Hebat dan Sedahsyat Apakah Allah Kita, Apakah Allah Eksis Hingga Saat Ini?
Oleh: Andreas Soehardjo
Ini adalah sebuah pertanyaan yang konyol atau bahkan kurang ajar, tapi pertanyaan ini pernah muncul dalam hati dan pikiran saya sewaktu mama saya tercinta dipanggil pulang ke rumah Bapa. Rasa sedih, kecewa dan marah berkecamuk jadi satu di dalam hati hingga membuat saya begitu frustasi pada saat itu, di mana mama yang saya kasihi meninggalkan saya untuk selamanya sebelum saya sempat membalas budi kepada beliau. Sejak saat itu saya mulai meninggalkan Tuhan, datang ke gereja pun itu hanya dikarenakan sungkan kepada teman-teman dan pendeta karena mereka selalu datang bezoek ke rumah, boleh dibilang setiap hari saya selalu menyediakan waktu untuk berada di pemakaman mama dan itu berjalan bertahun-tahun hingga saya menikah dan mempunyai putri dan putra.
Sewaktu istri saya baru mengandung tiga bulan putri pertama kami, papa tercinta pun pulang menghadap Bapa di Sorga dan beliau di makamkan di tempat yang sama dan berjarak hanya sekitar sepuluh meter dari makam mama, tapi setelah saya bekerja sebagai salesman ke luar kota dan berkeluarga, acara rutin berkunjung ke makam papa dan mama menjadi seminggu sekali karena saya selalu mengajak anak dan istri ke sana. Semenjak anak-anak menginjak remaja dan juga dikarenakan banyaknya kesibukan frequensinya pun berubah menjadi sebulan sekali. Pertanyaan itu seringkali muncul menghantui saya, jika Tuhan memang berkuasa dan ada maka Dia pasti mendengarkan doa permohonan saya yang pada waktu itu saya ingin sekali agar beliau sembuh dari sakit komplikasi yang dideritanya yaitu jantung, darah tinggi dan paru-paru mungkin dikarenakan papa saya adalah perokok aktif, biarpun saya sudah membawa beliau berobat ke dokter serta ke rumah sakit dan berdoa dengan sungguh-sungguh, tapi kenyataan berkata lain beliau tetap harus menghadap Tuhan dengan usia yang belum begitu tua, waktu terus berjalan singkat cerita saya pun kembali rajin ke gereja dan juga aktif kembali kepelayanan, tapi pertanyaan itu tetap masih ada dalam benak saya.
Baru sekitar awal tahun 2004 yang lalu saya menemukan jawabannya yaitu; Tuhan kita adalah Allah yang maha dahsyat bukan karena Tuhan Yesus sudah melakukan mukjizat dengan membangkitkan orang yang sudah mati ataupun Tuhan Yesus berjalan di atas air, tapi Tuhan Yesus sudah menyelamatkan dan menebus saya dari hukuman yang kekal dengan pengorbananNya di atas Kayu Salib. Waktu itu banyak hal yang terjadi dalam kehidupan kami hingga membuat saya frustasi, saya sangat bersyukur karena Tuhan mengaruniakan pada saya seorang istri yang tidak saja cantik tapi dia juga seorang istri yang baik dan bijaksana. Berdasarkan saran dari istri, saya serahkan semua persoalan yang saya hadapi kepada Tuhan. Sejak saat itu Tuhan mulai turut campur tangan dengan perlahan namun pasti semua apa yang saya hadapi seakan-akan seperti benang kusut yang mulai terurai benar-benar menakjupkan, mulai saat itu dalam hati saya selalu merasa tenang dan damai dan disaat itu pula saya baru merasakan bahwa saya adalah benar-benar seorang Kristen, ke-Kristen-an itu bukan hanya karena kita mengaku dengan mulut kita bahwa kita percaya kepada Yesus Kristus, setiap minggu pergi ke gereja, aktif dalam pelayanan serta memberikan sumbangsi buat gereja, dsb, tapi kekristenan yang sejati adalah datangnya iman percaya akan Yesus Kristus yang timbul dengan tulus dari dalam hati sanubari kita dengan merubah pola pikir yang menghasilkan perubahan tingkah laku secara nyata, positif dan sesuai dengan Firman Tuhan.
Banyak sekali devinisi tentang kemahaan Allah juga tentang ekistensi Allah pada masa kini ataupun masa lampau, baik itu yang tertulis di Alkitab berdasarkan ilham dari Allah sendiri seperti yang tercantum di Yesaya 40:12-15 & 25; Siapa yang menakar air laut dengan lekuk tanganNya dan mengukur langit dengan jengkal, menyukat debu tanah dengan takaran, menimbang gunung-gunung dengan dacin, atau bukit-bukit dengan neraca? Siapa yang dapat mengatur Roh Tuhan atau memberi petunjuk kepadaNya sebagai penasihat? Kepada siapa Tuhan meminta nasihat untuk mendapat pengertian, dan siapa yang mengajar Tuhan untuk menjalankan keadilan, atau siapa mengajar Dia pengetahuan dan memberi Dia petunjuk supaya Dia bertindak dengan pengertian? Sesungguhnya, bangsa-bangsa adalah seperti setitik air di dalam timba dan dianggap seperti sebutir debu pada neraca. Sesungguhnya, pulau-pulau tidak lebih dari abu halus beratnya. Mengacu dari ayat-ayat tersebut dapat kita bayangkan betapa Hebat dan Dahsyatnya Allah kita dan dengan siapa kita mau menyetarakan Dia?. Ataupun dari khotbah-khotbah yang sering kali kita dengar melalui hamba Tuhan di atas mimbar, tapi...(maaf) kalau boleh saya bilang semuanya itu hanyalah sebatas rekaan belaka yang ada di dalam benak mereka juga di benak kita masing-masing yang semuanya sangat-sangat serba terbatas. Jika kita berdiri di tepi pantai dengan menghadap ke samudra yang luas di mana kita akan melihat sebuah garis panjang horizontal seperti tapal batas yang kita sebut sebagai kaki langit yang pada hakekatnya tidak pernah ada, demikian pula dengan pola pikir kita tentang kemaha dahsyatan Allah, kita hanya dapat menggambarkan kemahaan Allah berdasarkan pola pikir kita masing-masing tanpa bisa mengungkapkan kemahaan Allah yang sebenarnya, seperti contoh nyata yang ada di sekitar kita, ada berapa banyak aliran gereja yang berdiri saat ini? Allah yang kita kenal dengan nama Tuhan Yesus Kristus yang di dalamNya kita landaskan iman percaya kita bukan cuma Allah nya orang Kristen saja, tapi Allah dari semua makhluk yang dari pada Nya semuanya sudah diciptakan. Allah adalah Penggagas sekaligus sebagai Pencipta tunggal alam semesta (Kejadian 1:1-28), tapi manusia berdasarkan logikanya dari apa yang dilihat, didengar dan yang dipelajari membuat pengenalan akan Allah menjadi bermacam ragam sehingga muncullah beraneka agama di muka bumi ini. Gereja pun terdiri dari berbagai macam aliran dan hebatnya lagi ada beberapa dari mereka yang berani mengklaim bahwa hanya ajaran merekalah yang benar? Padahal jika ditelusuri semuanya itu datang dari sumber yang sama yaitu Tuhan Yesus Kristus yang melalui ketiga belas RasulNya mengajarkan tentang pengenalan akan Allah juga tentang Kasih Allah yang maha dahsyat, tapi sekali lagi dikarenakan pola pikir yang terbatas dari masing-masing pribadi plus masing-masing mereka mempunyai karakter serta latar belakang yang berbeda satu dengan lainnya ditambah lagi dengan para penerima berita dari berbagai kalangan yang mempunyai latar belakang dan juga karakter yang berbeda sehingga menghasilkan efek yang berbeda pula seperti yang kita lihat saat ini (1 Korintus 1:10-17) , akhirnya secara tidak sadar kita pun membatasi Allah yang Maha tidak terbatas dan yang EksistensiNya juga tidak terbatas dahulu, saat ini maupun di masa yang akan datang yang tiada batasnya itu dengan segala pernak-pernik keterbatasan kita.
Sumber:
Firman Tuhan
Situs Anda:
d-exodus.blogspot.com