruh selama 300 hari! Atau upah buruh 10 bulan! Jumlah sebesar itu barangkali merupakan tabungan bertahun-tahun, atau tabungan 10 bln dengan catatan semua upah tidak dibelanjakan sama sekali. Jumlah uang sebesar itu dihabiskan hanya dalam waktu sekejap mata, tidak sampai 1 hari. Minyak khusus yang sangat mahal itu, dicurahkan ke atas kepala Yesus. Bukankah hal itu pemborosan?
Barangkali murid-murid berkata: "Cinta sih cinta, tetapi jangan berlebih-lebihan dong. Bersyukur sih bersyukur, tapi yang benar dong caranya. Logis sedikit, gimana sih? Masa boros seperti itu."
Sebagai akibatnya Markus menulis: "Mereka memarahi perempuan itu". Kasihan juga perempuan tersebut. Murid-murid telah memojokkannya. Mereka menyalahkannya.
Namun, reaksi kedua, yaitu reaksi Tuhan Yesus tidaklah demikian. Yesus tidak menyalahkannya, malah membela perempuan tersebut. Itulah sebabnya Yesus menegur mereka dan berkata: "Biarkanlah dia. Mengapa kamu menyusahkan dia?" (ay. 6). Dan perhatikan penilaian Yesus terhadapnya: "Ia telah melakukan sesuatu perbuatan yang baik padaKu" (ay.6).
Menarik sekali bukan? Murid-murid menyalahkannya, tetapi Yesus membenarkannya dan mengatakan tindakan "pemborosan" tersebut sebagai perbuatan yang baik. Bahkan Tuhan Yesus memberikan suatu pernyataan yang luar biasa: "Sesungguhnya di mana saja Injil diberitakan di seluruh dunia, apa yang dilakukannya ini akan disebut juga untuk mengingat Dia." (ay. 9).
Luar biasa bukan? Di mana saja Injil diberitakan. Jadi, tidak hanya di Bethania, atau di Yerusalem atau di seluruh Yudea, tetapi di seluruh dunia, perbuatan perempuan tsb akan diberitakan juga. Dan Yesus menegaskan lagi : "Untuk mengingat dia". Tuhan Yesus tidak mau perbuatan tersebut didiamkan dan dilupakan, tapi harus disebut dan diberitakan. Dia juga tidak mau orang tersebut dilupakan, tapi harus diingat. Dan memang, hingga sekarang, seluruh dunia mengenang dia dan diinspirasi olehnya utk melakukan hal yang kurang lebih sama.
Mengapa Yesus menginginkan agar dia terus diingat? Terus terang, saya sangat terharu membaca pernyataan tersebut. Jikalau Tuhan Yesus mengatakan Injil harus diberitakan di seluruh dunia -dan memang harus demikian- wajar sekali, bukan? Kalau Injil, yaitu Kristus yang mati dan bangkit untuk keselamatan manusia harus selalu diingat dan tidak boleh dilupakan, wajar saja bukan? Tetapi mengapa perempuan dan tindakan yang disebut pemborosan tersebut harus diberitakan? Di seluruh dunia lagi.
Dari fakta tersebut di atas, kita melihat adanya dua macam sistim nilai, yaitu nilai yang dianut oleh murid-murid dan nilai yang di anut oleh Tuhan Yesus. Hal ini sangat menarik untuk diperhatikan. Apa yang disebut dengan pemborosan bagi murid-murid, justru sebaliknya baik dan dipuji oleh Tuhan Yesus. Mengapa?
Marilah kita melihat arti dari istilah tersebut. Pemborosan adalah suatu tindakan yang membelanjakan lebih dari yang patut, bukan? Jadi, bila seseorang harus membelanjakan Rp. 4 juta per bulan, tetapi dia membelanjakan lebih dari situ, misalnya, Rp. 40 juta, itu adalah pemborosan. Namun andaikata orang tersebut memang harus mengeluarkan uang sebesar itu, misalnya karena harus memperbaiki rumah atau biaya rumah sakit, apakah tindakan tersebut dapat disebut dengan pemborosan? Tentu saja, tidak. Jadi sebenarnya, persoalan pemborosan bukanlah soal berapa harga atau jumlah yang harus dikeluarkan, tetapi lebih kepada patut atau tidaknya, tepat atau tidaknya dikeluarkan uang sejumlah itu.
Di sinilah letak perbedaan nilai itu. Bagi murid-murid, melakukan tindakan tersebut di atas, adalah pemborosan. Karena hal itu tidak patut. Tindakan tersebut tidak tepat. Masa harus memboroskan minyak seharga lebih dari 300 dinar "hanya" untuk satu pribadi bernama Yesus? Lebih baik dan lebih patut itu diberikan kepada sekelompok orang-orang miskin (ay. 5). Namun sebagaimana telah kita lihat di atas, Tuhan Yesus memiliki penilaian yang berbeda terhadap tindakan tersebut. Kita membaca dengan jelas bahwa tindakan itu baik bagi Yesus.
Hati saya sungguh terharu, dan air mata saya bercucuran ketika merenungkan kalimat-kalimat Yesus berikut: "Karena orang-orang miskin selalu ada padamu dan kamu dapat menolong mereka, bilamana kamu menghendakinya, tetapi Aku tidak akan selalu bersama-sama kamu" (ay 7). Rupanya Tuhan Yesus sudah lama menunggu adanya orang-orang yang mau melakukan tindakan "pemborosan" untukNya, tetapi tidak kunjung dialamiNya. "Marilah kita melihat arti dari istilah tersebut. Sebenarnya, apa sih yang dimaksud dengan pemborosan? Apakah hal itu tergantung pada besarnya jumlah yang dibelanjakan? Jika kita mau memahami arti kata itu dengan tepat, maka soal pemborosan sebenarnya bukanlah karena mengeluarkan uang banyak. Akan tetapi, pemborosan dapat dimengerti sebagai tindakan yang membelanjakan lebih dari yang patut. Jadi, bila seseorang seharusnya membelanjakan Rp. 4 juta per bulan, tetapi dalam kenyataannya dia membelanjakan lebih dari situ, misalnya, Rp. 40 juta, itu adalah pemborosan.
Namun andaikata orang tersebut memang harus mengeluarkan uang sebesar itu, misalnya karena harus memperbaiki rumah atau biaya rumah sakit, apakah tindakan tersebut dapat disebut dengan pemborosan? Tentu saja, tidak. Jadi sebenarnya, persoalan pemborosan bukanlah soal berapa harga atau jumlah yang harus dikeluarkan, tetapi lebih kepada patut atau tidaknya, tepat atau tidaknya dikeluarkan uang sejumlah itu.
Di sinilah letak perbedaan nilai itu. Bagi murid-murid, khususnya Yudas, melakukan tindakan tersebut di atas, adalah pemborosan. Karena hal itu tidak patut dilakukan kepada Yesus. Tindakan tersebut tidak tepat. Masa harus memboroskan minyak seharga lebih dari 300 dinar "hanya" untuk satu pribadi bernama Yesus? Lebih baik dan lebih patut itu diberikan kepada sekelompok orang-orang miskin (ay. 5). Namun sebagaimana telah kita lihat di atas, Tuhan Yesus memiliki penilaian yang berbeda terhadap tindakan tersebut. Kita membaca dengan jelas bahwa tindakan itu baik bagi Yesus.
Hati saya sungguh terharu, dan air mata saya bercucuran ketika merenungkan peristiwa tersebut. Bahkan ketika dua minggu yang lalu, yaitu 6-3-05 saya diberi kesempatan untuk berkhotbah di sebuah Gereja tertentu dengan membahas peristiwa tersebut, saya pun tidak bisa menahan air mata karena terharu. Banyak hal yang membuat saya sangat terharu, termasuk ketika membaca kalimat Yesus berikut: "Karena orang-orang miskin selalu ada padamu dan kamu dapat menolong mereka, bilamana kamu menghendakinya, tetapi Aku tidak akan selalu bersama-sama kamu" (ay 7).
Rupanya selama pelayanan Tuhan Yesus hingga mendekati akhir dari pelayananNya, Dia sudah lama menunggu adanya orang-orang yang mau melakukan tindakan "pemborosan" untukNya, tetapi tidak kunjung dialamiNya.
Apakah Tuhan Yesus tidak setuju agar murid-murid memperhatikan orang-orang miskin? Pasti setuju. Tuhan Yesuspun memperhatikan mereka. Bahkan untuk itulah Tuhan Yesus telah datang. Tuhan Yesus telah meninggalkan BapaNya dan segala kemuliaanNya, justru bagi orang-orang miskin. Tuhan Yesus telah "merusak" diriNya dengan menjadi manusia. Dia datang sebagai hamba! (Fil.2:6-8). Tuhan Yesus telah rela disalah-mengerti, dicemooh, ditolak, dan tidak lama setelah peristiwa itu, serangkaian tindakan sadis tanpa perikemanusiaan akan diterimaNya. Dia dicambuk, diberi mahkota duri dan disalibkan! Segera sesudah itu, Dia juga akan ditolak dan ditinggalkan oleh yang paling dikasihiNya, yaitu ditinggalkan oleh BapaNya. Namun demikian, Dia telah mengambil keputusan itu. Dia rela menerima itu, demi ketaatanNya pada BapaNya. Tetapi juga, demi kasihNya kepada semua orang berdosa, termasuk orang-orang miskin. Sesungguh-sungguhnya, kalau istilah pemborosan, seperti yang digunakan murid-murid boleh dipakai, maka Yesuspun telah -dan akan-memboroskan seluruh hidupNya (jadi bukan hanya milikNya) bagi orang-orang miskin serta bagi murid2 yang dikasihiNya tersebut.
Tetapi itulah kenyataan yang dihadapi Yesus. Mereka semua -termasuk murid-muridNya-belum pernah memboroskan milik dan hidupnya bagi Yesus. Mereka terlalu pintar membuat perhitungan terhadap Yesus. Murid-murid, seperti sungguh-sungguh terbeban dan mau peduli terhadap pelayanan kepada orang-orang miskin lebih daripada beban dan kepedulian mereka terhadap Yesus, pemilik pelayanan itu. Apakah mereka sungguh-sungguh memperhatikan orang-orang miskin? Itu masalah lain lagi, karena tidak sedikit orang dalam mulutnya seperti sangat perduli terhadap sesama, tetapi pada kenyataannya, mereka mengabaikannya bahkan berbuat kejahatan kepada mereka.",
Sesungguhnya Yesus yang memiliki penglihatan dan emosi yang sempurna ingin melihat dan merasakan adanya orang mengikuti teladanNya, meskipun tentu tidak mungkin ada yang menyamaiNya. Tuhan Yesus ingin agar mereka yang dikasihiNya juga memboroskan hidup bagiNya. Itu berarti mengutamakan Dia lebih dari segalanya, seperti Dia sendiri telah mengutamakan umatNya. Dia mengutamakan umat lebih dari segalanya, bahkan lebih dari diriNya. Karena sebagaimana nyata kemudian, akhirnya, diriNya pun dikorbankanNya demi mereka. Itulah sebabnya penglihatan Yesus begitu dipuaskan oleh tindakan perempuan itu. EmosiNya begitu meluap-luap dan mengatakan bahwa dimana saja Injil diberitakan di seluruh dunia, perbuatannya harus disebut, untuk mengingat dia.
Bicara tentang Injil, apakah sebenarnya inti daripada Injil? Bolehkah saya mengatakan bahwa sesungguhnya Injil itu adalah tindakan seseorang yang telah memboroskan seluruh hidupNya bagi umat manusia? Tetapi di sisi lain, Tuhan Yesus mengatakan bahwa Injil ini juga berita "pemborosan" dari seseorang kepada Dia yang patut menerimanya. Yesus ingin agar hal tsb diberitakan. Yesus ingin agar perempuan tsb selalu diingat. Karena hal tsb, telah memuaskan hatiNya. Karena orang tersebut telah melakukan apa yang seharusnya dilakukan oleh seorang anak manusia bagi Tuhan dan Juruselamatnya.
Saudaraku, ketika merenungkan kasih dan pengorbanan Yesus, seorang yang bernama C.T.Studd pernah berkata: "If Jesus is God and died for me, then, there is no sacrifice can be too great for me to make for Him" (Jikalau Yesus adalah Allah dan mati untuk saya, tidak ada lagi korban yang terlalu besar untuk saya persembahkan bagiNya).
Ketika William Borden menyerahkan seluruh hidupnya kepada Yesus dan memberitakan Injil kemana-mana, termasuk di daerah-daerah sulit, tetapi kemudian meninggal dunia karena penyakit radang otak, banyak kawannya menyayangkan dan menyesalkan tindakan orang muda tersebut. Menurut mereka, seorang seperti dia yang penuh harapan, dari keluarga terkenal dan kaya, lulusan dari Yale University, tidak seharusnya memboroskan hidupnya secara demikian. Borden meninggal dalam usia muda, 38 tahun. Diduga, karena terlalu capek dan stress dalam pelayanan yang begitu sulit. Tetapi Borden tidak menyesal. Karena kemudian orang menemukan sehelai kertas di tempat pembaringannya dengan tulisan: "Saya sangat yakin, hingga kinipun Yesus menunggu tindakan seperti itu dilakukan untukNya. Yesus memang tidak memaksa orang-orang untuk melakukan hal tsb, seperti Dia juga tidak memaksa murid-murid. Memang pernah Dia mengatakan bahwa untuk menjadi pengikutNya haruslah rela mengutamakan Dia lebih dari pada harta, seluruh milik, bahkan dirinya. (Mat. 10:37-39). Tetapi Yesus menunggu dan masih terus menunggu di manakah ada hati yang berambisi memberi yang terbaik, memberi seluruh milik dan dirinya kepada Yesus. Hal itu sungguh memuaskan hati Yesus.
"No reserve. No retreat. No regret".
Rupanya, pada detik-detik terakhir kehidupannya, dia berusaha keras menulis kalimat tsb, sebagai pesannya bagi kawan-kawannya dan bagi seluruh dunia bahwa dia mengikut Yesus: "Tanpa syarat. Pantang mundur, Tidak menyesal".
Bagaimana dengan Anda sekalian? Setelah mengenal kasih dan pengorbanan Yesus yg sedemikian memboroskan hidupNya bagi kita orang berdosa, maukah Anda juga meresponi kasih itu dgn "memboroskan" seluruh hidup Anda bagi Dia? Hal itu sangat memuaskan hatiNya. Itulah doa dan kerinduan saya bagi kita semua. Kiranya Anda tidak menyesal di akhir hidup Anda, karena kurang "memboroskan" diri bagi Dia, tetapi terlalu memboroskan diri bagi yang lain.