Seledri
Oleh: Yvonne Sumilat
Salah satu kemahiran Tuhan berkomunikasi.
Ini ada kisah yang sangat menolong saya di saat saya putus asa, kisah dari papi, harap bisa menjadi berkat bagi keluarga atau pribadi lain yang mengalami krisis.
Suatu hari ada isu PETRUS alias PEMBUNUH MISTERIUS. Papi juga ketakutan dan gelisah amat sangat. Waktu itu dia tinggal di desa sendiri, sedangkan istri dan anak-anak tinggal di Malang. Ia merasa menjadi sasaran orang yang hendak dibunuh. Dan untuk masalah ini dia tanggung sendiri, tidak berani bercerita pada istri. Kalau ia bercerita pada istri, ya pasti tidak diberi ijin pergi ke desa dan pelayanan.
Di desa itu, kalau malam, papi tinggal di rumah sendiri. Ia tidak berani menyalakan lampu, jadi rumah itu gelap gulita. Juga tidak berani tidur di atas tempat tidur, tidurnya di lantai. Kalau tidur di atas tempat tidur, itu bisa terlihat dari jendela kaca kamar itu. Rumah di desa itu tiada pagar. Semua orang bisa mengintip jendela kamar.
Demikian terjadi beberapa hari. Ketakutan dan kegelisahan memenuhi hatinya.
Suatu saat dia memasak sup sayur. Memasak sendiri untuk konsumsi sendiri. Dalam hati dia berkata, alangkah enaknya kalau ada seledri, tetapi tidak ada seledri. Lalu dia membuka pintu dapur. Karena rumah itu tanpa pagar, maka siapa saja bisa masuk dan lalu lalang di samping rumah di sebelah dapur.
Terasa ajaib sebab ada seledri di samping pintu dapur. Ditengok sana dan sini tidak ada orang, hanya ada seledri itu. Di saat itulah TUHAN berbicara, "Mengapa engkau mengkuatirkan nyawamu? Mengapa engkau gelisah? Sedangkan seledri saja, kebutuhanmu yang kecil, Aku peduli, terlebih nyawamu."
Sejak saat itu papi tidak takut mati dalam pelayanan dan menghadapi tantangan-tantangan yang ada. Papi juga dikuatkan melalui kisah-kisah misionari yang pernah ia baca.
*Setting artikel ini adalah pelayanan di suku Tengger sekitar tahun 1970-80-an, di Desa Tosari (daerah wisata Gunung Bromo).