Salib Yesus Kristus

Dunia pernah dihebohkan oleh penemuan dari seorang ahli genetika yang bernama Dr. Ian Wilmut dan koleganya dari Roslin Institute (lihat. Kompas, 28 Februari 1997) yakni apa yang disebut "Domba Clone dari sel Kambing". Dari hasil pencobaan yang dilakukan terhadap domba ternyata positip, Juli 1996 telah lahir seekor domba hasil proses laboratorium yang diberi nama Dolly. Domba yang satu bisa digandakan menjadi seratus atau seribu ekor yang persis sama.

[block:views=similarterms-block_1]

Para ahli mengungkapkan; jikalau "Clone´ ini berhasil, maka tidak menutup kemungkinan akan dilakukan "Meng-cloning" manusia. Itu berarti Jikalau kita sudah tua, lalu kita bisa meminta kepada ahli untuk meng-cloning seseorang yang percis kita sebagai pengganti. Atau jikalau seorang bapak mendengar isterinya sakit keras (kanker) dan dokter memvonis tentang kematiannya, maka ia akan meminta para ahli untuk meng-cloning seorang wanita untuk dipersiapkan sejak dini sebagai pengganti yang persis isterinya.

Tentang masalah "Meng-cloning manusia" ini terdapat berbagai perdebatan, baik ditinjau dari segi etika, moral maupun teologi. Bagaimana kalau penemuan ini sudah ada pada zaman Tuhan Yesus. Itu berarti Tuhan Yesus bisa mencarikan pengganti-Nya untuk disalibkan? tetapi apakah itu mempunyai makna bagi kehidupan kita. Namun saya percaya tanpa penemuan cloning ini Yesus pun bisa melakukan itu, tetapi Ia tidak mau. Kalau Yesus mencari pengganti, apa arti salib Kristus itu bagi kita? Tidak, Yesus tidak mencari pengganti, salib Yesus menjadi berati karena Yesus sendiri dengan sukarela naik ke atas dan mati bagi kita semua. Jikalau ada yang menggantikan Yesus, maka salib itu menjadi tidak berarti; walaupun yang disalibkan itu manusia fotocopy atau hasil Cloning dari para ahli yang 100% persis Yesus. Alkitab dengan jelas memaparkan bahwa yang disalibkan adalah Yesus. Dia yang tidak berdosa telah dijadikan berdosa untuk membebaskan manusia-manusia yang berdosa.

Berbicara tentang penyaliban Tuhan Yesus, maka tidak ada salahnya bila kita lihat mulai dari taman Getsemani, dari sini kita akan melihat makna yang lebih dalam tentang salib Tuhan Yesus itu. Pada bagian ini saya mencatat ada tiga makna penting yang terkandung di dalam peristiwa penyaliban Tuhan Yesus.

Salib Tuhan Yesus merupakan "penderitaan" menuju perdamaian

Rasul Petrus mencatat; ketika Dia (yaitu Yesus) dicaci maki, Ia tidak membalas dengan caci maki; ketika Ia menderita, Ia tidak mengancam; tetapi Ia menyerahkan-Nya kepada Dia yang menghakimi dengan adil. Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di atas kayu salib, supaya kita yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. (1 Petrus 2:23-24)

Tidak hanya itu, Ia juga diejek, ditampar, Ia diludahi, Ia ditendang, Ia dicambuk dengan cemeti yang ujungnya ada paku yang tajam, sehingga kulit tubuh-Nya tersayat-sayat. Tubuh Yesus menjadi begitu lemah, dan menurut tradisi pada zaman itu, orang yang disalibkan itu harus membawa salibnya sendiri ke atas gunung; yang biasanya di luar kota. Pada zaman itu telah dikenal ada tiga macam salib yang biasanya dipergunakan untuk menghukum para penjahat, yang pertama Salib yang berbentuk T, yang kedua salib yang berbentu X, dan yang ke tiga salib yang bentuk U. Dan bentuk salib yang dipergunakan untuk menyalibkan Tuhan Yesus adalah berbentuk salib yang seperti kita kenal hari ini.

Tubuh manusia Yesus sudah menjadi begitu lemah, Ia tidak sanggup lagi membawa kayu salib itu; sehingga seseorang yang bernama Simon dari Kirene itu membantu mengangkat salib Yesus. Sesudah berada di bukit Golgota atau bukit Tengkorak, salib itu diturunkan dan dibaringkan di atas tanah, orang yang akan disalibkan juga dibaringkan juga. Lalu kedua tangannya dipaku, juga kaki-Nya. Kemudian pelan-pelan salib itu diangkat naik dan tegak. Seluruh berat badan manusia itu sesuai dengan gaya gravitasi bumi akan tertarik turun ke bawah. Itu berarti lubang paku di tangan yang itu akan makin lebar, makin lebar, sekarang hanya tinggal tulang yang menyangkut dipaku.

Demikian juga lubang paku dikaki, berat tubuh menekan turun memaksa lubang paku di kaki Yesus makin melebar. Darah menetes ke luar, itu juga berarti tekanan darah-Nya semakin rendah. Peredaran oksigen dalam tubuh juga semakin berkurang, getaran urat nadi semakin cepat dan pernafasan terpacu lebih cepat dan dalam. Sungguh sengsara. Tanpa obat bius (Matius 27:34). Sakit sekali, dan celakanya pada saat-saat demikian orang yang disalib itu tidak akan cepat mati, justru dengan lambatnya mereka mati; itu berarti memperbanyak rasa sakit.

Namun di saat-saat demikian, Yesus masih mengucapkan kata-kata yang penuh makna. Kata-kata yang dikenal sebagai tujuh perkataan Agung Yesus yang terakhir di atas kayu salib:


  • Ya Bapa, ampunilah mereka sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.

  • Hari ini juga, engkau bersama-sama dengan Aku di taman Firdaus.

  • Lihatlah ibumu, lihatlah anakmu

  • Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku.

  • Aku haus

  • Sudah genap (Tetelestai)

  • Ke dalam tangan-Mu, Kuserahkan nyawa-Ku

Biasanya orang yang disalibkan itu kakinya dipatahkan terlebih dahulu, supaya mempercepat kematiannya, dan ini diperlakukan buat kedua penjahat yang ada di samping kanan kiri Yesus. Sedangkan kaki Yesus tidak perlu sampai dipatahkan, karena Yesus mati lebih dahulu dari kebiasaan waktu yang diperhitungkan. Sehingga membuat para perajurit itu tidak percaya dan untuk membuktikan bahwa Yesus benar-benar mati maka, lambung Yesus ditikam dengan tombak.

Inilah peristiwa singkat penyaliban Tuhan Yesus. Betapa indah kalau didramakan, tetapi akan lebih indah dirasakan. Yesus memang menderita, tetapi tidak sampai batas itu saja, Alkitab mencatat (Matius 27:51) "Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi dan bukit-bukit batu terbelah", ini menunjukkan perdamaian. Sejak Adam dan Hawa jatuh ke dalam dosa, hubungan Allah dengan manusia terputus, tetapai dengan kematian Yesus Kristus; Allah memperdamaikan kita semua. Tidak ada pengganti-Nya, hanya Yesus saja yang sanggup menciptakan perdamaian itu.

Salib Tuhan Yesus merupakan "kekalahan" menuju Kemenangan

Secara perhitungan dunia Yesus itu mengalami kalah telak, karena Ia harus mati. Bagi dunia orang yang mati sudah tidak berguna lagi, tetapi ingat bahwa kita tidak menyembah pada Tuhan Yesus yang mati, pada hari ke tiga Ia telah bangkit dan hidup kembali. Inilah kemenangan yang dahsyat, seharusnya tidak pernah dilupakan oleh umat manusia. Orang-orang disekitar boleh mengenyek Yesus, karena ketidaktahuan mereka. Kalimat yang diucapkan cukup pedih "Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja Israel, baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepadaNya. Ia menaruh harapan Nya pada Allah; baik;lah Allah menyelamatkan Dia, jikalau Allah berkenan kepadaNya! Karena Ia telah berkata Aku adalah Anak Allah." (Matius 27:42-43).

Pernah dulu saya membayangkan bahwa Yesus akan turun seperti yang dalam film "Superman", lalu orang-orang yang mengenyek Dia dibantai habis-habisan. Namun tidak, Yesus tidak melakukan itu; walaupun untuk disalibkan saja Yesus sangat bergumul antara menuruti kehendak Allah atau menuruti kehendak-Nya sendiri.

Di taman Getsemani, merupakan saat-saat Tuhan Yesus bergumul, Ia harus membuang jauh-jauh "kedagingan-Nya". Tiga kali berturut-turut Yesus berdoa pada malam itu. Dengan peluh yang membasahi sekujur tubuh-Nya, Yesus datang pada Tuhan Allah. Dia mengatakan "Ya Bapaku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari padaKu, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki" (Matius 26:39). Untuk kedua kalinya Yesus masuk lagi ke dlam taman Getsemani untuk berdoa "Ya BapaKu, jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendakMu!" (Matius 26:42). Doa yang ketiga kalinya, percis sama dengan yang kedua. "Ya BapaKu, jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila aku meminumnya, jadilah kehendakMu!", satu doa penyerahan diri Yesus.

Benar Yesus mati di atas kayu salib, dan ini dibuktikan oleh tombak yang menusuk perut-Nya. Ia benar-benar mati. Ia bukan pinsan, Ia tidak lari , Ia tidak turun dari kayu salib. Sekali lagi Yesus mati, seperti kekalahan, tetapi bagi kita, inilah suatu kemenangan, karena Yesus berhasil taat sepenuhnya kepada Allah.

Memang di dunia ini, bagi orang yang sepenuhnya mau menjalani perintah Allah, ia seperti orang yang bodoh selalu mendapat penghinaan. Karena tawaran dunia begitu menarik, kelihatannya lebih nikmat, lebih hebat namun sayang sifatnya sementara saja.

Salib Tuhan Yesus merupakan "maut" menuju Keselamatan

Kematian merupakan maut, itulah hukuman Tuhan akibat dosa manusia. Namun kematian Tuhan Yesus bukan merupakan dosanya, namun Ia menanggung segala dosa kita. Yesus telah dipilih sebelum dunia dijadikan, untuk menggantikan kita dihukum. (bnd 1 Petrus 1:18-20 "Sebab 327u tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat. Ia telah dipilih sebelum dunia dijadikan, tetapi karena kamu baru menyatakan diri-Nya pada zaman akhir".

Jikalau kita melihat Yesus sampai batas kematian-Nya saja tentu itu sia-sia, tetapi Yesus yang kita sembah bangkit pada hari yang ke tiga. Duduk bertahta dikerajaan bersama-sama Allah. Inilah yang disebut dengan maut menuju keselamatan itu. Yesus mati karena dosa kita dan bukan hanya itu Ia juga mati bagi dosa kita

Memang kebangkitan Tuhan Yesus menjadi perdebatan terus sejak zaman Perjanjian Baru. Bukankah zaman rasul Paulus juga ada perdebatan tentang masalah kebangkitan ini; ada orang Farisi yang percaya kebangkitan lalu ada orang Saduki yang justru tidak percaya akan kebangkitan. Sampai hari ini kebangkitan Yesus itu diperdebatkan belum tuntas, apalagi ketika kita sebagai orang awam hendak membuktikannya dihadapan orang-orang yang belum percaya. Memang sulit.

Ada tiga alasan yang cukup masuk akal, yang membuktikan bahwa Yesus yang kita percayai itu benar-benar bangkit dari kubur. Seorang penulis yang bernama Morrison menemukan bahwa Kristus Yesus terang-terangan dibaringkan dalam kubur pada hari Jumat, tetapi pada hari Minggu pagi jenazah-Nya telah hilang. Seandainya Ia tidak bangkit dari kubur, maka ada orang yang telah mengambil jenazah itu. Dalam hal ini ada tiga kelompok orang yang pantas dicurigai yang kemungkinan besar telah mengambil jenazh Tuhan Yesus. Orang-orang tersebut adalah :
1. Orang Romawi
2. Orang Yahudi dan
3. Murid-murid Yesus sendiri,
namun logikanya dapat kita lihat bahwa:


  • Orang-orang Romawi tidak mempunyai alasan untuk mencuri jenazah itu, karena mereka ingin menjaga ketenteraman di Palestina. Maksud mereka tidak akan tercapai bila mereka mencuri jenazah Yesus dari kubur.

  • Orang Yahudi juga tidak mungkin mengambil jenazah Yesus, karena hal yang paling mereka tidak inginkan adalah pernyataan tentang kebangkitan Tuhan Yesus. Menurut Matius 27 mereka sendiri yang meminta supaya kubur Tuhan Yesus dikawal.

  • Murid-murid Yesus juga tidak mempunyai alasan mencuri jenazah Tuhan Yesus lalu membohongi orang banyak dengan mengatakan bahwa Yesus sudah bangkit. Seandainya mereka melakukannya maka mereka telah mengabarkan hal yang penuh kebohongan, dan sia-sialah para rasul mereka yang karena kabar kebohongan ini harus mati.

Penjelasan yang paling masuk akal adalah, Yesus Kristus benar-benar telah bangkit dari kubur. Memang murid-murid Tuhan Yesus tidak sepandai para ahli yang ada pada abad 20, tetapi saya pikir untuk membedakan antara hidup dan mati mereka tentu bisa. Dalam 2 Petrus 1:16 "Sebab kami tidak mengikuti dongeng-dongeng isapan jempol manusia, ketika kami memberitahukan kepadamu kuasa-kuasa dan kedatangan Tuhan kita, Yesus Kristus sebagai raja, tetapi kami adalah saksi mata dari kebesaran-Nya"

Kebangkitan inilah kemenangan besar. Sehingga bagi yang percaya kepada-Nya juga menikmati suatu kemenangan khususnya keselamatan. Tanpa darah yang dicurahkan di atas kayu salib; tidak ada keselamatan.

Menjelang saat-saat peristiwa penyaliban Tuhan Yesus, kita sudah melihat kasih Yesus begitu besar kepada kita. Apa yang dapat kita perbuat bagi dia? Berbuatlah sesuatu bagi-Nya sebab Dia terlebih dahulu sudah berbuat banyak untuk kita.

Sumber: buku Mengenal Dia Lebih Dalam, terbitan KAIROS, hal 104